Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Rahasia Hidup Bahagia

Purnawan Kristanto's picture

Siapa yang tak mau hidup bahagia? Setiap orang pasti ingin hidup berbahagia. Tapi pertanyaannya, seperti apakah hidup yang disebut berbahagia itu? Ada yang berpendapat bahwa hidup bahagia itu jika memiliki kekayaan yang berlimpah.
Ada juga yang mengatakan bahwa hidup berbahagia itu hidup selalu sehat dan aman. Yang lainnya menunjukkan keluarga yang harmonis sebagai pertanda hidup bahagia. Orang lain mengatakan bahwa orang yang berbahagia adalah orang yang selalu tertawa.

Apakah semua itu menjamin kebahagiaan? Kenyataannya, ada orang kaya yang jika ditanya apakah mereka berbahagia, mereka menggelengkan kepala. Orang sehat pun belum tentu merasa
sudah berbahagia. Mengapa begitu? Karena selama ini kita memiliki pandangan yang keliru terhadap arti kebahagian.

Pertama, kita sering keliru dengan menganggap bahwa kebahagiaan itu berarti bersenang-senang. Hatinya selalu bergembira. Itu sebabnya banyak orang kemudian berusaha menciptakan acara pesta-pesta atau lari ke obat penenang untuk menciptakan kegembiraan.

Kedua, kita sering berpikiran keliru dengan menganggap bahwa kita dapat mengejar kebahagiaan. Kita harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Padahal kebahagiaan kebenarnya merupakan akibat atau hasil dari sesuatu yang kita lakukan.

Ketiga, ada anggapan keliru bahwa kebahagiaan itu selalu ditemukan di luar diri kita atau ada pada orang lain. Kita sering berkata pada diri sendiri, "Dengan berganti pekerjaan, mungkin saya akan menjadi bahagia", "Saya tidak betah hidup di sini. Kalau saya pindah rumah ke kompleks yang lebih elit mungin saya akan lebih bahagia." Atau berpikir begini, "Kalau saya menikahi orang ini, hidup saya pasti akan berbahagia."

 

Ada seorang pria yang selalu memohon segala sesuatu pada Tuhan. Suatu haru, Tuhan berkata kepadanya: "Aku sudah bosan. Ajukanlah tiga permohonan. Aku akan mengabulkannya, tapi setelah itu jangan minta lagi."

Pria itu tercengang tak percaya. "Tuhan meskipun aku malu mengatakannya, tapi aku ingin Tuhan mengambil istriku. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak bisa hidup lagi bersamanya."

"Baik, tidak masalah" jawab Tuhan, "Terjadilan seperti yang kau minta." Maka matilah isterinya.

Pria ini sebenarnya merasa bersalah, tapi sesaat kemudian
dia merasa bahagia dan lega. Pikirnya, "Aku akan menikahi wanita yang lebih muda dan cantik."

Pada saat upacara penguburan, tiba pria ini berubah pikiran. Tuhan, dulu istriku ini adalah wanita yang baik. Selama dia hidup, aku tidak pernah menghargainya. Tuhan tolong hidupkan dia lagi."

Tuhan menjawab, "Baik, permohonanmu yang kedua sudah
terkabul."

Sekarang tinggal satu permohonan lagi. Apa yang dia minta
lagi. Dia bingung, lalu minta pertimbangan teman-temannya.

"Minta uang saja. Kalau kamu punya uang, kamu dapat
memiliki apa saja."

"Apa untungnya punya uang alau kamu tidak sehat? Minta kesehatan saja"

"Apa gunanya kesehatan jika suatu saat nanti kamu akan mati? Minta keabadiaan saja?

"Apa gunanya keabadian jika kamu tidak seorang pun untuk dicintai? Mintalah cinta"

Pria ini malah tambah bingung. Lima tahun, sepuluh tahun,
limabelas tahun berlalu.

Suatu hari Tuha bertanya, "Kapan kami akan menggunakan permohonan ketigamu?"

Pria ini tertawa kecit, "Tuhan saya ini bingung. Saya tidak tahu apa yang harus kuminta! Dapatkah Engkau katakan apa yang harus kuminta?"

Tuhan tertawa keras mendengar dia mengatakan hal itu,
"Baik Aku akan memberitahukan apa yang harus kau minta. Mintalah untuk menjadi bahagia tanpa peduli seperti apa pun keadaanmu. Itulah rahasianya."

--***---

 

Kebahagiaan tidak ada kaitannya dengan hal-hal di luar kita. Uang dan kekuasaan memang menjanjikan kebahagiaan.
Namun kenyataannya, orang miskin pun bisa bahagia.

Ada seorang mahasiswa yang berjalan-jalan di pantai pada siang hari. Dia mendapati seorang bapak
sedang tidur-tiduran santai di bawah pohon kelapa. "Maaf, mengapa Bapak tidak melaut?" tanya mahasiswa.

"Memangnya kenapa, dik?" tanya Bapak itu enggan.

"Kalau Bapak bisa menangkap banyak ikan, Bapak ‘kan punya uang banyak?" jawab Mahasiswa.

"Kalau saya sudah punya uang banyak, memangnya kenapa?" tanya Bapak itu lagi.

Mahasiswa mulai jengkel, "Lho, dengan uang itu Bapak bisa membeli dan memiliki banyak kapal?"

"Kalau saya punya banyak kapal, memangnya kenapa?"

"Bapak ‘kan bisa memperkerjakan banyak orang sebagai anak buah kapal?"

"Kalau saya punya banyak anak buah kapal, memangnya
kenapa?"

"Bapak ‘kan tidak perlu kerja lagi. Bapak tinggal terima setoran.
Bapak bisa hidup dengan santai," jawab mahasiswa dengan nada tinggi.

"Lho memangnya menurutmu apa yang sedang saya lakukan sekarang ini? Saya sedang bersantai ‘kan?"

Kekayaan tidak menjamin datangnya kebahagiaan. Kebahagiaan itu tidak terdapat di luar. Hilangkan pemikiran keliru itu. Kalau tidak, Anda tidak pernah mendapatkan kebahagiaan.

 

Ada seorang tahanan Nazi yang disiksa setiap hari. Suatu hari pemerintah Nazi memindahkannya ke sel baru. Di sel baru itu, ada lobang yang dapat membuatnya melihat langit di siang hari dan bintang-bintang di malam hari. Orang itu gembira sekali. Lalu dia menulis /em>surat kepada keluarganya tentang nasib baiknya itu.


Pada tahun 202, kaisar Septimius Severus khawatir terhadap pertumbuhan gereja. Karena itu, ia melarang agama Kristen. Namun banyak orang Kristen yang yang mengabaikan larangan ini. Termasuk di antaranya seorang wanita muda bernama Perpetua. Akibatnya, ia harus dihukum mati.

Selama menanti ekskusi, wanita ini membawa buku harian
dalam penjara. Dengan mengharukan, dia menuliskan kegembiraannya ketika bayinya diizinkan tinggal bersamanya. "Penjara tiba-tiba menjadi istana, sehingga aku sangat ingin tinggal di
sana daripada di tempat lain mana pun."

Ayahnya berusaha membujuk Perpetua. "Anakku, kasihanilah aku yang sudah ubanan ini...jangan tinggalkan aku. Lepaskanlah kebanggaanmu!" Ia menjawab, "Terjadilah seperti yang dikehendaki Allah!" Kemudian Hilarianus, sang Gubernur juga ikut membujuk,"Kasihanilah ayahmu yang sudah tua.
Kasihanilah anak laki-lakimu yang masih bayi. Persembahkanlah korban bagi keselamatan para kaisar." Perpetua dan teman-temannya menolak. Perpetua menulis, "Kami dikutuk seperti binatang buas dan dikembalikan ke penjara."

Seorang teman Kristen mengakhiri cerita ini, "Hari
kemenangan mereka tiba, dan mereka berbaris dari penjara menunju amphiteater, penuh sukacita seakan-akan hendak pergi ke sorga, dengan wajah tenang, gemetar,juga dengan kegembiraan, bukan ketakutan."


Sikap keliru yang lain adalah kelekatan ita terhadap
sesuatu, terutama pada emosi negatif. Jika Anda terikat pada emosi negatif,maka Anda tidak akan pernah merasakan bahagia.
Itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh memiliki emosi negatif. Sepanjang kita menjadi manusia normal maka kita pasti memiliki emosi negatif: seperti kesedihan, kekhawatiran, stress,depresi, kemarahan, kebencian. Yang
terpenting kita tidak larut dan terikat dalam emosi negatif ini.

--***--


Lalu bagaimana cara mencari kebahagiaan? Pemazmur mengatakan, orang yang berbahagia adalah orang yang "kesukaannya
ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." Dengan kata lain, orang itu suka melakukan Perintah TUHAN dan merenungkannya siang malam."

Ciri-ciri orang yang sudah melakukan perintah Tuhan dan merenungkannya siang malam adalah seperti pohon, yang
ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya. Orang itu berhasil dalam segala usahanya.


Pertama, tidak egois. Buah yang dihasilkan oleh sebatang pohon, selalu diberikan pada pihak lain. Pohon tidak pernah memakai buahnya untuk kepentingan diri sendiri. Dengan kata lain, orang yang berbahagia adalah orang yang tidak egois. Orang yang egois itu seperti anak kecil, "Kalau kamu tidak mau meminjamkan mainanmu, aku pulang lho."

Coba kita ingat-ingat, apakah kita pernah mengatakan hal seperti itu: "Kalau mereka memberiku ini atau itu,
aku akan berbahagia" atau begini, "Kalau aku tidak memperoleh ini atau itu, maka aku tidak akan berbahagia."

Banyak orang yang tidak merasa berbahagia karena mereka memaksakan kondisi-kondisi kebahagiaan untuk diri
mereka sendiri. "Aku akan merasa bahagia jika aku punya mobil"; "Aku tidak akan berbahagia jika gagal membangun usaha ini."

Banyak orang yang merasa berbahagia ketika dia mau berbagi berkat dengan orang lain.


Kedua, Bersyukur dan menghitung berkat. Coba kataan "Betapa beruntungnya aku. Aku bersyukur sekali!" Sungguh tidak mungkin merasa bersyukur, tetapi tidak berbahagia.

"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:11)


Ada
seorang pria yang datang pada seorang guru yang bijak. "Guru, bantulah aku. Rumahku seperti nereka. Kami tinggal dalam rumah yang sempit. Istriku, anak-anakku, menantu-menantuku, cucu-cucuku, dan aku sendiri. Tidak ada cukup ruang lagi untuk kami semua.

Guru: "Belilah seekor sapi dan masukkan dalam rumahmu!" meski heran, dia melakukan itu. Esoknya datang lagi. "Waduh guru, semakin parah."

"Tak apa-apa. Ikuti saran saja. Beli seekor kambing dan masukkan ke dalam rumahmu."

Datang lagi: "Rasanya aku sudah menjadi gila. Bisa kena serangan stroke. Rumahku sedah tidak karuan lagi."

"Beli sepuluh ekor ayam, dan masukkan ke dalam rumah."

"Ampuuun guru. Aku sudah tidak tahan lagi Rumahku sudah menjadi neraka beneran."

"Sekarang jualah semua binatang peliharaanmu.."

Datang lagi dengan muka cerah.

"Terimakasih guru. Rumahku terasa lega. Sekarang sunggu indah dan bersih. Seperti di sorga rasanya."

Ada latihan yang dapat dipraktikkan dalam bersyukur. Sederhana saja. Pikirkan kejadian hari kemarin, satu demi satu dari pagi sampai sore. Untuk setiap kejadiannya
katakan "Terimakasih. Aku sungguh beruntung dapat mengalaminya."

Mungkin Anda teringat sesuatu yang tidak menyenangkan. Berhentilah sejenak dan katakan pada diri sendiri,
"Hal yang salami ini terjadi semata-mata demi kebaikanku."

Ketiga, Melakukan latihan iman.
Perhatikan ayat 3:

"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan
yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3)

Orang yang sudah merenungkan firman Tuhan dan melakukannya
tidak langsung berbuah. Dia harus menunggu waktunya untuk berbuah. Meski begitu dia menantikan dengan sabar. Dia menyedari bahwa ada proses yang harus dilalui hingga tiba waktunya berbuah. Dia harus berakar, bertumbuh dan kadangkala harus dipangkas. Namun dia melaluinya dengan ketekunan.

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan
utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (Yakobus 1:2-4)

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
(Roma 8:28)


Pikirkanlah hal-hal yang terjadi pada Anda, entah itu menyenangkan atau tidak. Lalu katakanlah: "Semua kejadian itu baik untukku; semua peristiwa itu baik adanya." Pikirkanlah hal-hal yang terjadi pada Anda dan katakanlah, "Itu baik...itu baik..."

Pikirkan tentang masa depan dan katakanlah,"Semuanya akan menjadi baik, Semuanya akan menjadi baik." Kemudian
lihatlah apa yang akan terjadi. Iman akan menjadi kebahagiaan; yaitu iman bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan dan bahwa segala sesuatu akan memberi arti yang sangat besar terhadap kebahagiaan kita.


Pernah disampaikan Penulis dalam
Persekutuan Kelompok 3-4, GKI Klaten, tgl 26 Jan 2007.


__________________

------------

Communicating good news in good ways

mujizat's picture

Kunci Kebahagiaan

Anda benar. Punya duit banyak, kalau sakit ya tidak bahagia. Duit milyaran, sakit tertentu, sehingga hanya boleh makan kentang rebus, misalnya, juga tidak bahagia. Harta banyak, takut dicuri, takut dirampok, takut jatuh miskin, juga tidak bahagia. Tidak punya duit, tidak ada yang dimakan, kelaparan, juga tidak bahagia. Sumber ketidak bahagiaan manusia antara lain: 1. Khawatir atau takut: Takut lapar, takut miskin, takut sakit, takut mati, takut tidak punya duit 2. Sakit penyakit, teraniaya 3. Dll (bersambung)
__________________

 Tani Desa

galatia220's picture

Syarat Bahagia

Bersyukurlah kepada TUHAN YESUS. Janganlah jadikan aku kaya, sehingga nanti aku menjadi sombong dan tinggi hati kepadaMU. Dan jangan jadikan aku miskin, sehingga kalau lapar aku mencuri dan mencemarkan namaMU. Hanya cukupkanlah diriku ya Tuhan. Sepenggal Doa Bapa Kami, ... berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya ....
__________________

namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku.... Galatia 2:20