Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Teman pertanggungjawaban
Ketika ada di sebuah pulau yang cukup sepi, saya banyak memikirkan hal ini. Teman dimana saya bertanggung jawab. Ini bukan tentang bos saya dimana saya haruss bertanggung jawab. Memang saya harus memberikan pertanggungjawaban dari setiap hal yang saya lakukan dan setiap rupiah yang saya gunakan. Saya pikir sebatas itu. Saya tidak memberikan pertanggungjawaban atas apa saja yang saya lakukan di waktu luang. Atau bagaimana saya menggunakan uang pribadi saya. Bukankah tidak mungkin saya memberikan laporan keuangan pribadi saya ke bos saya? Tetapi saya sangat menyadari bahwa saya memerlukan teman dimana saya mempertanggungjawabkan hidup saya. Saya pun mulai memikirkan, siapakah orang tersebut? Tentu yang saya maksud selain Tuhan, karena sudah jelas saya harus mempertanggung jawabkan ke Tuhan. Saya memerlukan orang yang bisa menegur saya, memperingatkan saya jika saya mulai salah, dan mendukung saya jika memang saya benar. Saya memerlukan kacamata yang berbeda dengan kaca mata saya, yang bisa melihat apa yang tidak bisa saya lihat dan merasakan apa yang tidak saya rasakan. Disaat saya tidak peka terhadap suara Tuhan, suara manusia itu akan datang menegur saya. Disaat saya mulai egois, hanya memikirkan diri sendiri maka teman pertanggungjawaban tersebut akan memperingatkan saya. Saya pun mulai menentukan syarat teman dimana saya memberikan pertanggungjawaban dan dalam bidang apa saja yang akan saya berikan pertanggungjawaban. Yang pertama, dia harus mengasihi saya. Karena saya menyadari, jika tidak ada kasih maka kecenderungan yang terjadi adalah perusakan. Saya dirusak oleh orang tersebut atau saya dimanfaatkan utuk kepentingannya dia. Jika tidak ada kasih, dia bisa saja membiarkan saya bersalah dan bersorak ketika saya jatuh. Jadi kasih itu yang terutama. Yang kedua, dia harus orang yang percaya. Yang saya maksud bukan saja dia pergi ke gereja dan mengatakan hal-hal rohani. Tetapi dia memahami Firman Tuhan dan melakukannya. Ini sangat penting karena saya harus memastikan dia tidak merekomendasikan saya untuk melakukan hhal yang tidak benar. Yang ketiga, dia mengetahui tentang hal-hal yang saya kerjakan. Walaupun dia bukan ahlinya tetapi paling tidak dia bisa membayangkan ketika saya menceritakan tentang apa yang saya lakukan. Lalu saya pun menyadari bahwa selama ini istri saya sudah menjadi teman pertanggungjawaban. Saya selalu menginformasikan tentang penggunakan uang, baik buat parkir, beli makanan, minuman dan lain-lain. Ini bukan siapa mengawasi siapa, tetapi dari penggunaan uang, istri saya memahami apa yang menjadi penting buat saya dan apa yang sedang saya kerjakan. Ini menjadi sangat penting supaya dia bisa mendukung saya atau menegur saya jika saya tidak melakukan sesuatu. Juga tidak mungkin buat saya untuk mencoba-coba selingkuh jika saya laporkan semua penggunaan uang yang ada pada saya. Ini ini ternyata masih kurang karena dia sangat mencintai saya sehingga terkadang dia biarkan saya menyenangkan diri saya tetapi tidka melakukan hal yang harus saya lakukan. Dia terlalu sayang ke saya sehingga untuk beberapa kasus dia tidak menegur saya. Saya pun mengamati, kasus tersebut sering kali berhubungan dengan pelayanan yang saya rintis. Oleh karena itu, di bidang tersebut saya mencari orang lain. Saya pun meminta rekan pelayanan saya untuk menjadi teman pertanggungjawaban. Dia bukan hanya melakukan apa yang saya lakukan walaupun itu yang menjadi tugas dia tetapi bagaimana membuat dia terlibat secara dalam dan mendapatkan laporan dari saya. Sebenarnya terdengar aneh, karena sayalah yang memimpin. Itu sama saja pemimpin perusahaan yang memberikan laporan (bukan hanya keuangan) kepada para pegawainya. Itu juga sama dengan pendeta yang selalu memberikan laporan kepada jemaatnya (saya melihat mulai banyak pendeta yang tidak memberikan laporan). Saya memberikan laporan yang saya lakukan dan mengharapkan masukan dari mereka. Tetapi ternyata hal tersebut tidak cukup. Untuk beberapa kasus, rekan pelayanan saya merasa enggan memberikan masukan apalagi teguran. Maka saya pun meminta orang lain lagi yang tidak terlibat sama sekali dengan apa yang saya lakukan untuk menjadi teman pertanggungjawaban saya. Dia mendapat leporan dari saya bukan hanya laporan keuangan. Saya pun membuat perencanaan, bagaimana memonitoring dan mengevaluasi apa yang saya lakukan. Sebenarnya itu bukan hanya sekedar untuk laporan tetapi memudahkan saya melakukan pelayanan saya. Dengan adanya teman pertanggungjawaban maka saya sedang menjamin saya memiliki integritas. Karena saya menyadari saya tidak bisa memiliki integritas jika saya tidak melibatkan orang lain untuk mengawasi saya.
Small thing,deep impact
- Sri Libe Suryapusoro's blog
- 3293 reads
external auditor
perasaan cinta atau rasa sungkan memang kadang bisa 'bermasalah', tapi secara pribadi saya senang mendengar ada hamba Tuhan yang bergumul tentang masalah keuangan ini. tadinya, dalam ke-skeptisan saya, kirain udah ga ada yang 'model' gini ;)
kalo mau lebih serius, coba pertimbangkan jasa seorang auditor eksternal. tidak murah tapi harusnya lebih terjamin integritasnya.
Inilah yang disebut dengan "living in the fishbowl"
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
MMMmmm...
BIG GBU!
Saya coba menjawabnya
Small thing,deep impact
shallom