Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tempat untuk Gembala

Purnawan Kristanto's picture

"Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka." (Lukas 2:20)

Apabila mendengar kata "gembala", kita langsung membayangkan orang yang lemah lembut, penuh kasih sayang memelihara domba, mengobati yang terluka dan mencari yang tersesat, kemudian mendukung di atas bahunya.
Berdasarkan isi Alkitab, kata "gembala" menimbulkan kesan baik. Bukankah dua tokoh terbesar di Israel,-- yakni Musa dan Daud--, adalah penggembala juga? "" Tapi di kalangan Yahudi pada zaman Yesus, para gembala adalah orang yang-orang yang kasar dan tidak taat pada peraturan.
Para gembala tidak dihormti pimpinan Yahudi, karena mereka "tidak mempraktikkan agama". Di antaranya, tidak pernah berziarah ke Yerusalem. Di daerah-daerah yang kekurangan air, para gembala sering mengabaikan pembasuhan yang diwajibkan oleh agama. Mereka juga sering sengaja menggembalakan domba di ladang orang lain. Itu sebabnya, imam Yahudi menganggap mereka tidak dapat dipercaya sama sekali, sehingga mereka dilarang menjadi saksi di pengadilan.
Namun mata Allah berbeda dengan mata manusia. Allah justru memberikan kabar baik tentang kedatangan Juruselamat ini kepada para gembala. Ketika para gembala dilarang menjadi saksi di pengadilan, Allah justru menjadikan mereka sebagai saksi pertama dari Kristus!
Semangat Natal mengajak kita untuk memedulikan orang-orang yang kurang beruntung dan tersisih. Gereja kami pernah mengadakan aksi sosial dengan KEBAYA (Keluarga Besar Waria Yogyakarta). Mereka mengaku merasa senang karena ada yang mau menyapa dan peduli. Adakah kaum "gembala" di sekitar Anda? Allah tidak mencari orang yang merasa sudah saleh. Ia menyapa orang-orang yang merasa tak layak dan paling berdosa
 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways