Belum lama ini bos di kantor bercerita tentang seorang temannya (pria) yang baru bercerai dari istrinya. Temannya itu berstatus bapak rumah tangga alias dia tinggal di rumah dan mengurus anak-anak sementara istrinya yang mencari nafkah untuk keluarga.
Gw bukan mau menambah satu lagi blog tentang perceraian tapi sekedar ingin menyinggung tentang emansipasi yang sering didengungkan kaum wanita karena biarpun peradaban kita sudah jauh lebih maju dibanding jamannya si Non Kartini dan kita lihat di mana-mana wanita bekerja di kantor dengan karir yang gemilang dan kadang mengalahkan kaum pria, ternyata tidaklah semudah itu untuk mempraktekkan emansipasi secara seimbang terutama dalam rumah tangga.
Buktinya contoh kasus temannya bos gw itu. Istrinya tidak tahan melihat suami yang tidak bekerja sehingga akhirnya dia selingkuh (tentu saja dengan pria yang punya pekerjaan yang baik dan karir yang mapan) dan rumah tangganya pun akhirnya hancur berantakan.
Bukan itu saja, sangat sulit bagi budaya mana pun untuk menerima konsep suami yang tinggal di rumah dan menjadi bapak rumah tangga, seakan-akan suami yang memiliki pekerjaan adalah sebuah harga mati dalam kebudayaan, baik di mata pria maupun wanita.
Suami yang tidak bekerja biasanya akan mengalami depresi, rasa malu dan rendah diri karena merasa tidak bisa menafkahi keluarga. Impoten mungkin istilah yang agak vulgar tapi cocok dengan kondisi psikis seorang suami yang merasa tidak berdaya karena pengangguran.
Istri-istri yang suaminya tidak memiliki pekerjaan pun biasanya akan mengalami sindrom ‘istri ayub’ biarpun mungkin awalnya berusaha bersabar dan mencoba menjadi istri yang berhati mulia.
Tentu saja kasus yang serupa akan terlihat berbeda kalau kita rubah jenis kelaminnya dari pria ke wanita, dari wanita ke pria.
"Istri di rumah ongkang-ongkang kaki eh mengurus anak? Itulah istri dan wanita sejati."
Biarpun di negara maju yang mengagungkan kemandirian, seorang istri/ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan agak dipandang sebelah mata karena dianggap kurang pergaulan dan terlalu bergantung ke suami, konsep seorang istri/ibu rumah tangga yang tanpa penghasilan tetap lebih mudah diterima daripada bapak rumah tangga yang pengangguran.
Emansipasi menyebabkan persamaan kedudukan dan hak antara wanita dan pria tapi apakah kita benar-benar mengerti arti dari emansipasi itu, atau kalau kita mau jujur, apakah kita benar-benar ingin mempraktekkan emansipasi? Karena ternyata selama ini emansipasi cuma berarti “Saya mau hak yang sama dengan kamu tapi kamu tidak boleh memiliki hak yang sama dengan saya”.
Emansipasi memang bukan berarti pergantian sifat dari feminin ke maskulin tapi beberapa peran istri dalam rumah tangga begitu erat dikaitkan dengan sifat feminin sehingga sangat sulit untuk direbut oleh suami, seperti mengurus anak, memasak dan menjahit misalnya.
"Suami mengurus anak, bersih-bersih di rumah dan memasak sementara si istri mencari uang? Iih suami macam apa itu? Pemalas!"
Biasanya itulah komentar yang akan kita dengar tentang seorang suami/bapak rumah tangga yang tidak memiliki nafkah.
Sebaliknya berkat emansipasi, wanita berhak untuk mengenyam pendidikan sama seperti pria, termasuk di dalamnya pendidikan untuk hal-hal yang dulunya identik dengan sifat maskulin, pendidikan di bidang elektronik misalnya.
"Wanita yang kuliah di bidang teknik? Wah keren. Pasti dia jadi incaran para pria di kampusnya."
Jadi berkat emansipasi wanita dimampukan untuk mempertahankan hak feminisnya sekaligus menjajah hak maskulin pria.
Saat kita memiliki pria-pria yang berjiwa seperti Kartini mungkin saat itulah konsep emansipasi akan menemukan jalan yang benar tapi sayangnya saat ini pria-pria seperti itu rata-rata menyukai sesama pria…
“Saya mau hak yang sama dengan kamu tapi kamu tidak boleh memiliki hak yang sama dengan saya.”
Hidup wanita!!
__________________
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@hannah - kodrat yang dilanggar
Tuhan sudah mengkodratkan adam berpeluh mencari rezekinya....
sekarang kebalik dengan alasan emansipasi de el el...
jadi kalo ada wanita yang melanggar kodrat ... ya... resiko ditanggung sendiri...
dari cerita diatas ... saya nangkap keduanya sudah salah kaprah, meski kehidupan ini complicated....
yang lebih penting harusnya adalah kasih...
kalau saja pikiranya diluruskan sedikit...
wanita pasti tidak akan memandang negativ suami yang tidak bekerja...
suami juga tidak perlu minder bila istri ternyata lebih bisa mencari uang...
bila saja saling mengasihi... apalagi sudah menjadi satu nga ada lagi itu yang namanya untung rugi...
