Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sebuah Kesaksian
Jika Anda ingin belanja dengan satu klik dan Anda tinggal membayar untuk kemudian barang sudah diantar, belanjalah secara online. Jika Anda ingin belanja tanpa perlu repot tawar menawar, belanjalah di minimarket, supermarket, hypermarket atau belanja swalayan lainnya. Jika Anda ingin berbelanja dengan harga yang miring, bisa menawar, tapi harus dalam jumlah banyak, belanjalah di pusat grosir. Jika Anda masih ingin bisa tawar menawar dalam berbelanja, tapi tidak ingin capek-capek pergi atau melangkahi jalan becek di depan pasar akibat hujan semalam, bangunlah lebih pagi untuk mencegat tukang sayur. Tapi jika Anda tidak keberatan dengan rasa lelah, tawar menawar, jalan becek, desakan kasar orang-orang, beraneka tatapan mata, serta bau menyengat bawang merah atau sampah, dan sekaligus juga harga murah, bisa mengecer, barang segar, serta interaksi dengan banyak orang, datanglah ke pasar tradisional.
Ini bukan kampanye berbelanja ke pasar tradisional. Entah sejak kapan SabdaSpace ini mendapat sebutan Pasar Klewer. Kenapa harus Klewer, bukan Beringharjo atau Wonokromo, misalnya? Saya sudah tahu, karena markas dari Yayasan Lembaga Sabda yang menjalankan situs ini adalah di Solo. Kenapa bukan pasar Legi atau pasar Gede? Saya tidak tahu, mungkin karena pasar-pasar itu kalah populer dibandingkan Klewer. Tapi, bagaimanapun sebutan Klewer memang cukup pas dengan SS ini. Kebetulan juga, setahu saya memang ada beberapa gembala sidang gereja di Solo adalah alumnus alias dulu pernah bekerja membuka kios di Klewer (Klewer yang di Solo). Entah apakah Klewer yang di dot org ini juga akan menghasilkan seorang gembala sidang? Semoga tidak hehehehe... saya lebih berharap akan menghasilkan penulis dan pengarang saja (karena gembala gereja besar sudah cukup banyak, penulis buku tebal masih sedikit). Sampai saat ini, keberadaan Klewer sendiri masih menjadi salah satu pusat bisnis penting, meski sempat terbakar dan konon hampir diubah menjadi semacam grosir. Walaupun sudah lama tidak masuk ke Klewer yang di Solo, tapi setidaknya dari lewat saja saya masih bisa melihat bahwa situasi berdesakan, panas, dan genangan air di depannya masih tetap ada.
Saat pertama kali menggelindingkan bola, saya tidak sepenuhnya yakin kalau dulu, para penggagas SS akan membayangkan situasi SS akan berkembang menjadi lebih cocok digambarkan sebagai pasar tradisional seperti saat ini. Sudah ada beberapa komunitas Kristen online yang lebih tua dari SS, entah dalam bentuk forum, milis atau blog seperti ini. Tapi, sepertinya sudah ada ciri khas khusus yang berkembang di SS ini. Saya belum sempat membandingkan sehingga saya tidak berani menyimpulkan. Tapi, ada yang bilang keterbukaannya. Ada juga yang memakai istilah bisa menjadi diri sendiri, yaitu kita tidak perlu berpura-pura, meski berpura-pura pun tidak dilarang jika memang itu lebih nyaman. Jika pasar adalah tempat yang menjadi simbol fungsi uang, bagaimana jika 'uang' itu diganti dengan kata?
