Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Saya (akan) gagal
Seperti biasa tadi pagi saya menyalakan radio untuk mengusir sepi karena menyetir sendirian di tengah kemacetan ibukota. Stasiun radio yang saya pilih sedang bercerita tentang lagu yang akan diputar, yaitu : "Have I Told You Lately that I Love You".
Sebuah lagu yang setahu saya dipopulerkan oleh Rod Stewart. Ternyata, Rod Stewart bukanlah penyanyi yang pertama menyanyikan lagu itu; yang pertama adalah Van Morisson, seorang penyanyi Irlandia.
Rod Stewart pertama kali didaulat untuk menyanyikan lagu itu pada sebuah acara, lalu acara itu menjadi terkenal karena dia menitikkan air mata ketika menjiwai lagu tersebut. Rod Stewart berujar bahwa dia teringat kepada istrinya yang telah meninggal ketika menyanyikan lirik ini :
Have I told you lately that i love you
Have I told you there's no one else above you
Fill my heart with gladness
Take away all my sadness
Ease my troubles that's what you do
Lagu yang indah, dinyanyikan dengan suara berat Rod Stewart, membuat saya ikut bersenandung dan memikirkan arti dari liriknya. Saya berpikir, kira-kira siapa orang yang cocok untuk lirik ini : "Fill my heart with gladness ... Take away all my sadness ... Ease my troubles that's what you do ..." ?
Istri saya adalah seorang wanita yang cantik, kuat, cerdas, dan sukses. Dia memenuhi segala kriteria seorang wanita yang dulu saya idamkan sebagai istri. Tapi dia bukanlah sosok yang bisa mengisi hati saya dengan kebahagiaan, menghilangkan segala kesedihan, dan membuat hidup saya semakin baik seperti diutarakan lagu yang sedang saya senandungkan ini.
Entah sejak kapan kehidupan pernikahan saya menjadi seperti ini. Istri saya sedang "minggat" dari rumah, sudah seminggu lebih, dan bukannya merasa sedih atau kehilangan, saya malah sangat senang sekali. Ini adalah seminggu lebih yang paling santai sejak saya menikah dengannya di tahun 2008 lalu.
"Kenapa bisa jadi begini ?", pertanyaan itu yang selalu saya pikirkan sejak dua tahun lalu. Dan setelah memikirkan berbagai jawaban dan kemungkinan, kesimpulan saya saat ini adalah bahwa istri saya tidak salah apa-apa. Dari dulu pun saya tahu dia itu seperti apa. Bahkan dia itu adalah kulminasi dari semua yang saya inginkan terhadap seorang istri.
Yang salah kayaknya adalah saya. Konsep saya tentang istri itu harus seperti apa, itulah yang salah.
Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Dia adalah istri saya dan kami sudah mempunyai seorang anak. Anak yang lucu, yang menjadi satu-satunya yang "terasa benar" di kehidupan pernikahan saya ini. Anak inilah yang cocok dengan lirik lagu tadi; entah kenapa segala yang dia lakukan membuat saya bisa melupakan sejenak tentang segala kesusahan yang saya hadapi.
Keberadaan anak saya adalah sungguh suatu berkat yang luar biasa, yang mengingatkan saya bahwa walau saya telah melawan Tuhan dengan menikahi seorang wanita non-kristen, Dia tetap berkenan memberkati saya. Dia sungguh luar biasa setia.
Apa yang saya alami saat ini adalah hasil keputusan saya sendiri. Dia seharusnya tidak perlu memberkati saya, tetapi kenyataan bahwa Dia tetap memberkati saya membuat saya semakin sungkan padaNya. Sungkan sekaligus kangen dengan segala nasehatNya, karena saat ini saya benar-benar bingung tentang apa yang harus saya lakukan.
Yang saya tahu hanyalah bahwa saya harus bertahan, minimal untuk anak ini. Tapi untuk sekedar bertahan pun, rasanya sebentar lagi pun saya akan menyerah.
Saya (akan) gagal.
# Update - 14 Oktober 2012 : "27 Tahun Lagi" #
Sudah tujuh bulanan sejak saya menulis blog ini dan walau dinamikanya naik dan turun, overall semuanya masih sama saja. Satu-satunya penghiburan saya benar-benar adalah anak saya. Melihat dia tumbuh hari demi hari membuat saya terhibur.
Ya, saya akan bertahan sampai anak ini dewasa dan sanggup berdiri diatas dua kakinya sendiri. Sekarang umurnya baru tiga tahun tiga bulan; dia akan lulus SMA pada umur 18 lalu jika bukan kedokteran maka dia akan lulus kuliah umur 22-23 tahun. Andai dia tertarik masuk kedokteran maka dia baru akan bisa praktek sekitar umur 30 tahunan. Berarti masih ada kurang-lebih 27 tahun lagi. Umurku sekarang 36 tahun; berarti "masa kebebasan" baru akan kuraih ketika aku berumur 63 tahunan.
Hmm ... mungkin akan lucu jadinya kalau kakek-kakek umur 63 tahun mengajukan surat cerai, hehehe ... yah bagaimana nanti sajalah. Tapi setidaknya itu berarti aku harus kerja lebih giat untuk mendapatkan rumah lain untuk masa tuaku nanti.
Yah sudahlah ... semoga keadaan berubah menjadi lebih baik, tapi seandainya tidak pun, aku akan mendapat kebebasanku 27 tahun lagi.