------------------------------------------------
pengkotbah 5:2 Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan.
Kerjakanlah Keslamatanmu dengan takut dan gentar...
@Billy
Aluuu Billy...
Kodrat adl sesuatu yg ditentukan oleh hukum alam (nature) sementara peran pria dan wanita dlm masyarakat adl sesuatu yg ditentukan oleh budaya.
Waktu Allah bilang Adam akan bersusah payah mengerjakan bumi sementara Hawa akan kesakitan saat melahirkan, Allah sedang memberikan hukuman kpd Adam dan Hawa. Saat itu Allah gak sedang membuat batasan2 antara peran pria dan wanita dlm kehidupan mereka sehari2.
Wanita bisa hamil sementara pria tidak, adl sebuah contoh kodrat.
Pria boleh berkarir sementara wanita disuruh ngurus anak di rumah adl sebuah contoh peran pria dan wanita dlm masyarakat.
Gw setuju bahwa akhirnya kasihlah yg harus diutamakan tapi tekanan ekonomi dan masalah dlm RT sering kali membutakan kasih.
Dlm contoh kasus yg gw tulis di atas, rasanya sangat sulit utk langsung mempraktekkan kasih saat kita diselingkuhi, dicerein dan anak2 diambil dari kita...
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@hannah :emansipasi pria
hannah:
Bukan itu saja, sangat sulit bagi budaya mana pun untuk menerima konsep suami yang tinggal di rumah dan menjadi bapak rumah tangga, seakan-akan suami yang memiliki pekerjaan adalah sebuah harga mati dalam kebudayaan, baik di mata pria maupun wanita.
Pemalas!"
Jikalau ada kata -kata yang yang kurang berkenan itu murni karena kebodohan saya .JBU
@Okulasi
Iya tapi apa pria2 lain berani melakukan hal yg sama ampe menimbulkan perubahan budaya besar2an spt halnya emansipasi wanita? Blum tentu kan
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Interesting, Related Article
Spot on, and right sis :)
Ini ada artikel yang berhubungan dengan topik ini :
http://xenlogic.wordpress.com/2009/07/04/the-danger-of-educating-women/
Most girl I met (kagak bilang semua cewek tentunya :D) punya dobel standar soal ginian. Cowok nonton / baca Naruto itu childish, sementara cewek nonton Upin Ipin itu super duper extra dewasa. Pity.
Something needs to be done, tapi di dunia yang mengagung-agungkan wanita gw gak lihat ada sesuatu yang bakal menghentikan hal gini ( I mean, kalo cewek mental abuse ke cowok tu karena cowoknya bodoh/jahat/malas, sementara kalo cowok menceritakan fakta ke cewek, cowok itu kejam).
Whew, gw kayaknya banyak sakit hati sama cewek :p
@Bert2
Beeeeeeeeeerttt!!!!! *peyukan*
Tumben neh onlen, skripsi uda kelar? Kapan kawen? Hahahahaha
Standar ganda dlm hubungan cewe cowo mah masalah karakter juga kali ya sehingga emanispasi di-abuse dan cowo jadi lebih defensif juga..
Elo kepahitan ma cewe neh! Hahahahah *siap2 dirajam*
Niwei Ferry ngefans banget ma si xen tuh.. hahahahaha *gosipin Ferry biar kupingnya panas*
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Hannah : tak lebih dari pelacur dan babu
Hanna :Buktinya contoh kasus temannya bos gw itu. Istrinya tidak tahan melihat suami yang tidak bekerja sehingga akhirnya dia selingkuh (tentu saja dengan pria yang punya pekerjaan yang baik dan karir yang mapan) dan rumah tangganya pun akhirnya hancur berantakan.
sharing smile :sebenarnya saat sang pria menikahi si wanita itu sudah sebuah kehancur berantakana yang tertunda,....
Dan menurut smile sendiri, jika seorang wanita hanya bekerja sebagai pengurus rumah saja,...sebagai ibu RT saja,..tak lebih dari si wanita sudah mengkebiri haklnya sendiri, mempermalukan dirinya sendiri, dan sudah membunuh kemerdekaannya sendiri.
Sama seperti :hidup bukan sekedar dari roti saja tapi dari setia[p firman yang keluar dari mulut Allah
Apakah hidup hanya untuk keluarga, keluarga dan keluarga saja,..bangun tidur nyuci, ngurus anak kesekolah, ngurus suami kekantor, terus beresin piring kotor, nyuci piring kotor, terus beresin rumah, masak,sore begitu lagi, dan malam ML lagi,...besok begitu lagi,...wah ga lebih dari seorang babu dan pelacur saja,...
