Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

YANG SALAH SETIAP PEMILU

Yoscan's picture

YANG SALAH SETIAP PEMILU

Tanpa sadar setiap perhelatan pemilu kita dicekoki oleh pendapat yang salah.  Hari hari ini kita sedang berdebat dan memikirkan apakah GolPut salah atau tidak,  berdosa atau tidak.  Tetapi yang sering kita lupakan kita sering terjebak kepada pendapat bahwa Vox Populi Vox Dei   (Suara Rakyat suara Tuhan).  Apakah ungkapan ini benar atau salah  ?

Saya mengatakan ungkapan diatas bisa benar tetapi banyak salahnya.  Mengapa bisa benar ?  Jika rakyat yang menyuarakan suaranya adalah rakyat yang dekat dengan Tuhan dan hidup Kudus , senantiasa mengerti Kehendak Tuhan maka sesungguhnya suara yang muncul adalah suara Tuhan dan kita percaya tidak akan salah.

Saya mengatakan banyak salahnya, mengapa ? KArena rakyat itu hari-hari ini multi dimensi  dari kepercayaan dan ukuran kepercayaannya.  Kalau boleh jujur manusia saat ini jauh lebih materialistis dari pada agamis.   Saya berani mengatakan ini karena ada bukti,  coba dinegara kita , di Departemen Agama ada Korupsi,  urusan persoalan Agama juga ada yang korupsi.    Kejadian Ponari hari hari ini yang tidak realistis mistis (ungkapan ini aneh mungkin ya,  maksud saya setiap hal yang gaib perlu ada penjelasan ilmiah rohaninya) 

Kembali keadaan bangsa kita yang sebenarnya tidak agamis mana mungkin bisa mendengar kehendak Tuhan.  Jujur coba kita selidiki pemilihan pimpinan pimpinan organisasi Gereja penuh dengan intrik politik sampai kepada money politic  (lucu banget deh)  bagaimana mungkin kita dengan lantang mengatakan Vox Populi Vox Dei.

Contoh Alkitab  yang jelas adalah permintaan adanya raja dari bangsa Israel kepada Tuhan melalui Samuel berdasarkan bukan keinginan Tuhan, tetapi karena suara rakyat mendesak Samuel mengalah dan itu bukan suara Tuhan.   Lebih kecil lagi kalau kita ikut voting pemilihan calon raja di keluarga Isai  kita juga tidak akan memilih Daud, Daud akan kalah atas nama Vox Populi Vox Dei.

FAkta ini hanya untuk mengingatkan saudara bahwa yang sedikit dan kecil belum tentu tidak berarti bahkan mungkin itu yang sebenarnya Vox Dei  (SUARA TUHAN).

Pemilu 2009 siapa pun yang menang dengan suara terbanyak bahkan PDS sekalipun belum tentu suara Tuhan.  Tuhan Yesus memberkati kita

y-control's picture

kiasan

suara rakyat suara tuhan saya kira hanya ungkapan untuk menyatakan bahwa suara rakyat (yang tertindas) harus didengarkan pemimpin negara...

meski ada juga ayat berbunyi “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”, tapi kalo dibahas dalam perspektif seperti di atas ya sepertinya kurang masuk.. masa mau jadi negara teokrasi hehehe...

* horee, komen aladin *

Yoscan's picture

memberi tekanan

terima kasih atas komen nya,

Benar memang bukan negara teokrasi, tetapi karena kita berbicara dalam komunitas KRisten , hal ini memberi tekanan peringatan supaya orang Kristen berhati-hati dalam mengungkapkan ini.  Yang paling menyedihkan seperti ulasan saya bagian terakhir dalam contoh,  banyak organisasi gereja mencontoh dunia politik, memakai money politic bahkan intimidasi lalu dengan bangga mengatakan suara Tuhan.  Kiranya Pemilu bukan hanya ajang politik bagi orang KRisten ,terjebak kepada janji palsu. Berdoalah sebelum memilih supaya pilihan kita adalah pilihan Tuhan

 

Purnawan Kristanto's picture

1. Pemilu hanya satu bagian

1. Pemilu hanya satu bagian dari alat demokrasi. Anda terlalu simplistis dengan mengambil kesimpulan bahwa Pemilu 2009 belum tentu suara Tuhan.  Seperti kata y-control itu sekadar memberi ungkapan bahwa suara orang banyak itu relatif lebih baik daripada orang sedikit. Mengapa, karena ada lebih banyak kontrolnya. Jika ada pendapat yang menyimpang dari norma, maka anggota masyarakat yang lain akan mengkoreksinya. Dengan begitu, maka masyarakat berjalan di rel yang tepat. Kalau sudah begini, maka dapat dikatakan mereka sudah berjalan sesuai kehendak Tuhan.

2. Contoh yang Anda sebutkan itu termasuk dalam jenis demokrasi langsung (kalau hal tersebut dapat dikatakan sebagai proses demokrasi). Sedangkan Pemilu sekarang ini termasuk dalam demokrasi perwakilan. Jadi itu dua hal yang berbeda.

3. Proses demokrasi tidak hanya melalui Pemilu. Setelah mencontreng bukan berarti proses demokrasi sudah selesai. Para pemilih masih memiliki hal untuk menagih janji-janji mereka pada saat kampanye dan menyalurkan aspirasi kepada wakil yang telah mereka pilih.

-------------------------------------------------------------

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Yoscan's picture

tolong baca komen diatas

Tolong baca komen saya kepada pengomentar 1 tulisan singkat saya. Tuhan Yesus memberkati

sandman's picture

@Yoscan

Mau nepotisme mau politik uang mau black campaign, itu adalah hak mereka, berani menantang mereka, ajukan aja ke KPU dengan bukti-bukti yang jelas. Satu hal yang pasti kita juga punya hak untuk tidak memilih mereka. Gampang kan?

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

__________________