Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sok Kenal, Sok Dekat [SKSD]
Kata orang, wartawan yang baik itu harusnya hasil blasteran antara ilmuwan dan diplomat. Maksudnya, wartawan itu harus memiliki otak yang berpikir kritis seperti ilmuwan. Setiap informasi tidak ditelan mentah-mentah tetapi diverfikasi, diuji dan diperiksa kebenarannya. Di sisi lain, meski bersikap kritis [bahkan kadang skeptis], tapi wartawan harus mahir menjalin hubungan pribadi dengan narasumber, luwes dalam pergaulan dan tidak boleh malu-malu. Akan tetapi kalau terlalu sok kenal dan sok dekat juga dapat membuat malu. Inilah yang saya alami. Begini ceritanya.
Waktu itu, kami akan mengangkat laporan utama tentang kitab apokrif "Injil" Tomas. Kami mendapat informasi bahwa ada narasumber yang sangat berkompeten yang sedang berkunjung di Jogja. Namanya romo V Indra Sanjaya pr. Beliau adalah lulusan Universitas di Roma dan mendalami tentang kitab-kitab apokrif. Informasi itu juga menyebutkan bahwa romo Indra sedang berada di asrama mahasiswa Realino yang bertetangga dengan kantor redaksi.
Ini kesempatan bagus. Maka pak Xavier lalu menugaskan saya dan Lily Halim untuk mengejar sang narasumber. Saya menyiapkan kamera foto, semaetara Lily Halim menyiapkan tape recorder dan kaset. Mengendarai sepeda motor Yamaha Alfa milik kantor, kami segera meluncur ke asrama Realino. Bagi Liliy Halim, tempat ini bukan asing lagi baginya karena dia pernah kuliah di IKIP Sanata Darma [sekarang menjadi Universitas].
Saat berjalan masuk, saya bertanya pada Lily Halim, "Mbak Lily sudah mengenal romo Indra?"
"Belum," jawabnya. Blaik! Semula saya menyangka dia sudah tahu yang mana romo Indra. Selain lebih senior daripada saya, dia juga pernah kuliah di sini.
Suasana asrama sangat lengang. Kami bingung harus menemui siapa. Lalu tiba-tiba melintas sosok pria dewasa. Dari postur dan cara berjalannya, sepertinya sih seperti imam katolik. Maka kami menyimpulkan dia pasti romo Indra. Toh, tak banyak orang yang ada di sini.
Segera saja Lily Halim menyodorkan tape dan mengajukan rekaman. Saya segera bersiap memotret sang "narasumber". Namun ada keanehan. Sang "narasumber" kelihatan plenggang-plenggong, tidak tahu harus menjawab apa. Maka kami mulai sadar, jangan-jangan kami salah sangka.
"Bapak yang namanya romo Indra Sanjaya, bukan?" tanya saya dengan senyum kecut.
"Bukan. Saya petugas administrasi di sini," jawabnya. Maka meledaklah tawa kami. Dengan rasa malu, kami minta maaf dan menjelaskan maksud kedatangan kami.
Untunglah bapak itu tidak marah, Dia lalu menjelaskan bahwa romo Indra sudah pergi ke Seminari Kentungan di jalan Kaliurang. Dengan wajah memerah, akhirnya kami pun pamitan.
***
Keesokan harinya, barulah kami berhasil mewawancarai romo Indra yang "asli"
------------
Communicating good news in good ways
- Purnawan Kristanto's blog
- 5488 reads
Ini namanya Waton Nyruduk.
Mengasyikakan memang kalo berburu nara sumber itu, tapi aku belum pernah mengalami hal yang seperti ini. Karena sebelum berburu, sudah mempersiapkan referensi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan nara sumber. Kalo tidak, seperti cerita di atas, dengan bahasa teolog jalanan, namanya Waton Nyruduk ha ha ha ha....alias Yak-Yak O....hasilnya RASAKNO!
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
Wawancara Dadakan
Soalnya ini wawancara dadakan. Sebenarnya sang narasumber itu tidak ada dalam kisi-kisi rencana laporan utama. Namun karena kebetulan ada di Jogja, maka langsung saja disamber. Lumayan bisa menghemat biaya liputan he..he..he...
Memang ada baiknya menyiapkan riset dan referensi sang narasumber, apalagi majalah yang kami kelola itu majalah bulanan. Mestinya ada banyak waktu untuk persiapan.
------------
Communicating good news in good ways
"-.- Once...
Dulu, minggu malam adalah waktu "serius" memilih snack untuk dibawa pulang (persedian seminggu) dengan bro, mum dan dad.
Saking seriusnya, min sibuk milih dan setelah mengambil, langsung menggandeng tangan pria disamping, tanpa melihat dulu. (Pas itu masi cebol banget min)
Sampe dikasir, masi lum ngeh.
Trus tuh om tanya, 'Ini anak sapa?'
Kaget, menengok keatas... 'ehhhh...'
Dad dari kasir seberang ngakak bersama mum dan bro. Buru2 berlari ke dad dengan muka merah dan malu.
Salam balik dari Van u Mas Wawan.
Sayangnya, Min
Ha...ha..ha... Sayangnya sekarang nggak terjadi lagi. Coba bayangkan kalau yang digandeng bukan Vant, melainkan si Afgan. Apa nggak senang itu?
------------
Communicating good news in good ways
Tulisan ringan yang
Tulisan ringan yang menyegarkan.
The only difference between a sarcasm and a satire is the first one is usually done with anger while the later one is done with a smile - PlainBread
Biar nggak tegang
Terimakasih. Biar pada nggak tegang dan gebuk-gebukan melulu
------------
Communicating good news in good ways