Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tulisan kebaikan Tuhan
BANYAK orang menyukai kata-kata bijak. Kini banyak buku yang menulis ulang kumpulan untaian kata-kata bijak dari orang terkenal, sebagai percikan permenungan dan alat pencerahan. Memang kata-kata bijak bukan hanya dikoleksi, dan menjadi slogan indah dalam memori. Tapi menjadi suatu inspirasi dan terus-menerus memberikan motivasi kepada kita untuk melakukannya. Dari pemahaman membaca untaian kata bijak, turun menjadi kesadaran dan tindakan nyata.
Itu idealnya, sekaligus harapan para penulis yang tidak henti-hentinya mengumpulkan untaian kata-kata bijak sepanjang masa . Tujuannya untuk mengidentifikasikan diri dengan tokoh konkret yang pernah hidup di bumi. Sekaligus melanjutkan suatu perjuangan yang tidak pernah mati dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Ibu Teresa memang sudah mati, tetapi spirit, roh dan nilai perjuangannya tidak pernah berhenti, menghembusi hidup ini dengan aroma wewangi melati.
Kutipan di atas menjadi relevan ketika hidup ini penuh dengan anomali, situasi yang tidak pasti, tidak jelas arah dan mana ujungnya. Orang tidak bisa menebak apa yang akan terjadi pada hari ini. Bukan karena faktor ekonomi, sosial dan politik makro internasional, yang karena kerumitannya, sulit diprediksi, tetapi apa yang akan terjadi dengan diri kita sendiri pun, tidak dapat kita ketahui secara pasti .
Kekerasan makin merajalela di mana-mana. Diam dalam rumah dihantui ketakutan; mau keluar rumah tidak lagi merasa aman dan nyaman. Pagi, siang dan malam dilanda oleh ketakutan, karena banyak orang yang berbuat jahat, dibanding dengan orang yang baik.
SIAPA yang dapat mengontrol perilaku seseorang untuk bertindak jahat atau baik, ketika dirinya dihadapkan pada suatu pilihan? Apalagi ditunjang dengan aspek hukum yang mandul? Keputusan yuridis formal yang tidak memberikan ganjaran yang setimpal dengan beratnya perbuatan yang dilakukan! Orang seakan mengesahkan segala tindakan untuk melakukan tindak kekerasan dan berbagai bentuk kejahatan dengan dalih "hidup ini makin berat".
Untuk survive, memang semua orang sadar bahwa tidak ada rezeki yang datang dari langit. Semuanya harus diperoleh melalui suatu perjuangan dan kerja keras. Masalahnya bukan mereka tidak mau bekerja, mereka sudah bekerja dengan segala daya dan tenaga sampai habis habisan.
Ketika semua jalan yang halal sudah tertutup pintunya rapat-rapat, maka bertindak jahat merupakan suatu pilihan yang harus diambilnya. Jangan tanya soal etika dan nilai moral sebagai landasannya. Yang penting, mereka harus dapat menyambung hidup hari ini.
Itulah dinamika yang terjadi dewasa ini. Suatu fenomena dan potret hidup di Jakarta dan kota besar lainnya. Ada monster raksasa yang namanya takut dan ketakutan menghinggapi setiap orang, karena banyak kejahatan di sekeliling kita, dan pada suatu saat akan menjadikan kita mangsanya.
Inpirasi untuk berbuat baik menjadi relevan di tengah hidup kita yang makin suram. Salah jika karena takut yang amat sangat, lalu membelenggu langkah kita untuk tidak berbuat apa-apa, alias berdiam diri saja.
Salah jikalau kita hanya membentengi rumah kita dengan pagar yang tinggi dan kokoh dengan satpam 24 jam dan kita merasa aman di dalamnya.
Sebaliknya sikap puas diri, karena tidak terjadi musibah apa-apa yang menimpa kita juga tidak dapat dibenarkan. Karena kita mempunyai perilaku yang egois dan egosentris, sikap yang hanya tertuju kepada diri kita, dan kepentingan kita sendiri saja. Kita tidak punya empati, dan bersimpati kepada mereka yang menderita kekerasan dan menjadi korban dari tindak kejahatan.
ADA sesuatu yang harus kita lakukan, yaitu menuliskan kebaikan Tuhan di tengah amukan deru ombak kejahatan. Berusahalah terus-menerus menuliskan kebaikan Tuhan di tengah hati yang keras. Teruslah menaburkan kebaikan Tuhan! Apakah ini sesuatu yang fantastis? Fantastis menurut ukuran manusia, tetapi tidak fantastis menurut kacamata Allah. Janganlah kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:21).
Menuliskan kebaikan Tuhan adalah suatu tugas yang harus dilakukan setiap orang sebagai citra Allah. Pensil hanyalah suatu alat. Dan alat itu berguna kalau dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dan siap dipergunakan, ketika si Empunya mau menggunakannya. Bukankah manusia adalah alat Tuhan. Siapa pun diri kita, apa pun status kita diciptakan Tuhan sebagai citra Allah untuk melakukan kebaikan. Karena itu, kita harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan siap untuk digunakan Tuhan sang pemilik kehidupan mengukir kebaikan Tuhan di bumi.
Jangalanlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang baik bagi semua orang (Roma 12:17)
- renungan's blog
- Login to post comments
- 1680 reads