Ketika para pemilik ritel menawarkan sistem swalayan, dengan menjual barang yang harganya sudah dinaikkan dan tidak bisa ditawar lagi, dengan kompensasi pembeli bisa menikmati sejuknya AC, nyala lampu, lantai mengkilat, barang yang tertata rapi, bahkan kereta barang serta kereta untuk anak-anak balita, banyak yang menyukai cara ini. Mungkin mereka kekurangan waktu untuk tawar menawar atau memilih barang. Mungkin mereka menganggap interaksi antar manusia bukanlah hal penting dalam proses ekonomi. Apalagi belanja online, ketika kita bahkan tidak perlu beranjak dari kursi dan membuka mulut sama sekali untuk mendapat belanjaan. Namun, tidak sedikit pula orang yang masih menganggap sistem belanja ala pasar tradisional lebih bagus. Mereka mungkin menganggap belanja bukan hanya tentang uang, tapi juga tentang barang dan penjualnya. Jika kita hanya ingin membuang uang atau sekadar membaca tanpa ingin tahu bagaimana barangnya alias makna tulisannya, atau bagaimana penjual alias penulisnya, mungkin berbelanja di pasar model tradisional hanya akan membuat Anda marah. Bagaimana tidak? Mengapa saya tidak mendapat telur yang bagus? Mengapa si penjual tidak mencantumkan saja label harga di setiap barang dagangannya? Mengapa harus ditawar? Mengapa harga di kios sebelah beda dengan kios di sini? Mengapa masih ada sisa tahi di telur dagangannya? Mengapa penjual itu marah ketika saya menawar terlalu murah?
Pasar Klewer di dot org ini juga bukan hanya mempersilakan orang membeli. Kita pun bisa ikut membuka kios atau lapak tanpa perlu ada retribusi atau mencari tempat mana yang strategis karena semua tempat di sini adalah strategis, asal barangnya baru atau menarik. Membuka kios yang berjualan daging persis di sebelah kios daging yang sudah lebih dulu ada, atau membuka kios penjual ikan di sebelah kios yang menjual baju juga boleh. Asal berani menanggung sendiri jika tetangga Anda tersebut protes. Namun, pasar inipun ada penanggung jawabnya. Jika misalnya seorang membuka lapak VCD porno dan terus menerus memutar film-film koleksinya sehingga membuat orang-orang tak nyaman, pengurus pasar tentu akan meminta Anda berdagang di tempat lain. Jika membuka sebuah kios minyak tanah di sebelah kios rokok dan penjual petasan, sebagai langkah preventif terhadap kebakaran tentu petugas pasar akan ambil tindakan.
Saya memberi judul tulisan ini, sebuah kesaksian. Ini bukan kesaksian tentang pertobatan atau perubahan hidup yang saya alami akibat SS. Namun, ini adalah kesaksian tentang bagaimana saya merasa beruntung. Saya merasa beruntung bahwa interaksi antar manusia, termasuk melalui perdebatan, dapat terjadi dan dipersilakan seluas-luasnya di situs ini. Ini memang bukan forum yang mengotak-ngotakkan topik pembahasan sehingga membuat si A yang tidak suka politik tidak akan ke bagian politik sedangkan si B yang tidak suka olahraga tidak akan membaca dan mengunjungi diskusi di topik olahraga. Apa yang terjadi di SS adalah benar-benar seperti sebuah pasar tradisional. Penjual telur bisa bersebelahan dengan penjual sapu, penjual sayur bisa berhadapan dengan penjual celengan. Lalu, ada yang bilang 'ketidakteraturan' semacam itu adalah cara tidak berpendidikan bahkan disamakan dengan cara preman. Mungkin, dalam pikiran banyak warga negara yang Orwellian ini, keteraturan atau bahkan keseragaman sebagai ciri seorang pelajar sudah terlanjur tertanam. Sangat mungkin itu juga termasuk dalam hal pendapat. Ada juga yang mempermasalahkan tentang sikap. Mungkin kita masih terkesan dengan nada halus mbak kasir di sebuah minimarket yang bahkan membukakan pintu dan mengatupkan kedua tangannya untuk menghaturkan sembah setelah Anda membayar untuk belanja lima ribu rupiah. Memang mengesankan, tapi saya tidak pernah ingat ada ucapan yang lebih dari kata 'terima kasih', 'ada uang kecil?', 'ini saja?' atau 'sebentar ya mas' keluar dari mulutnya. Namun, saya mengingat ibu saya bahkan bisa setengah jam berdiri mengobrol, bergosip atau bahkan sedikit bertengkar dengan salah satu pedagang sayur langganannya di pasar. Jika di lain hari bertemu di jalan dengan mbak kasir itu, bisa dipastikan ia atau saya sendiri sudah lupa. Tapi, tentu tidak demikian dengan sang penjual di pasar langganan tadi. Bagaimana bisa mempelajari ekonomi tanpa mempelajari hubungan antar manusia? Bagaimana bisa mempelajari sebuah ajaran kasih jika seluk beluk manusia saja tidak mengerti?
