Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tips Menulis Renungan

Purnawan Kristanto's picture

Renungan adalah refleksi atas sebuah ayat dalam Alkitab yang dikaitkan dengak kehidupan sehari-hari dan kontekstual bagi pembaca. Penulis memulai tulisan setelah melihat persoalan-persoalan yang terjadi dalam realitas kehidupan.  Dia lalu mencari jawabannya melalui permenungan dan penelitian yang mendalam atas ayat-ayat dalam Firman Tuhan. 

Setelah itu dia membagikan hasil permenungan itu kepada pembaca.Menulis renungan berbeda dengan menulis artikel.  Di dalam menulis artikel penulis menyajikan dan memberikan pengetahuan dan ketrampilan (memberi makanan bagi otak), tapi dalam renungan, penulis berbagi iman dan pengalaman kerohanian (memberi makanan pada jiwa).Artikel berpusat pada satu tema dan menggunakan lebih dari satu sumber tulisan.  Sedangkan dalam renungan, berpusat pada satu tema dan satu ayat Alkitab. Panjang artikel bisa mencapai 500 s/d 2000 kata. Sedangkan dalam renungan, antara 250-300 kata. Artikel berasal dari pengetahuan di kepala (head), sedangkan renungan adalah luapan dari pengalaman batin (heart). 

Tujuan akhir dari sebuah renungan adalah perubahan hidup. Seberapapun indah tulisan renungan itu, tetapi jika tidak bisa mendorong pembaca untuk melakukan tindakan yang membuatnya semakin mengasihi  Tuhan dan sesama, maka tulisan itu tidak layak disebut renungan. 

Ada beberapa tipe renungan:

·         Renungan yang memberi inspirasi untuk bertindak dengan nyata.  Isinya biasanya berupa dorongan bagi pembaca untuk bertindak sesuatu

.·         Renungan yang memberi ketenangan.  Biasanya berisi kata-kata penghiburan untuk menguatkan pembaca yang sedang mengalami pergumulan.

·         Renungan yang memberikan teguran.  Renungan ini memperingatkan pembaca supaya tidak melakukan perbuatan tertentu yang bisa mendatangkan dosa.

·         Renungan yang memberi paparan tentang suatu perikop tertentu.  Isinya hanya berupa informasi yang menjelaskan makna dari ayat-ayat tertentu dan relevansinya bagi konteks kekinian.

Rumus 4 C

Ada suatu formula yang dipakai untuk menulis renungan yang disebut "rumus 4 C ", yaitu Contextualize, Connect, Communicate, dan Conclude. Berikut ini penjelasannya:

1.       Contextualize. "Daratkanlah" isi renungan Anda dengan peristiwa kehidupan sehari-hari secara nyata. Pembaca renungan bukan malaikat yang hidup tanpa masalah di angkasa.  Pembaca renungan adalah manusia biasa dengan pergumulan kehidupan yang tidak enteng. Mereka membutuhkan penguatan rohani yang aplikatif.  Karena itulah, tulisan Anda sebaiknya menjawab kebutuhan pembaca secara nyata.

2.      Connect.  Hubungkan persoalan kehidupan yang dibahas itu dengan Firman Tuhan.  Temukanlah jawaban Firman Tuhan atas persoalan yang digumulkan oleh penulis dan pembaca renungan itu.  Dalam hal ini, selain harus berdoa meminta hikmat dari Tuhan, lebih baik lagi jika Anda memiliki pengetahuan teologi yang memadai.

3.      Communicate.  Komunikasikan hasil studi Alkitab itu kepada pembaca. Komunikasikan tentang kasih dan karunia Tuhan serta penguatan dari Roh Kudus. Jika diperlukan, pakailah ilustrasi untuk menjelaskannya.

4.      Conclude. Simpulkan renungan ini dengan sebuah tindakan yang bisa dilakukan oleh pembaca. Bagian ini sangat penting. Rumuskanlah kata-kata yang bisa mendorong pembaca untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan.  Inilah yang disebut perubahan hidup.

Tips Praktis 

Secara lebih praktis, berikut ini adalah kiat-kiat praktis yang dapat diterapkan di dalam menulis renungan:.     Kumpulkan semua jenis renungan yang ada.  Pelajarilah:

1.       Gaya bahasanya: apakah formal atau santai.  Apakah memakai gaya anak muda atau orang dewasa.  Contoh paling jelas, bandingkan antara gaya bahasa renungan "Rajawali" dengan "Renungan Harian."

2.      Tema-tema yang digemari pengelola.  Untuk mengetahui hal ini, diperlukan obvervasi atas buku renungan itu minimal tiga edisi.  Catatlah tema setiap renungan selama 3 x 30 hari renungan, lalu lihatlah tema apa yang paling dominan,

3.      Struktur tulisan. Pelajarilah urut-urutan penulisan.  Mulai dari ayat perikop, ayat nats, ilustrasi (apakah wajib ada atau tidak), pembahahasan, penutup, doa, slogan.

