Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tabib Gadungan atau Tabib Sejati?

youngyoungan's picture

Kesehatan adalah harta yang sangat berharga. Kalau diminta untuk memilih, pastilah tak akan ada orang yang mau sakit. Setiap orang pasti ingin hidup sehat, dan tak akan ada orang yang sengaja membuat dirinya sakit (kecuali orang tersebut kurang sehat pikirannya, xixixixi ). Cara untuk mendapatkan kesembuhan pun sangat banyak, mulai dari cara tradisional sampai cara medis yang super modern. Manusia akan senantiasa mengupayakan kesembuhan bagaimanapun caranya. Bahkan ada yang mencari kesembuhan secara supranatural yang terkenal dengan sebutan 'alternatif'. Namun demikian sebagai orang percaya seharusnya kita tetap berhati-hati dan berhikmat dalam mencari kesembuhan saat kita sakit.

Bicara tentang kesembuhan, beberapa waktu yang lalu kita semua dihebohkan dengan cerita si tabib cilik "Ponari" asal Jombang. Seorang becah kecil nan lugu dan masih 'ingusan' namanya tiba-tiba terdengar santer di telinga masyarakat Indonesia. Konon, dia dikenal sebagai bocah ajaib yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bahkan ada orang yang pingsan dan meninggal waktu menunggu giliran disembuhkan tak kunjung datang. Tidak habis pikir kenapa orang-orang begitu tersugesti dengan cara penyembuhan seperti yang dilakukan oleh bocah kecil itu. Apa iya, hanya dengan mencelupkan batu ke dalam air membuat air tersebut berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit? Kenapa orang-orang begitu antusias berebut 'air celupan' Ponari?

Seiring berlalunya waktu fenomena kesembuhan supranatural ini pun berlalu. Namun bisa jadi akan muncul lagi fenomena-fenomena baru tentang kesembuhan. Di satu sisi, gereja masih banyak memperdebatkan tentang kesembuhan supranatural/ilahi. Namun, di sisi lain jemaat yang sakit seharusnya dilayani. Mau memilih yang mana? Terus berkutat dalam area ilmiah atau segera menjawab kebutuhan masyarakat yang menjerit butuh kesembuhan? Mampukan gereja menjawab tantangan ini? Pada dasarnya, Tuhan telah memberi karunia kesembuhan kepada umat yang percaya kepada-Nya - gereja. Dan karunia itu bisa digunakan untuk melayani jemaat yang sakit. Karunia kesembuhan yang Tuhan berikan tidak hanya terbatas untuk menyembuhkan penyakit-penyakit ringan tapi juga penyakit akut.

Menurut ilmu medis, kesembuhan harus bisa dibuktikan. Kalau tidak bisa dibuktikan maka kesembuhan yang terjadi bisa diragukan. Sebagian banyak dokter meyakini adanya kesembuhan natural dan supranatural. Kesembuhan secara natural dapat dibuktikan secara ilmiah. Sementara kesembuhan supranatural diyakini karena adanya kekuatan adikodrati. Bagi tenaga medis kristiani percaya bahwa kesembuhan adikodrati terjadi karena campur tangan Roh Kudus. Roh Kudus sanggup mengetahui dan menyembuhkan penyakit maupun gangguan yang tidak bisa dideteksi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi medis. Sudah ada banyak bukti mengenai kesembuhan spektakuler yang terjadi pada pasien, khususnya pasien yang percaya kepada Tuhan Yesus.

Lalu, apakah semua kesembuhan spektakuler dapat digolongkan sebagai kesembuhan ilahi? Pertanyaan ini perlu diperhatikan. Bukankah di sekeliling kita terjadi banyak kesembuhan spektakuler? Pada waktu yang akan datang kesembuhan-kesembuhan spektakuler mungkin saja banyak terjadi. Bahkan yang lebih hebat dan heboh dari apa yang terjadi sekarang. Namun, hendaklah kita cermat siapakah pelaku penyembuhan itu? Apakah ia sudah mengenal Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat atau tidak? Jika belum, kita harus berhati-hati dan bersikap bijak. Bukan hanya kita tapi orang lain di sekitar kita pun perlu kita beru tahu. Karena kuasa kegelapan pun akan semakin berjuang untuk meniru dan melakukan hal-hal spektakuler juga.

Kalau begitu, apakah kesembuhan ilahi itu? Apakah semua kesembuhan “hebat“ dapat dikategorikan sebagai kesembuhan ilahi? Menurut salah seorang hamba Tuhan, kesembuhan ilahi adalah kesembuhan yang Allah anugerahkan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Perihal kesembuhan ala Ponari tidak dapat digolongkan sebagai kesembuhan ilahi jika dilihat dari perspektif teologis. Segala kesembuhan di luar Kristus tidak dapat digolongkan sebagai kesembuhan ilahi.

Menanggapi kesembuhan ilahi, ada tiga pandangan yang muncul dalam masyarakat. Pertama, kesembuhan ilahi hanya terjadi pada zaman dahulu. Pandangan ini didasarkan atas ketidakpercayaan pada kesembuhan ilahi. Kedua, kesembuhan ilahi hanya untuk sebagian orang. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan tidak semua orang disembuhkan dalam kebaktian-kebaktian kesembuhan. Ketiga, kesembuhan ilahi hanyalah akal-akalan oknum-oknum tertentu yang hanya ingin membuat sesuatu yang sensasional dan keuntungan materi. Akan tetapi pada hakikatnya Allah menghendaki semua orang disembuhkan. Persoalannya sekarang apakah seseorang itu percaya atau tidak. Mungkin Anda bertanya, “Saya sungguh-sungguh percaya, tapi mengapa tidak disembuhkan?” Hal itu bisa saja terjadi karena Tuhan punya maksud lain, yaitu untuk menyatakan kemuliaan Tuhan yang lebih besar lagi.

Satu hal lagi yang ingin saya bagikan di sini adalah tentang kebaktian kesembuhan yang beberapa waktu yang lalu saya ikuti. Banyak orang yang datang ke kebaktian itu yang justru hanya fokus pada hamba Tuhan yang melayani dalam kebaktian tersebut. Sehingga saat sakitnya tidak sembuh, mereka menjadi kecewa dan menggerutu. Ada banyak persepsi salah yang ada di benak jemaat. Apalagi jemaat yang datang hanya ingin mencari kesembuhan secara jasmani. Untuk menangani kasus seperti ini gereja seharusnya bisa menindaklanjuti (follow up) jemaat yang tidak langsung mendapat kesembuhan dalam kebaktian itu. Sehingga iman jemaat terus ditumbuhkan hingga akhirnya nanti imannya dalam Yesuslah yang menyembuhkan sakitnya. Dari sisi hamba Tuhan yang melayani alangkah lebih baik jika ia menyampaikan Firman Tuhan yang mendasari adanya kesembuhan ilahi di awal kotbahnya. Selain itu kesembuhan bisa terjadi seketika maupun melalui proses. Dan penting juga untuk diketahui bahwa hanya dengan iman di dalam Yesus Kristus saja yang bisa menghasilkan kesembuhan. Jadi tidak terkesan bahwa kita memaksa Tuhan untuk menyembuhkan penyakit kita. Dan kita tidak pulang dengan kekecewaan karena kenyataannya kita tidak sembuh saat itu. Disamping itu, sepertinya kita juga perlu mencermati siapa "hamba Tuhan" itu. Mengingat ada juga orang-orang yang mengaku hamba Tuhan tapi dia hanya ingin mencari popularitas diri sendiri. Intinya tetaplah waspada dan waspada...