Apa yang Anda harapkan dari datang ke sebuah pasar tradisional? Atau jangan-jangan Anda belum pernah ke pasar tradisional? Inilah sebuah kesaksian tak lengkap tentang SS dari seorang pembeli dan penjual yang dagangannya yang paling laris adalah saat dirinya berulang tahun :P Bagi saya, SS adalah salah satu tempat favorit saya untuk membelanjakan kata atau menjual dagangan kata hasil kulak dari berbagai tempat.
- y-control's blog
- Login to post comments
- 4554 reads
pasar kumuh dan tak beraturan....
blog ini kayaknya bisa diprint terus dipigura lalu ditunjukin ke ibu yulia atau suaminya buat minta komisi dari yayasan sabda, hahahaha *just kidding*
---
terakhir kali gue chat ama salah satu "petinggi" sabda adalah ketika SS ini "ditelantarkan". gue bilang "ditelantarkan" karena SS "tergolek tak berdaya", sementara 4 programmer inti dari yayasan sabda malah sibuk ngerjain proyek yang buat bible itu.
si petinggi berkata bahwa proyek itu memang lebih penting karena mereka (orang indo) diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam suatu gerakan penginjilan internasional melalui keahlian mereka dalam programming. dia memperlihatkan ke gue situs yang sedang dia bangun (masih development saat itu) dan setelah gue browsing dan melihat2 fitur2 nya ada mixed feeling yang gue alami.
buat gue, proyek bible itu bagus, marvelous, keren, fantastik, dsb bila dilihat dari segi opportunity bagi orang indo kristen untuk berpartisipasi di dunia internasional. proyek ini juga bener2 keren secara fitur.
tapi... imho, untuk bisa menghasilkan sesuatu yang ada gunanya dalam jangka panjang, sesuatu yang indah dan manis itu membutuhkan "pasar kumuh dan tak beraturan" seperti SS.
tanpa peran SS, si A, si B, dan si C sangat potensial untuk terjebak oleh ego mereka masing2. mereka akan merasa bahwa dialah orang terjago atau paling dikaruniai atau orang yang paling terpilih, yang "Tuhan" ingin pakai untuk "membukakan rahasia yang tersembunyi bagi orang di segala abad", dsb. orang2 semacam ini pada akhirnya biasanya membuka denominasi baru sambil "mengutuk2" pengikut dari mainstream atau denominasi lamanya. contoh orang2 semacem ini sudah banyak dan ga peduli di agama manapun, orang2 semacem ini selalu ada.
sayangnya, "iklim" indonesia memang mendukung pertumbuhan orang2 seperti ini. saking sungkan dan elegan nya, kita terdidik untuk diam, (pura2) senyum, manggut2 saja dsb ketika seseorang berkata sesuatu yang sebenernya salah menurut pendapat kita. makin sungkan dan elegan, makin "terpelajarlah" dia, karena sesuai dengan pepatah bahwa "diam itu emas" atau "padi makin berisi makin merunduk".
"proyek ego", itulah yang gue bilang ke si om petinggi. dan gue menagngkap kesan bahwa dia ga suka dengan sebutan itu. wajar menurut gue karena gue pun akan marah bila sesuatu yang gue kerjakan sepenuh hati selama berbulan2 disebut "proyek ego" dengan gampangnya oleh seseorang yang baru liat hasil bikinan gue selama 5 menit.
tapi... gue serius dengan kata2 gue.
no more criticism from me
this
.
akibat nyasar
dulu ane nyasar kesini pas nyari program alkitab. dulu udah daptar juga tapi lama ga main and mbuka lapak.
setelah ada anugerah laptop and M3 yang udah bisa internetan murah (5rb bs buat 2 harian) akhirnya nyoba-nyoba nulis. yang jelas aku orang baru, aku banyak ga mudeng tapi aku pgn belajar, enaknya belajar di klewer adalah ga seperti beljar di SGS gereja aku. di sana kurikulum udah tertata, kita tinggal mengkonsumsi. di sini, kita masih kudu milih dulu makanan yang mau kita makan, kudu liat kondisi tubuh, kalo punya maag ya jangan beli kopi dan masakan pedas.
kalo ga bisa ngukur kemampuan diri dan kemampuan pengendalian diri bisa berabe akibatnya, DI GEBUK RAME-RAME! hahaha...
but so far, meskipun banyak pendapat dan opini yang ditulis dan telah aku baca, aku semakin yakin, bahwa inilah yang di doakan Tuhan Yesus, persatuan Tubuh-Nya, dengan syarat kemauan untuk pikul salib, buang ego, dan keinginan untuk memahami yang lain.
dan hal-hal itu, dapat dilatih di klewer ini.