Wanita sejati,.....???? bukan seorang pelacur saja,..bukan seorang babu saja...tapi yang mempunyai kelengkapan untuk menjadi sejati sebagai wanita....benar ga Hannah?
bagi saya,..hidup harus sepadan,..ibarat dua buah gelas yang harus terisi sama penuh,..jangan satu gelas berisi setengah, satu gelas berisi penuh, atau sebaliknya,...tapi itu hanya sharing seorang smile,...
*Penakluk sejati adalah orang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri*
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@Smile
Sekarang kita bisa bilang gitu karena pergeseran budaya yg kita alami sekarang tapi kalo kita hidup 100 thn yg lalu mungkin kita juga akan mengikuti arus budaya jaman itu dan membatasi peran wanita dlm masyarakat..
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Hannah : kan lagi diobrolin...
yah,..hannah..kan yang diobrolin juga ada emansipasinya..kalau ga ad ya ngapain smile juga ngomongin hal itu,..hiks....
*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@Smile
Iya iya.. cup cup cup jangan nangis ya tayang.. sini kakak peyuk..
hahahahaha
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
Hannah :kalo emansisapi....
Hannah : Emansipasi menyebabkan persamaan kedudukan dan hak antara wanita dan pria tapi apakah kita benar-benar mengerti arti dari emansipasi itu, atau kalau kita mau jujur, apakah kita benar-benar ingin mempraktekkan emansipasi? Karena ternyata selama ini emansipasi cuma berarti “Saya mau hak yang sama dengan kamu tapi kamu tidak boleh memiliki hak yang sama dengan saya”.
Kalo emansipasi kata orang di SS ini :
harus mau benerin antenna tv juga diatas genting...
harus mau manjat pohon juga untuk abilin kucing nyangkut
harus mau juga nambal genteng bococr, dan mlester halaman yang pada lubang....
emansipasi harus emansipasi sesungguhnya,...
(kalo laki laki kumisan perempuan juga harus kumisan,..hihihi)
*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@Smile
Smile: emansipasi harus emansipasi sesungguhnya,...
(kalo laki laki kumisan perempuan juga harus kumisan,..hihihi)
Hahahaha...
Eh ngomong2 soal kumis, cewe kumisan itu termasuk kodrat lho.
Gw pernah baca cewe2 yg uda menopause perkembangan hormonnya bisa mengakibatkan timbulnya kumis halus, dan itu cuma salah 1 efek dr menopause. Masih banyak efek lain dr menopause yg bikin cewe sengsara.
Hidup memang gak adil..
Maap OOT.. mari balik ke eman-si-sapi hihihi
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@hannah, Jurus hai hai Menaklukan Wanita
hannah, saya sedang sibuk bertarung soal aktivasi otak tengah di Face Book. Pertarungan belum selesai, harus kupas tuntas penghakiman atas Pdt. Ioanes Rakhmat yang walau pendeta GKI namun sama sekali tidak saya kenal.
Namun, dah kadung janji ma diri sendiri tuk menguliti blog kamu helai demi helai seperti menguliti bawang bombai sehingga nggak ada yang nggak keliatan.
Saya sudah mempelajari riwayat hidup banyak sekali wanita-wanita hebat di dunia, mulai dari zaman purbakala sampai zaman modern. Mulai dari Hawa sampai Margaret Thatcher.
Lelaki lebih mudah menerima kekurang istrinya dari pada kelebihan istrinya.
Sehebat-hebatnya wanita, dia akan birahi kepada lelaki.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@Hai2 Dikuliti?
Wuih ampe merinding gw liat kata 'menguliti'! Lo sangka blog gw ayam goreng kale? Bwahwahwahwa
Hai2: Lelaki lebih mudah menerima kekurang istrinya dari pada kelebihan istrinya.
Bukan pria/suami2 ajalah yg lebih mudah menerima kekurangan istrinya drpd kelebihannya, oom, istri2 jg lebih mudah menerima kekurangan pria/suami2 drpd kelebihannya.
Itu emang kecenderungan manusialaa..
Hai2: Sehebat-hebatnya wanita, dia akan birahi kepada lelaki.
Emansipasi itu gak merubah wanita tapi sekedar menonjolkan sisi kepribadian dan kemampuan wanita yg tadinya disembunyikan/ditutup2i.
Emansipasi memberi kesempatan bagi wanita utk memaksimalkan kemampuannya dan ikut bersaing dlm dunia yg tadinya didominasi pria.
Jadi wanita 'hebat' dan wanita 'gak hebat' dua2nya tetaplah bakal birahi ma laki2 apalagi ma suaminya. Ke-birahi-an itu gak ada hubungannya ma emansipasi krn ke-birahi-an adl sifat dasar manusia sbg binatang paling canggih dan berguna utk bertahan hidup (survival, exist, berkembang biak).
Jadi sekarang pertanyaan gw: kenapa elo jadi nyasar mikirin birahi padahal blog gw ngomongin soal emansipasi? Hayo ngaku! Boong dosa lho hahahaha
"For those who believe, no proof is necessary. For those who don't believe, no proof is possible." - Stuart Chase
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi