Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Titip Doa
Titip Doa
"Cling....," hapeku berbunyi. SMS masuk.
Dari adikku.
Ada apa lagi ini, batinku.
Biasanya prasangkaku tak akan meleset jauh. Apalagi ini cuma SMS, pasti tentang sesuatu yang dia tak mau bicarakan langsung denganku.
Ternyata tepat dugaanku.
'Sorry mas, ngrepoti. Aku gak bisa bayar cicilan utang. Udah nunggak 4 bulan. Aku dicari-cari polisi sama preman. Istri sama anak-anak sementara aku suruh pulang kampung. Tolongin aku, mas.'
-------
Aku menghela nafas panjang. Ini bukan kejadian yang pertama.
Rasanya malas menghadapi masalah yang itu-itu saja. Dari dulu si bungsu ini memang cukup merepotkanku.
Entah kenapa nasibnya memang tak pernah bagus. Lulus diploma tiga teknik dia merantau ke Balikpapan, kerja di sebuah perusahaan alat berat. Keluhan mulai muncul. Biaya hidup yang tinggi di sana membuat gaji bulanannya tidak mencukupi, sementara komisi dan insentif yang dijanjikan sepertinya sengaja dibuat berbelit-belit oleh manajemen perusahaan tempatnya bekerja. Jadinya malah seringkali aku yang harus mengirim tambahannya. Mungkin karena hampir dua tahun tidak ada perkembangan dia memutuskan untuk kembali ke Jawa.
"Aku mau ikut mas saja," katanya.
"Iyalah, daripada di sana kamu cuma jadi sapi perahan. Mending di sini bisa bantu aku bikin peti mati," jawabku.
"Aku pengen ambil S1, mas."
"Terserah."
"Bantuin ya, mas."
"Kamu harus bisa cari sendiri. Kalau kurang baru aku tambahin."
Jadilah dia pulang, tinggal bersamaku, kuliah ekstensi, sambil kerja serabutan bantu-bantu di gudang, kadang dia punya kerjaan sendiri bersama teman-temannya, atau kalau sedang beruntung bisa dapat proyek dari dosennya.
Kuakui kemampuannya memang di atas rata-rata. Dia termasuk mahasiswa yang lulus paling cepat di antara teman-temannya seangkatan. Kupikir potensi ini akan memperbaiki nasibnya. Sayangnya kenyataan berbicara lain.
Tanda-tandanya sudah mulai terlihat. Proyek pertamanya memang tidak gagal, hanya saja tidak dibayar.
Konstruksi pintu air hidrolik yang dirancangnya untuk satu-satunya hotel bintang 4 di Salatiga itu sudah berdiri, tapi sebelum proyeknya dibangun dia diberitahu oleh pihak hotel bahwa rancangannya tidak bisa dipakai. Trik lama itu ternyata masih ampuh digunakan untuk para fresh graduate yang belum punya banyak pengalaman.
"Aku pengen bikin bengkel sendiri, mas"
"Terserah."
"Bantuin ya, mas."
"Hmmm..."
Maka bencana demi bencana mulai menghantam.
Bertubi-tubi.
Terseok-seok.
Sampai sekarang.
"Coba kulihat garis tanganmu," kataku suatu saat.
"Kenapa mas?" tanyanya sambil mengulurkan telapak tangannya.
"Belilah mesin cuci, jangan nyuci pakai tangan lagi," sahutku setelah melihat garis tangannya.
"Emang kenapa, mas?" tanyanya penasaran.
"Lihat itu, garis tanganmu luntur karena kebanyakan nyuci pakai tangan. Nasibmu jadi ngga jelas," ujarku.
Kabar terakhir yang kudengar, dia dengan gagah berani mengajukan kredit dari bank. Rasanya sia-sia aku nasihati dia supaya mempertimbangkan keputusannya itu.
"Aku pengen usahaku berkembang, mas."
"Terserah."
"Bantuin ya, mas."
Kali ini tak ada sepatah katapun keluar dari mulutku.
Mungkin karena akhir ceritanya sudah dapat kuperkirakan sebelumnya.
-------
Aku masih belum juga menjawab SMS yang dikirimnya itu. Tak tahu apa yang harus kukatakan.
'Sekarang kamu lagi di mana?' tanyaku setengah jam kemudian.
'Ambarawa. Gua Maria Kerep. Aku ngga tau mau ngungsi ke mana lagi, mas.' jawabnya.
