Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Warna
Pada suatu ketika
Hiduplah berbagai warna
merah, kuning, dan jingga
hijau, biru dan nila
Semuanya merasa paling cantik
paling penting dan indah
tak satu pun bersedia mengalah
demi satu gelar terbaik
Dari rimbun belantara berkatalah si HIJAU
"jelas akulah warna terpenting
akulah lambang hidup dan pengharapan,
IA memilihku tuk mewarnai rerumputan, dan dedauan
tanpaku tak kan ada kehidupan
seluruh hewan kan punah tinggal sejarah"
Tiba-tiba dari balik awan si BIRU menyela
"Hijau, alangkah sempitnya pikirmu...
tidakkah kau lihat samudra dan dirga?
janganlah pongah
akulah warna sang tirta
yang mengalir dalam setiap hayat
aku pulalah warna langit buana
yang menudungimu dengan damai"
KUNING pun ikut nimbrung
dengan kikik tawanya yang renyah
" Ah... kalian ini terlalu serius.
Lihatlah aku....
Selalu membawa tawa ceria nan hangat sepanjang waktu
akulah warna mentari, rembulan dan gemintang
tiap kali orang memandangku
senyumpun akan mengembang...
Tanpaku takkan ada keceriaan"
JINGGA pun merasa perlu unjuk bicara
"Kalian salah . . .
akulah yang paling penting
akulah simbol kesehatan dan kekuatan
Lihatlah pula semburat warnaku kala senja tiba
Bukankah sang dirga terlihat paling cantik saat itu
Hingga warna lain menjadi tak berarti kala itu?"
MERAH si pemarah
tak mampu lagi memendam amarah
"Hei! Akulah yang paling hebat dari antara semua
Akulah warna darah
memberi roh pada hidup...
akulah warna keberanian
akulah warna merah mawar tanda cinta
tanpaku semua tak kan bernyawa"
UNGU yang anggun pun bertutur
"Akulah warna keagungan.
Lambang kebijaksanaan
Adakah sesuatu yang berada di atasnya?"
NILA yang pendiam akhirnya ikut berujar
"Bisakah kalian memikirkanku sejenak?
Akulah warna kesunyian...
Meski sering terlewatkan
akulah warna perenungan
akulah warna doa
yang memberimu damai"
.... dan ketujuh warna terus berseteru....
dengan suara yang makin lantang
meneriakkan keinginan tuk jadi pemenang
tuk jadi terbesar dan tertangguh
Hingga sekilat cahaya terang
membelah dengan suaranya yang lantang
bergulunglah mega mendung
dan hujan tercurah tak terbendung
Ganti sang badai berbicara
"Alangkah bodohnya kalian!!
merasa terhebat,
merasa terkuat!!"
... dan ketujuh warna meringkuk
menyatu dalam takut . . .
"Tak bisakah
kalian memandang yang lain bak anugrah?
Tak dapatkah
kalian mewarnai dunia bersama?"
dan semenjak itu
seusai badai
ketujuh warna membusur bersama
mewarnai langit buana
Catatan:
Puisi ini diadaptasi dari sebuah legenda suku Indian di Amerika.
Semoga dapat membantu memahami bahwa perbedaan bukan untuk disatukan.
Perbedaan juga terkadang tidak dapat melengkapi satu sama lain.
Namun, perbedaan perlu dihargai,
dan meskipun kadang tak mungkin padu...
tetap dapat dinikmati indah ragamnya . . .
- clara_anita's blog
- 4052 reads