Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

[Resensi Buku] Wired for Intimacy (Dirancang untuk Keintiman) - Bagaimana Pornografi Membajak Otak Pria

htanzil's picture

Dalam buku ini dijelaskan bagaimana godaan pronografi telah merasuki dan mempengaruhi begitu banyak pria sehingga merusak citra dan pandangan pria terhadap wanita sebagai mahluk ciptaan Allah yang segambar dan serupa dengan-Nya.

Buku ini dibagi dalam  2 bagian utama, yaitu ; Bagaimana Pornografi Bekerja, dan Maskulinitas & Seksualitas yang Sehat . Di bagian pertama akan dijelaskan bagaimana dunia kini, khususnya di era internet  ini kita dibanjiri dengan materi-materi porno. Walau kita tidak sedang membuka situs porno namun iklan-iklan yang mengarahkan kita pada materi-materi porno itu berseliweran dan untuk melihatnya kita hanya butuh satu ‘klik’ saja untuk melihatnya secara gratis. Tak hanya internet, kini TV, film, iklan, bacaan, dan banyak hal lainnya telah disusupi gambar/adegan porno dan semua itu telah secara halus menyusup ke dalam struktur budaya kita sehingga standard kekudusan manusia menjadi luntur.

Apa akibatnya? Dr. William M. Shutters dalam bukunya ini mengatakan bahwa pornografi yang telah menguasai pria  membuat pria tidak lagi mengarahkan dorongan seksualnya secara benar sehingga pronografi mempersempit kemampuan kita untuk hidup benar dan kudus.

Buku ini dengan rinci menggambarkan akibat-akibat negatif dan bagaimana merusaknya pornografi terhadap pria dalam hal keintiman dengan pasangannya dan bagaimana pecandunya menjadi egois, memiliki tingkat kecemasan tinggi, narisistik, deperesi, sulit konsentrasi, dll. Selain itu Dr. William M. Shutters yang juga seorang neorolog memberikan kita gambaran apa yang terjadi pada saraf-saraf otak  ketika seorang pria menikmati gambar/tayangan pronografi.

Ketika Dr. Shutters menjelaskan bagaimana otak kita merespon terhadap hal-hal porno bagian ini menjadi sangat medis sekali karena kita diajak melihat bagan otak manusia lengkap dengan nama-nama ilmiahnya , mungkin bagian ini adalah bagian yang rumit bagi orang awam namun  semuanya itu dapat disimpulan dalam paragraf ini :

“Ketika seorang pria jatuh lebih dalam kepada kebiasaan mental menatap gambar-gambar ini, ketereksposan mereka ini menciptkan jalur pada saraf otak. Jalur saraf ini menyediakan jalan untuk kesempatan berikutnya ketika sebuah gambar erotis dilihat. Seiring berjalannya waktu, jalur saraf ini menjadi lebih lebar ketika dijalani berulang kali. Jalur-jalur ini menjadi jalan otomatis yang melaluinya interaksi terhadap wanita ditentukan. Sirkuit saraf memantapkan proses ini dengan kuat di dalam otak. Untuk setiap tatapan yang lama, pornografi memperdalam lekukan-lekukan mirip Grand Canyon dalam otak, yang melaluinya gambar-gambar wanita itu dapat mengalir. Semua wanita menjadi bintang porno yang potensial di dalam pikiran pria-pria ini. Hal ini menciptakan sebuah sirkuit neurologis yang memenjarakan kemampuan mereka untuk melihat wanita secara benar sebagai manusia yang diciptakan Allah”   (hal 95-96)

Pada intinya melalui buku ini penulis dengan pengalamannya sebagai pakar neurosains menjelaskan pada kita semuanya akan realita biologis perkembangan seksualitas kita sehingga kita dapat mem[eroleh perspektif seksualitas yang sehat, menampik pandangan yang salah terhadap maskulinitas, dan menemukan cara tuntas lepas dari ikatan jerat pornografi.

Di bagian akhir buku ini penulis memberikan solusi dan apa yang harus kita lakukan agar kita bisa lepas dari keterikatan pornografi dan merangkai ulang kehidupan kita dengan pengudusan dari-Nya, pertama yaitu dengan pengakuan. Tidak hanya mengakui secara pribadi kepada Allah, melainkan mengakuinya kepada orang lain karena ketika dosa diceritakan kepada orang lain, seseorang dipaksa untuk menyingkapkan kerusakannya. Bagaimana cara seseorang menceritakan kerusakannya merupakan hal yang penting dalam proses penyembuhan.

Yang kedua adalah dengan mencari akar permasalahannya, kenali penyebab-penyebab emosional dan psikologis yang berasal dari lingkungan yang mendorong terjadinya ketagihan seksual dan persoalan dorongan seksual. Caranya adalah dengan menulis jurnal harian. Ketika seorang pria menemukan apa yang menjadi penyebabnya, dia dapat mengatur dunianya untuk mengurangi kesempatan-kesempatan kembali pada kebiasaan lamanya sebagai penikmat pornografi.

Yang terakhir adalah dengan memiliki sebuah relasi dengan seorang pembimbing rohani yang lebih dewasa karena seorang pria yang telah terjerat dalam pornografi membutuhkan seorang mentor yang dia hormati  dan dapat belajar darinya, berjalan bersama dalam menjalani kekudusan.

Pada akhirnya buku yang ditulis dengan sangat baik oleh seorang pakar neurolog ini sangat bermanfaat bagi kita yang mungkin sedang bergumul dan sulit melepaskan diri perangkap pornografi. Selain itu buku ini juga sangat bermanfaat bagi para pria, orang tua, konselor,  Hamba Tuhan, dan siapa saja yang peduli akan kekudusan sehingga selain dapat membentengi dirinya dari jerat pornografi buku ini juga dapat dijadikan panduan bagi mereka yang terbeban untuk menolong para pria yang ingin dimerdekakan dari pornografi  baik dari pendekatan neurologis maupun dari kebenaran Firman Tuhan.

 
@htanzil

Data Buku :

Judul : Wired for Intimacy (Dirancang untuk Keintiman) - Bagaimana Pornografi Membajak Otak Pria
Penulis : Dr. William M. Struthers
Penerjemah : Junaedy Lee, Handy Hermanto
Penerbit : Literatur Perkantas
Cetakan : I, Februari 2012
Tebal : 220 hlm