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
@y-control
Asal jangan diganti "pasar kembang" aja, hi..3x (yang orang jogja pasti tau)
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
pasar Klewer memang OK..
ketika kecil.. joli membantu Om dagang di pasar klewer.. pandangan joli pernah tulis di sini ...... yah ketika kesasar di blog SS.. yang biasa akrab di sebut pasar klewer.. langsung cocok.. kayak kembali ke habitatnya.. di dalam pasar.. para pedagang pasar tampil apa adanya. bahkan seluruh unsur bisa saling merasa keluarga.. mulai tukang parkir, preman, pedagang, langganan (baik dr luar kota maupun luar pulau) serasa keluarga besar.. kekeluargaan yang sangat kental..
Kemarin sore saya belajar analisa pasar .. kebetulan yang di pakai sample adalah pasar klewer.. ngobrol tentang peluang bussines pasar... ternyata ada peluang yag luar biasa untuk investasi KM/WC umum di pasar.. berdasarkan jumlah pedagang klewer sekitar 2000 orang, jumlah PKL sekitar 1200 orang.. anggap aja setiap pedagang pernah pipis sekali.. berapa omzet km/wc.. setiap harinya.. belum lagi di tambah jumlah pengunjung..
Bila tarif Buang air kecil Rp. 500,- dan buang air besar Rp 1.000,- .. berapa banyak pendapatan harian, berapa banyak penghasilan bulanan... hitung sendiri ya..
jadi kepingin buka km/wc di SS ini.... jadi ngakak bila bayangin JF jadi penjaganya ??? pasti dia akan minta Rp. 1.500 untuk buang air besar... kalau nggak di kasih akan di teriakin.... lo buang air besar pasti buang air kecil juga kan.. bayar Rp 1.500...
Yang pasti melalui pasar klewer di SS ini.. saya banyak belajar .. bukan hanya pemahaman Firman Tuhan.. namun juga belajar bagaimana menjalani hidup.. dengan melihat warna-warni pengalaman teman-teman di SS.. dan yang paling menyenangkan ada banyak tambahan sahabat dan saudara.. ada bocah ajaib Raisa.. ada anak kecil nobitea, .. ada bocah tua nakal Hai-hai.. ada buanyak.. bocah-bocah yang lain...
Joli, Jangan Lupa Kencing
Joli, ketika menganalisa WC pasar klewer, umumnya orang-orang menggunakan BESARAN yang salah. Mereka menggunakan JUMLAH orang yang berkunjung ke PASAR. Yang lebih bijaksana menggunakan PERSENTASE pengunjung pasar. Namun menurut saya keduanya TETAP salah. Nah, karena sudah tahu yang salah, anda tinggal mencari yang benar.
Hal yang sama juga dilakukan orang ketika menganalisa WARNET. itu sebabnya banyak sekali warnet yang bangkrut walaupun itungan di atas kertas nampak benar. Hal itu terjadi karena mereka salah menggunakan BESARAN ketika menganalisa.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@hai-hai... di pojok kios
@ Hai-hai.. joli mah nggak pernah lupa memenuhi panggilan alam (pakai istilah ACC).. yang sering lupa adalah... bawa tissue..
Dalam analisa pasar .. terutama hal WC investasi.. berdasarkan jumlah pedagang.. bukan pengunjung (bonus).. anggap aja klewer buka jam 10 pagi tutup jam 17.00 berarti kan minimal para pedagang pipis sekali tuh.. (prosentase paling aman sekali dalam 7 jam).. yang lupa diperhitungkan adalah.. pedagang cowok yang pipis tidak di WC alias ndelik di pojok kios.. he.. he.. mudah-mudahan di SS nggak ada model beginian...
Ada Cara Yang Lebih Baik Nona
Ada cara yang lebih baik dan lebih mudah untuk menganalisanya nona. Hitung jam buka WC, bikin perkiraaan lamanya tiap orang kencing. Itulah jumlah maksimal pengguna WC.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak