Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens
gue bener, lu salah..
Teman saya, Ria, mengagumi rentangan sayap seekor burung bangau besar selebar 2 meter dan takjub melihat keanggunan penampilannya. Ia senang sekali menyaksikan bangau itu terbang meluncur untuk mendarat di tepi kolam yang terletak di belakang rumahnya. Memang saya sependapat jika burung bangau itu adalah makhluk yang unik dan mengagumkan. Namun saya tak pernah ingin melihat seekor bangau mendarat di halaman rumah kami. Itu karena saya tahu bahwa burung tersebut tidak akan berada di sana hanya untuk mengagumi taman kami. Makhluk tak diundang ini tentunya hendak mencari kesempatan untuk mencuri ikan dari kolam untuk menjadi santapannya. Jadi, apakah saya yang benar? Ataukah Ria? Mengapa kami tidak bisa sepaham soal ini? Kepribadian, latar belakang, atau pengetahuan yang berbeda bisa mewarnai cara pandang seseorang. Itu tidak berarti bahwa yang satu benar dan yang lainnya salah, tetapi terkadang kita bisa bersikap kasar, kaku, dan suka menghakimi jika tidak menemukan kesepahaman. Yang saya maksud mungkin sama sekali tidak bisa disebut dosa, tetapi sekadar perbedaan dalam pendapat atau perspektif. Kita harus berhati-hati dalam menilai pemikiran, motivasi, dan tindakan orang lain karena kita pun ingin diperlakukan serupa. “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni” (Lukas 6:37) Bisakah kita belajar dari orang yang melihat sesuatu dari perspektif berbeda? Perlukah kita bersikap lebih sabar dan mengasihi? Saya bersyukur bahwa Allah begitu panjang sabar dan menunjukkan kasih-Nya pada saya. Secercah kasih dapat memberi pengaruh besar. Tuhan Yesus memberkati.
- Charissa's blog
- Login to post comments
- 1820 reads