4.      Panjang tulisan.  Jatah halaman untuk renungan sangat terbatas.  Karena itu, pihak pengelola menerapkan standard panjang tulisan yang sangat ketat.  Jika pada tulisan lain, panjang tulisan ditentukan dengan ukuran banyaknya halaman atau kata, tetapi pada renungan, panjangnya tulisan bahkan ditentukan dengan jumlah huruf . [1]  Pihak redaksi hanya memberi batas toleransi yang sempit pada panjang tulisan ini.

5.      Sasaran Pembaca (Target Reader).  Dengan mengetahui sasaran pembaca, kita lebih mudah dalam menentukan tema-tema dan menemukan gaya penulisan..    

Siapkan semua bahan-bahan pendukung. Ilustrasi, data-data, Alkitab (kalau ada beberapa versi terjemahan dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa lainnya) dan Konkordansi Alkitab (Kalau punya komputer, lebih enak memakai program Sabda)..    

Berdoalah meminta pimpinan Tuhan..     Bacalah perikop ayat itu berulang-ulang dan jika mungkin dengan versi terjemahan dan bahasa yang berbeda. Temukan gagasan utama yang menjadi pusat dari isi renungan Anda. .    

Tulislah draft tulisan Anda.  Tuangkanlah semua isi kepala Anda dengan bebas.  Namanya juga draft, maka tulisan ini bukanlah tulisan yang sudah jadi.  Untuk itulah, tidak usah memperhitungkan apakah tulisan ini akan menjadi jelek.   Yang penting, Anda bisa menuangkan semua gagasan Anda lebih dulu. Teknik ini disebut curah gagasan (brain storming)..   

  Setelah semua ide tampaknya sudah mengalir keluar, maka langkah selanjutnya adalah menyusun ide-ide atau pokok pikiran itu supaya menjadi teratur dan enak dibaca.  Dalam bahasa keren, supaya alur logika tulisan mengalir dengan lancar.  Jika ada ide-ide yang tidak relevan, jangan ragu-ragu untuk memangkasnya..    

Tempatkan ilustrasi renungan yang sesuai.  Jika Anda gagal menemukan ilustrasi yang cocok, jangan cemas.  Anda masih bisa menyiasatinya dengan memasang kalimat pembuka yang menarik..     Jika sempat, mintalah tolong orang lain supaya memberikan kritik atas tulisan Anda..     Perhatikan dengan cermat isi pengajaran atau teologi di dalamnya. 

Sedapat mungkin, hindarilah tema-tema yang secara teologis masih belum ada kata sepakat.  Hindari juga pembahasan yang menyinggung denominasi tertentu.  Misalnya soal baptisan atau bahasa lidah. Jika Anda ragu-ragu terhadap ketepatan Anda dalam merumuskan pengajaran Alkitab, jangan segan-segan untuk berkonsultasi pada pendeta atau orang lain yang lebih tahu. Walaupun pihak redaksi renungan juga akan memeriksa tulisan Anda, tetapi sebaiknya Anda jangan memandang enteng masalah ini dengan menyerahkan tanggung jawab ini mereka.  Toh, setidak-tidaknya secara moral, Anda harus bertanggung jawab atas tulisan Anda.

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

H.N.Graceia's picture

bagaimana renungan saya

syaloom dalam nama TUHAN kita YESUS KRISTUS Mas Purnawan setelah saya membaca mengenai tips renungan yang anda berikan saya jadi tertarik ingin berbagi cerita dan pengalaman dan saya mau bertanya saya punya beberapa tulisan mengenai renungan dan santapan rohani saya ingin mas Purnawan memberikan masukan apakah yang saya tulis sudah layak apa belum atau masih ada kekurangan (Blog Hana Graceia) karena bagi saya itu adalah suatu ilmu tambah bagi saya dan orang lain dan juga saya teringat dengan sebuah kata " Orang yang menerima keritikan adalah orang yang mau belajar dan berkembang " saya ingin mas Purnawan membagikan komentarnya dan masukannya saya tunggu ya... GBU
vicksion's picture

Baru Nemu

wah, gw kok baru baca sekarang ya,..

Gw termasuk orang yg menulis hanya berdasarkan pada Mood. Kalo lagi gak Mood, sekalipun berjam jam, gak akan isa keluar ide, mau tulis apa. Padahal gw ingin nulis, tapi jd nya gak isa.

Apa bener gak gitu pak,..

Tapi btw setelah baca ini, gw jadi tambah agak ngerti lagi.

Thanx Pak,..