Aku tahu, dia sering ke tempat doa itu. Rutin malah. Kadang isteri dan anak-anaknya juga diajak.
Belum sempat kujawab, SMS-nya masuk lagi.
'Gimana, mas? Tolong aku.'
Beberapa saat kemudian akhirnya kujawab juga SMS-nya.
'Mumpung kamu di situ, aku titip doa. Mintalah pada Tuhan supaya mengirim pasukan malaikat pencabut nyawa ke Semarang sekarang juga. Jumlahnya secukupnya saja, asal hasilnya sudah bisa buat bayar utangmu itu."
SS040610
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
- ronggowarsito's blog
- Login to post comments
- 7162 reads
hahahaha
Gimana, titip doanya dijawab gak?
Kata pepatah,"one's trash is another treasure". Rong, pekerjaanmu memang unik.
"I'm sorry I didn't tell you about the world"
@PB, cost and benefit
Saya tidak tahu apakah Tuhan mempertimbangkan masalah cost and benefit ketika Dia membuat keputusan untuk mencabut nyawa seseorang (atau banyak orang). Barangkali pertimbangan seperti itu hanya dimiliki oleh manusia. Saya pikir Tuhan tidak akan gegabah mengorbankan nyawa banyak orang hanya untuk menyelamatkan satu orang. Yang pernah terjadi malah sebaliknya, Dia mengorbankan nyawa melalui satu orang untuk menyelamatkan banyak orang.
Niwei (ups...), titipan doanya sampai sekarang belum terkabul tuh. Padahal stoknya udah siap lho. He he he...
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
Rong2
Ijinkan saya untuk tertawa terlebih dahulu…
“HUA HA HA HA HA HA ………….”
Rong2...smile hanya mau memberikan ide dan alternative agar petinya laku dijual...tanpa harus menyuruh malaikat datang mencabut nyawa....sukur2 kalo bener, entar kalau salah, dan yang dicabut masih muda,.....kacian kan..belum pernah ngerasaain kawin...hihihihii...
Begini alternativenya :
1* Jualah peti mati itu ke orang orang kaya yang sudah tidak percaya kepada Bank....yang hanya dapat dijamin 2 milyar dari uang yang telah ditabungnya...lagian di Bank kan ribet...masuk mudah keluar susah.....
Kenapa dijual ke orang kaya?
Anda bisa menjelaskan begini kepada mereka :
Yakinkan mereka, untuk menyimpan uang mereka di dalam petimati yang akan mereka beli dari anda. Siapkan ruangan seperti orang yang sedang berduka...bilang saja mayatnya telah diawetkan. Tutup peti dengan menggunakan kuncian putar, seperti handle untuk menutup Valve pada tanki. Buat suasana ruangan seperti ruangan dirumah duka.Uang aman tersimpan di-dalammnya.(perampok dijamin ga akan berani nyentuh)
Atau yakinkan mereka, katakan kepada mereka bahwa siapkan tanah dan kubur peti itu seperti kuburan pada umumnya. (yang sudah diisi dengan semua uang gepokan yang dimiliki, dari mulai rupiah, dolar sampe uang monopoli sekalian)Berilah kembang 2 hari sekali..katakan kepada tetangga tetangga, itu kuburan keluarga,...beri papan nama ditanah pekarangan yang dibuat kuburan dengan tulisan : “KUBURAN LELUHUR DAN KELUARGA BESAR”
Buat bak penampungan semen bagian pinggir makam dan dibelakang nisan buat bak yang bisa dibuka (dari semen..taruh poit-pot diatasnya...katakan untuk hiasan agar kuburannya enak dilihat(Jika ingin ambil uang,ambil dari bak yang sudah ditutup itu, dan korek aja pake garukan atau buat alat khusus buat ngorek uangnya) Mana berani perampok ambil,..uang aman, dan petimati ahli fungsi...
Yang kedua....jangan suruh malaikat untuk ngambil nyawa..tapi,..suruh pendeta urapi agar dagangannya laku,...kalau sudah pake urapan,..doa,..dan minyak,pasti peti mati itu akan laku terjual,...(mungkin aja engga sekedar buat peti orang mati, bisa buat lemari atau sejenisnya...hihihihihi)
Nah Rong, kalau cara kesatu bisa oke,...berarti anda menjadi orang pertama yang lancar berjualan petimati tidak hanya melulu untuk orang mati saja,..Selamat mencoba...
sincerely,
smile
*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@smile, sudah pernah dicoba
Smile, saya pernah satu kali menerima pesanan seperti alternatif anda yang pertama meski tidak serumit detail yang anda berikan. Hasilnya saya tidak tahu. Yang jelas pembeli itu tidak pernah datang atau menghubungi saya lagi untuk komplain.
Alternatif ke-2? Daripada mendoakan dan mengurapi peti mati supaya laku terjual, mending mendoakan orang-orang yang kurang mampu agar rejekinya lancar, sehingga nanti bila mereka mati tidak usah mengharapkan subsidi gereja lagi untuk membeli peti mati. Minyak urapannya jangan disiram ke peti, buat tukang saya saja, lumayan bisa dipakai pijat urut kalau pegal-pegal, nambah produktifitas kan...
Hehehe...
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
maling? peti mati? kuburan?
Smile, usulmu sudah tidak up to date, rasanya maling dan perampok jaman sekarang sudah tidak ada takut sama yang namanya peti mati, kuburan, hantu dan sebagainya. Asal yang diincar ada, kuburanpun dibongkar dan semua asesoris berharga yang dipakai mayat dipreteli semua, mungkin nanti suatu ketika peti matipun dijarah, lumayan kan bisa dijual second dan di-rejuvenation untuk yang tipe premium dan masih fresh, atau paling tidak bisa untuk kayu bakar. Tanpa bermaksud meremehkan bisnis pak Rong2, mungkin mereka berpikir lagi pula ngapain bangkai manusia saja harus didandani bagus2 dan dimasukin dalam kotak kayu yang mahal, mending buat yang hidup saja, kan lebih bermanfaat.
Niwei (dak pake ups...), produkmu pak Rong2, memang sangat unik, tidak disukai, dihindari, dan dibenci konsumen, tetapi sangat dicari-cari dan dibutuhkan kalau waktunya sudah tiba dan kebanyakan tanpa tawar-menawar harga lagi. Produkmu mengingatkan bahwa disanalah segala sesuatu yang jasmaniah di dunia ini akan berakhir. Hidup Rong2! Hidup Peti mati!!
@AR, namanya juga usaha hehehe...
Mas Andy, terimakasih sudah jauh-jauh dari seberang benua sudi mampir ke lapak saya.
Anda sudah buka kartu saya hahaha... Betul yang anda bilang, terbukti sampai saat ini belum ada pembeli yang menawar harga dagangan saya. Mereka terima-terima saja berapapun saya kasih harga. Ora ilok (pamali), katanya. Sedangkan buat saya sendiri juga sama ora iloknya bila ambil margin terlalu tinggi. Sewajarnya saja. Jadi seperti yang dibilang purnomo, amit-amit jabang bayi kingkong kalau saya sampai hati ambil kesempatan di balik derita orang.
Omong-omong masalah ora ilok, saya kasih tau satu hal lagi. Ini bukan bisnis dengan term of payment yang cash and carry, tapi pada umumnya adalah carry then... cash. Jadi ora ilok juga kalo bikin tagihan sebelum petinya tertutup tanah. Tunggu sampai upacara selesai, kalau perlu tunggu seminggu kemudian sampai kering airmata, baru tagihan layak dikirim ke keluarga duka.
Begitulah mas Andy, di atas itu semua, tiap kali satu peti selesai dibuat saya selalu berjaga-jaga siapa tau itu disiapkan untuk saya. Only Heaven knows... :)
Saya tunggu laporan pandangan matanya dari acara piala dunia nanti. Hehehe...
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
@Rong2
Jadi ora ilok juga kalo bikin tagihan sebelum petinya tertutup tanah. Tunggu sampai upacara selesai, kalau perlu tunggu seminggu kemudian sampai kering airmata, baru tagihan layak dikirim ke keluarga duka.
Mas Rong2 orang yang jujur dan tulus sekali keliatannya
Ngomong2 peti mati, dulu waktu abang gw meninggal peti mati sampai tanah pekuburannya diurus oleh sebuah yayasan Kristen (gw lupa namanya apa). Karena yayasan itu sifatnya 1/2 amal buat orang susah jadi mereka gak charge mahal2. Petinya pun peti sederhana aja seh tapi gw harap buat si pembuat peti tetap merupakan rejeki tersendiri karena sudah membantu orang susah seperti gw dan keluarga gw dengan 'karya'-nya..
