Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sekilas dari Keabadian (25)

John Adisubrata's picture

Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata  

BOLEHKAH AKU MEMANDANG-MU? 

“Pada waktu itu manusia akan memandang kepada Dia yang menjadikannya, dan matanya akan melihat kepada Yang Mahakudus, Allah Israel; … ” (Yesaya 17:7) 

Perlahan-lahan saya membuka kedua mata saya setelah menyadari, bahwa gumpalan-gumpalan gelombang kasih tersebut telah berhenti menghujani diri saya. Tentu disebabkan oleh karena saya sudah berhenti mempertanyakan diri-Nya dan juga tindakan-tindakan-Nya yang mendemonstrasikan kasih-Nya yang tidak terbatas kepada saya.

Penuh ketakjuban saya menyaksikan suatu keindahan tak terlukiskan yang mengelilingi diri saya, dari ujung rambut di kepala sampai ke telapak-telapak kaki saya. Seluruh ‘tubuh’ saya diliputi oleh sinar-sinar terang gemerlapan yang indah berkilau-kilauan, mirip dengan kedahsyatan cahaya yang mengelilingi diri-Nya. Perbedaannya hanya, … berkas-berkas sinar yang saya pancarkan tersebut tampak tidak berarti sama sekali, jika dibandingkan dengan cahaya dahsyat yang dipancarkan oleh-Nya!

Saya merasakan suatu perubahan yang drastis sudah terjadi di dalam diri saya, setelah mengetahui melalui tindakan-tindakan yang sudah Ia lakukan untuk membuktikan kepada saya, bahwa Ia mengasihi saya dengan kasih yang tulus sekali. (1)

Oleh karena itu memberanikan diri saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada-Nya: “Tuhan, … aku tahu sekarang, Engkau adalah Allah yang maha pengasih. Apakah Engkau mengijinkan aku datang mendekati-Mu? Aku ingin sekali melihat wajah-Mu.” (2)

Beberapa saat lamanya saya menantikan jawaban-Nya. Tetapi Ia tidak mau memberikan tanggapan apa-apa. Oleh karena itu saya menjadi semakin berani, dan bertekad untuk melaksanakan keinginan saya!

Setengah merengek saya mengajukan permohonan itu sekali lagi kepada-Nya: “Tuhan, … apakah Engkau tidak mau menjawab, karena Engkau tidak keberatan?”

Ia tetap berdiam diri, ... membungkam seribu bahasa!

Oleh karena Ia tidak mau menjawab, baik itu merestui ataupun melarang keinginan saya, saya menjadi lebih berani lagi untuk menarik kesimpulan sendiri, bahwa Ia sudah mengabulkannya.

Tanpa merasa ragu-ragu lagi saya merangkak maju, menembusi berkas-berkas cahaya di hadapan saya yang berkilau-kilauan indah tiada taranya. Seketika itu juga saya merasa seolah-olah diri saya menjadi lenyap tiada berbekas tertelan oleh kedahsyatan hadirat-Nya. Sinar-sinar luar biasa yang dipancarkan oleh-Nya itu telah mengambil alih seluruh ‘kepribadian’ saya, bahkan setiap bagian-bagian terkecil yang ada pada ‘tubuh’ saya.

Semakin mendekat mata saya menjadi semakin terbelalak lebar, mengagumi keindahan dan ketajaman berkas-berkas cahaya terang yang melebihi kedahsyatan sinar-sinar yang saya saksikan tadi.

“Aku tidak mau berhenti di sini saja. Oh, ... semuanya tampak begitu mengagumkan. Pasti Dia jauh lebih hebat lagi.” Saya merangkak maju terus, melewati tingkap-tingkap cahaya luar biasa yang dipancarkan oleh-Nya, yang sudah menyebabkan diri saya sirna dalam waktu sekejab saja, … tenggelam di dalam lautan sinar gemerlapan yang ada di sekeliling saya.

“Oh, ... berkas-berkas cahaya ini sungguh dahsyat!” Termangu-mangu penuh kekaguman saya mengawasi keindahan ‘aura’ yang menguasai hadirat-Nya: “Bagaimanakah sebenarnya rupa Allah? Apakah Dia akan mengijinkan aku menatap wajah-Nya?”

Melalui lapisan-lapisan cahaya yang terkelupas satu per satu, akhirnya saya berhasil masuk ke tengah-tengahnya, di mana seluruh berkas-berkas cahaya tersebut bermuara, dipancarkan oleh TUBUH seseorang dengan kekuatan kuasa yang amat luar biasa.

Di sana … kedua mata saya menyaksikan suatu keindahan sorgawi yang jauh lebih hebat dan mengagumkan lagi! 

(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)

SEKILAS DARI KEABADIAN (26)

Kesaksian Ian McCormack

KEMULIAAN WAJAH-NYA