- moron's blog
- Login to post comments
- 7411 reads
Gagal
[ Saya (akan) gagal. ]
Salam kenal Moron. Selamat datang di Sabda.
Btw, kenapa anda menganggap bahwa anda gagal? Bukankah anda sudah berhasil menikahi istri yang anda idam-idamkan bukan ? Kenapa skrg merasa GAGAL sih?
Kecuali anda berubah pikiran lho, tp seperti anda bilang bahwa ini bukan salah istri anda, karena anda sudah tahu keadaan istri anda dari awalnya.
Bukan kah anda sudah berhasil menikah dengan istri anda? Bukankah anda sudah mengucapkan janji pernikahan? Saya mempercayai bahwa seorang laki-laki dapat disebut laki-laki bila kata-katanya bisa dipegang.
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
idih
sama-sama laki-laki kok pegang-pegang
@moron yang kontempelatif :-)
salam kenal dan damai.
ikutan komen ya.
... karena saat ini saya benar-benar bingung tentang apa yang harus saya lakukan.
mulailah dengan membayar hutang-hutang, khususnya berupa hutang janji, baik kepada Dia maupun kepada si dia. kalau ada janji yang belum dapat dijalankan, sepakatilah penjadwalan ulang. kalau ada janji yang tak mungkin lagi dipenuhi, rendah hatilah untuk meminta pengampunan.
...rasanya sebentar lagi pun saya akan menyerah.
Come on! elo udah berani kawin dan menikmati keindahannya meski sesaat, elo udah berani punya anak dan merasakannya sebagai berkat, kenapa sekarang mau menyerah ?
Saya (akan) gagal.
orang yang (akan) gagal biasanya terlalu bodoh untuk bisa membuat prediksi yang akurat :-).
peace...
------- XXX -------
Anda Tahu ?
Kejatuhan manusia dalam memutuskan suatu perkara adalah karena dia yakin dia tahu :)
Dan itu terjadi sepanjang hidup manusia. Jika dia yakin dia tahu maka dia sebenarnya tidak tahu kalau keyakinannya itu adalah ketidaktahuannya :)
Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS
http://www.facebook.com/veritasq
Jangan Menyerah
seorang teman pernah menasihati saya, "Tuhan masih menulis cerita cinta untukmu, only Heaven knows the ending"
Jangan menyerah ya....
GBU
Maaf, Saya Telat Melihat
Wah maaf ... saya baru nyadar kalau blog ini rupanya ada yang berkomentar, maaf maaf ... baiklah saya mencoba menjawab yah
@Debu Tanah :
Hehehe, mungkin kamu akan berpikir bahwa saya ngeles, tetapi saya memang tidak pernah mengucapkan janji pernikahan. Saya kumpul kebo dengan wanita yang sekarang jadi istri saya selama sekitar 2 tahunan. Lalu, karena anak tiri saya makin gede (waktu itu sudah umur 4 tahun), maka saya bilang ke dia bawa sebaiknya kami menikah supaya anak tiri saya tidak kecipratan pandangan negatif tentang orang yang kumpul kebo. Tapi di pihak lain, kami sama-sama terlalu malas untuk menikah secara formal, sehingga yang kami lakukan adalah mencari jalan tercepat untuk mendapatkan surat nikah; which is pake calo untuk ngurus semua tetek bengek dan keluarlah si surat nikah tadi, komplit
Tapi kamu benar, walau saya kumpul kebo, saya sepenuhnya sadar bahwa di hadapan Tuhan yang versi mana pun, kami sudah menikah. Walau negara dan masyarakat tidak mengakui keabsahan status kami pada waktu itu, tapi saya percaya bahwa kami sudah menjadi satu. Janji diucapkan atau tidak, setidaknya kami memang sudah berkomitmen untuk hidup bersama.
Dan kamu benar sekali lagi ... saya bukanlah lelaki sejati. Saya adalah pengecut yang sedang tampil untuk sok tegar di hadapan anak saya, sampai suatu hari nanti saya bisa kabur dari komitmen ini. Hari itu mungkin akan menyedihkan untuk anak saya, tapi saya tidak peduli lagi, karena saat itu dia sudah menjadi orang mandiri yang tidak lagi butuh saya. Ya, dipikir-pikir bila dilihat dari yang ideal saya memang jahat dan egois, tetapi dari sudut pandang saya, saya akan bilang begini nanti ke anak saya, "Dulu opa dan omamu bercerai waktu papa umur 8 tahun, sekarang papa dan mamamu bercerai waktu kamu sudah dewasa dan mandiri ... ya, papa jahat, but at least nasibmu lebih baik sedikit ... lumayan kan ? Ada peningkatan kan ?".
But it's still no excuse ... kamu benar, saya bukanlah lelaki.
@GuestX dan Veritas :
Ya, kalian benar ... saya memang parah sekali dalam membuat suatu prediksi. Belajar dari hal itu, saya cenderung untuk play safe dan menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan, dimulai dari yang terburuk.
Tapi untuk kasus ini, terus terang saya sangat berharap bahwa prediksi saya salah.
@Clara Anita :
Nasehat yang sangat memberi harapan karena selama ini satu pepatah yang selalu saya percayai adalah bahwa "hidup adalah seperti menggambar dengan pensil tapi tanpa penghapus". Terima kasih buat supportnya.