Waktu gw keluar Indo beberapa tahun lalu, di luar Indo gw melihat bisnis peti mati uda berkembang jadi sebuah perampokan. Biaya peti mati sampai tanah buat pekuburan minimal ribuan $$.
Biaya kremasi pun gak murah karena jasa pembakarannya sendiri gak murah biarpun misalnya kita beli paket yang paling minimalis langsung dari krematorium (tanpa lewat rumah duka), bawa guci sendiri dari rumah dan kita sendiri yang sebarin abunya ke laut.
Yah begitulah.. sekian dulu intermezzo kali ini. Silahkan dilanjutkan obrolannya
"When all think alike, no one is thinking very much." - Walter Lippmann
“The Roots of Violence: Wealth without work, Pleasure without conscience, Knowledge without character, Commerce without morality, Science without humanity, Worship without sacrifice, Politics without principles.” - M. Gandhi
@hannah
Honey, saya sudah bisa menangkap pesan moral dari komentar kamu itu.
"Amit-amit jabang bayi kingkong, jangan sampai kita meninggal dan dikubur di luar negeri"
Hehehe...
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
Andy Ryanto : BABE
Wah, berarti harus di update lagi ya bro,...kalau ga update....maklum...lagi berimajinasi jadi orang kaya raya....hihihi...
Niwei juga, ga semua perampok atau maling ga takut ama peti,...apalagi mereka belum ke SS dan baca artikel artikel tentang dunia gaib dan supranatural...Malahan biasanya mereka amat sangat percaya dengan takhayul yang berkoneksi ke peti meti...kan ditaruhnya dirumah, bukan dikuburan umum....tapi, itu juga hanya ide....ngena ok, ga dak opo opo....
Kalo hasil curian dan penjarahan kuburan bisa dijual di BABE BANDUNG....hihihihi....
sincerely,
smile
*Penakluk sejati adalah orang yang mampu menaklukkan dirinya sendiri*
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Menyingkap cadar Rong-rong
Membaca akhir blog ini,
'Mumpung kamu di situ, aku titip doa. Mintalah pada Tuhan supaya mengirim pasukan malaikat pencabut nyawa ke Semarang sekarang juga. Jumlahnya secukupnya saja, asal hasilnya sudah bisa buat bayar utangmu itu."
membuat saya mengagumi Rong-rong.
Ia cerdik sehingga ketika menolong orang tak lupa akan dirinya. "Jumlahnya secukupnya saja" bila dihubungkan dengan profesinya sebagai burial organizer pasti berarti "yang dibunuh secukupnya saja" yang penting "hasilnya sudah bisa buat bayar utangmu itu" = "komisi dari laba yang aku dapat dari jualan peti mati cukup untuk bayar utangmu itu". Hasil tafsir bebas ini disetujui oleh Rong-rong sendiri dengan pernyataan:
Niwei (ups...), titipan doanya sampai sekarang belum terkabul tuh. Padahal stoknya (stok peti matinya) udah siap lho.
Mengikuti blog-blog Rong-rong sebelumnya, saya berpendapat ia belum layak dikelompokkan sebagai "penyesat". Oleh karena itu pasti pesannya adalah "jangan cari kesempatan mendapat untung waktu menolong orang lain." Ia juga berpesan kalau sudah kepepet tidak ada salahnya mencoba berdoa ('Ambarawa. Gua Maria Kerep. Aku ngga tau mau ngungsi ke mana lagi, mas.')
Karena itu, berhati-hatilah membaca blog Rong-rong karena selain yang kasat mata (tersurat) ia juga menyajikan yang tidak kasat mata (tersirat).
Salam.
@purnomo, penyesat
Dear Purnomo,
Jangan kuatir, mudah-mudahan saya tidak akan jadi "penyesat". Saya memang belum genap satu semester buka lapak, tapi sudah 3 tahun saya berkeliling jadi pemulung di pasar klewer ini. Hampir semua dagangan berikut tawar-menawarnya saya ikuti dari awal. Sebagai pemulung saya tidak boleh tersesat, dan sebagai pedagang saya juga tidak mau jadi "penyesat".
Dagangan saya termasuk kategori "sangat baik dan aman untuk dikonsumsi". Saya jamin orang tak akan protes, pusing, muntah, atau bahkan mencret-mencret, karena syaratnya mereka harus mati dulu sebelum memakainya.
