Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens
Cinta Ku bukanlah cinta biasa (another version)
Apa yang membedakan cintanya Yesus kepada kita, dengan cinta kita kepada Yesus?
Belum terbit matahari, ketika aku bersama Yesus menyusuri jalanan setapak. Senandung riangku mengiringi langkah kecil kami. Sementara embun pagi menetes di ujung-ujung rumput dan ilalang. Pagi itu Yesus mengenakan topi jerami, dengan semangat Ia bernyayi bersamaku.
Sejenak aku berhenti, kugenggam tangan Yesus, “Tuhan, aku ingin selalu memuji Mu dengan segenap hatiku, seperti embun pagi yang selalu menawarkan kesejukan bagi sekitarnya”
Namun pagi segera berlalu. Titik-titik embun pagiku lenyap seiring berkas sinar mentari. Saat itu aku menyadari betapa terbatasnya aku untuk mengasihi Nya, “Tuhan, maafkan aku, sedikit cobaan saja bisa menyurutkan pujian dan mazmurku..”
“Anak Ku, engkau tahu Aku akan tetap mengasihimu bagaimanapun keadaanmu. Lihatlah ufuk timur, sepasti fajar yang merekah, demikian janji Ku,” seberkas senyum memancar dari wajah Nya.
Perjalanan pun berlanjut, sementara matahari kian berarak ke tengah langit, terik sinarnya seakan membakar kulitku. Saat itu aku berpikir sesuatu..
“Ada apa anak Ku? Engkau tampaknya sedang memikirkan sesuatu,” tanya Yesus
“Tuhan, maafkan aku, tapi aku bingung, aku tahu janji Mu pasti sepasti fajar, tapi bukankah fajar tidak selalu memancarkan rona merahnya, ada saatnya tergantikan terik mentari atau gelap malam?”
Yesus hanya tersenyum, Ia melepaskan topi jerami Nya dan memakaikan kepadaku. “Semoga ini bisa menaungimu. Aku akan menjagamu ketika Bapa Ku mengizinkan cobaan terjadi dalam hidupmu, atau bila seakan tidak ada kepastian dalam hidupmu..,”
Ketika Ia melepaskan topi jerami Nya, aku melihat jelas bekas luka goresan dan sayatan di dahi Nya, mahkota duri..
Aku pun memeluk Nya diantara langit yang selamanya membiru, dan tidak pernah ingin kulepaskan
- Yoshua's blog
- Login to post comments
- 5930 reads