Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Takut akan manusia
Ungkapan "takut akan manusia" memiliki berbagai nama. Ketika masih remaja, mungkin kita menyebutnya "tekanan kelompok." Ketika beranjak dewasa, kita menyebutnya " menyenangkan hati orang lain." AKhir-akhir ini, ungkapan ini lebih dikenal dengan sebutan "ketergantungan". Takut akan manusia yang ku maksud adalah satu keadaan dimana kita melihat "harga diri" pada hal-hal diluar diri kita. Kita takut akan pandangan orang lain,dengan sorot mata mereka yang mungkin kita rasakan seperti menelanjangi diri kita. break Beberapa hari ini, aku merenungkan satu buku dengan judul “Ketika Manusia dianggap besar dan Allah dianggap kecil “ , Penulis Edward T.Welch , Penerbit Momentum. Buku ini telah lama kumiliki dan adalah kebiasaanku, jikalau membeli buku, aku selalu menulis tanggal pembelian buku dan tertera tanggalnya 28 Nov 2004 ( 4 tahun yang lalu ).
Di dalam buku ini ( hal 8 ), memberikan penjelasan sebagai berikut : 1.Apakah Anda merasa sulit berkata tidak , padahal Anda tahu jelas harus berkata demikian dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain ? 2.Apakah Anda butuh “ sesuatu “ dari orang lain berupa penghargaan? 3.Apakah harga diri menjadi masalah yang begitu penting dalam hidup Anda ? 4.Apakah Anda pernah berpikir bahwa Anda mungkin akan dikenal sebagai seorang yang munafik? 5.Apakah Anda selalu merevisi keputusan Anda karena Anda takut kelihatan buruk dalam pandangan orang lain? 6.Apakah Anda merasa hampa dan tidak berarti? 7.Apakah Anda cenderung pemalu? 8.Pernahkah Anda berkata bohong untuk maksud yang menurut Anda adalah satu kebaikan? 9.Apakah Anda orang yang cenderung menghindari orang lain? 10.Bukankah kebanyakan “ diet “ sekalipun mengatasnamakan kesehatan dimaksudkan untuk kesan positi dari orang lain? 11.Apakah Anda merasa nyaman saat Anda memandang diri dengan orang lain? 12.Pernahkan Anda merasa iri dengan orang lain ?
Jika jawaban Anda adalah “ YA”, kecenderungan Anda berada dalam satu kehidupan yang memang lebih dikendalikan oleh manusia daripada Tuhan. Anda hidup dalam kehidupan "takut akan manusia".
Aku mulai memikirkan setiap pertanyaan tersebut
1. Bagaimana mungkin, aku selalu mengatakan aku tidak butuh orang lain, aku yang selalu merasa mampu melakukan sesuatu , aku yang selalu merasa harga diriku sangat tinggi, adalah seorang yang telah hidup " takut akan manusia? "
2. Bagaimana mungkin , aku yang adalah seorang aktivis-guru sekolah minggu, yang dari kecil telah ke sekolah minggu, dari kecil mendengarkan Firman Tuhan, tetapi ternyata aku masih hidup di dalam " takut akan manusia?"
3. Aku tahu, manusia adalah makhluk unik di hadapan Tuhan. Aku tahu, tidak ada manusia yang sempurna.Aku juga tahu, untuk mengenal diri sendiri, kita harus mengenal Tuhan. Aku tahu Tuhan harus menjadi pusat dalam hidup kita melebihi apapun. Aku tahu semua itu, dan telah berada di luar kepala. Bagaimana mungkin "aku bisa takut akan manusia?".
Ada 3 pemahaman yang aku dapatkan :
1.Sesuatu atau seseorang yang Anda butuhkan, itulah yang akan mendikte Anda, bisa berupa pasangan, materi, kekuasaan , penghargaan, dan lain-lain
2.Pernyataan tidak membutuhkan orang lain justru menjadi bukti nyata dari adanya sikap takut akan manusia
3.Kita sering kali lebih membutuhkan orang lain ( bagi diri kita sendiri ) daripada mengasihi mereka ( bagi kemuliaan Allah )
Dan itulah kehidupan yang aku jalani selama ini tanpa aku sadari. Aku telah lama menggumulkan hal ini, dan sekarang aku baru berani mengatakan, hidupku kadang-kadang memang sering dikendalikan oleh sesuatu di luar diriku bukan oleh Tuhan, tanpa aku sadari. Kesadaran itu baru muncul setelah melewati proses yang cukup lama. Saat ini, aku hanya boleh berkata : "Terima kasih Tuhan. Proses yang diberikan hari lepas hari. Sekarang aku boleh melihat dengan nyata kehidupanku sendiri."
Untuk beberapa sahabatku, terima kasih jikalau kalian telah banyak membentuk aku menjadi pribadi yang lebih baik dengan nasehat, kritik yang membangun dan penerimaan dalam Tuhan:)
Untuk teman-teman yang ada di sabdaspace yaitu Ko Daniel, Ko Hai-Hai dan Dennis ( pakai kata ko deh, biar lebih hormat :). Tanpa kalian sadari, kalian menambah kesempurnaan pemahaman tentang hal ini.Thx so much.
- Yenti's blog
- 4203 reads
takut ya?
waduh, kaget juga, kok tiba2 namaku disebut2 di sini... aku gak merasa melakukan apa2 tuh, tapi kalo memang pembicaraan kita yang singkat2 itu bermanfaat, ya syukurlah...
terus terang aku ngaku kalah deh, sejak tahun baru aku belum sempat nulis apa2, boro2 nulis, online aja jarang... ini kamu udah nulis banyak2, malah sehari langsung 3, kayak minum obat aja... tapi kok tagnya tentang "takut" semua sih? lagi takut apa non?
Mau tahu.... Untuk Hai-hai , Daniel dan Dennis
Yenti Lupa
Nona, waktu itu kita sedang membahas tentang diri kamu dan pergaulan kamu dengan teman-teman di kantor sebagai contoh. Waktu itu aku bilang, "Yenti, Kamu mudah akrab dengan orang-orang yang di bawah kamu, namun takut untuk berakrab-akrab ria dengan mereka yang di atas kamu. Kenapa bisa begitu?"
Nona, kalau kita selalu merasa sungkan, maka cepat atau lambat orang lain akan memanfaatkan rasa sungkan kita itu untuk memeras kita. Meminjam kalimat Happy Lee, "Kalau elu mulai ngerasa nggak enak, maka gua mulai merasa enak untuk bikin elu nggak enak!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Pemahaman baru
"I can do all things through Christ who strengthen me"
Iya,aku ingat ko...
Cia you Dan:)