Tentang nasihat anda agar berhati-hati, itu juga berlaku buat saya agar berhati-hati membaca blog-blog anda. Untung itu sudah saya lakukan selama saya jadi pemulung. Hahaha...
Niwei (ups lagi...), anda seperti Dan Brown yang terobsesi dengan simbol-simbolnya da Vinci. :)
salam hangat dari dunia kematian,
rong2
salam hangat,
rong2
pake mesin cuci ya?!?!
salam kenal rong2...
wah, abis baca blog ini, priska dapetin inspirasi baru ni. supaya garis tangan tetep bagus, nyucinya pake mesin cuci aja... hehehe.... (wah, besok harus minta sama suami nih... , kalo perlu, biar dia juga baca blog ini ya... hehehe...)
mmm... soal masalahnya... yang priska percaya selama ini... apapun yang sedang dihadapi, Tuhan tau koq. pasti nanti ada acaranya.... . Toh Dia itu kan Tuhan pencipta langit bumi, Tuhan yang punya segalanya kan? Dan Dia itu Bapa kita, kita ini anakNya... masak iya Tuhan bakal ngasih yang gak baik sih... (tapi, tentunya itu pasti yang baik menurut Tuhan lho... bukan menurut akal manusia kita).
"I can do all things through Christ who strengthen me"
"I can do all things through Christ who strengthen me"
@priska, hubungan antara mesin cuci dengan anak pertama
Dear Priska,
Sebelumnya saya ucapkan selamat mengarungi samudera dengan bahtera baru ya. Semoga jadi navigator yang tangguh bagi sang nahkoda.
Salam kenal juga ya mbak nganten anyar.
Gimana, mas nganten anyar udah baca tulisan saya belum? Mudah-mudahan begitu baca gak usah nunggu gajian langsung besoknya dibelikan hehehe...
Tau nggak kenapa saya bilang mesin cuci bisa mempengaruhi garis tangan (baca : nasib) seseorang? Coba bayangkan berapa banyak oportunitas tenaga dan waktu yang kamu butuhkan untuk kegiatan mencuci dengan tangan. Bandingkan bila pakai mesin cuci.
Dari segi tenaga jelas lebih efisien. Kamu bisa pakai tenagamu buat aktifitas lain yang lebih produktif (mulai nih..., multitafsir hehehe...). Dari sisi waktu, apalagi. Kegiatan nyuci bisa dilakukan sambil lalu. Tinggal masukkan baju ke dalam mesin, udah deh..., bisa ditinggal ahak-ahak ihik-ihik. Apalagi nganten anyar kayak kamu. Bisa-bisa anak pertamamu nanti jadi gara-gara beli mesin cuci baru hahaha...
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2
@Ronggo
Hallo Brro Rong2,
Saya mau tanya neh.. ini peti matinya anda buat sendiri dalam arti bisnis sendiri lalu kerja sama dgn rumah duka atau RS ? atau anda bekerja sebagai Burial organizer di tempat tsb ?
Huanan
@huanan, visi
Huanan, usaha saya adalah satu entitas sendiri, kalaupun ada kerjasama dengan rumah sakit atau yayasan kematian sifatnya tidak mengikat. Biasanya mereka memultiplikasi harga dan saya tidak mau terlibat dengan hal yang demikian.
Kami membuat sendiri petinya karena memang dari situlah awal saya merintis usaha ini. Mayoritas bahannya setengah jadi, kemudian sampai di gudang akan dirakit sedemikian rupa hingga dimensinya menjadi presisi.
Sebagai sentuhan akhir, peti akan dikalibrasi supaya rapi. Untuk menambah nilai jual biasanya ditambahkan beberapa detail figuratif tanpa mengurangi makna dan esensinya.
Seringkali bentuk peti harus disesuaikan dengan konteks pesanan. Agar tidak terjadi over context, kami tidak boleh menafsirkan sendiri pesanan pembeli sesuai persepsi kami. Yang kami lakukan adalah memahaminya dengan teliti, mendalam, dan komprehensif sehingga dapat menghasilkan produk akhir yang secara absolut disebut peti mati.
Burial organizer adalah visi. Pernah saya kesulitan ketika ada yang minta dicarikan pasukan ratapan yang tugasnya menangisi jenasah. Karena itulah saya merasa belum benar-benar profesional.
Mudah-mudahan setelah membaca penjelasan saya ini, tidak ada yang menganggap saya sakit jiwa.
Hahaha...
salam hangat,
rong2
salam hangat,
rong2