Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Puisi "Selembar Daun Jati"
Dulu saya suka numpang baca di toko buku (sampe sekarang juga). Suatu hari nemu buku puisi yg nyasar ke rak komik. Baca-baca dan nemu puisi yang menurut saya bagus sekali. Hari ini iseng nggeratakin om gugel, trus dapet juga teks puisi ini:
SELEMBAR DAUN JATI
gugur
jeritnya terdengar parau
sampai ke hati.
Seperti derit daun pintu
yang pelan-pelan mengatupkan
aku!
Saya nggak tau maknanya apa puisi itu. Tapi kalo dibaca-baca kok rasanya puisi itu mewakili sebagian suara-suara yang ada di dalam hati. Jiee, hatinya kutukupret kayak apa ya isinya?
Selembar daun jati jatuh ke tanah, tercopot dari rantingnya... masih sempet-sempetnya ngelawan dengan mengucapkan "aku". Knapa nggak pasrah aja, jatuh ke tanah pasti jadi kering dan hancur.
Kata Chairil Anwar "Hidup adalah menunda kekalahan".
*lagi-lagi posting nggak penting dari kutukupret*
- kutukupret berbuludomba's blog
- Login to post comments
- 9213 reads
Puisi Kutukupret
Saya nggak tau maknanya apa puisi itu.
Ini memang pertanyaan yang sederhana namun cukup menggelitik. Memang, di dalam melakukan penilaian terhadap suatu karya puisi, relativitas sangatlah sukar untuk dihindarkan. Puisi dpt saja lemah, baik di dalam pemilihan dan penyusunan citra dan lambangnya meupun di dalam menyusun rancang bangun baris-baris dan bait-bait. Walaupun begitu bukan tidak mungkin puisi itu memiliki daya pesona yang kuat terhadap pembaca tertentu.
Sebabnya ialah bahwa pokok yg disajikan sang penyair sangat dekat di hati pembaca. Dengan kata lain, pokok itu memiliki nilai ekstrinsik atau sedikitnya kontekstualitas yang tinggi. Sebaliknya, suatu karya yg memiliki nilai ekstrinsik atau kontekstual yg tinggi, belum tentu dapat mempesona pembaca. Sebabnya ialah bahwa pembaca tdk memiliki acuan tentang pokok itu atau tidak sadar bahwa pokok itu sebenarnya punya hubungan erat dengan kehidupannya.
Akhirnya letak makna atau mutu sebuah puisi adalah pada keseimbangan antara nilai intrinsik dan ekstrinsik, antara tekstualitas dan kontekstualitasnya. Walaupun jelas pula bahwa berlakunya nilai itu tergantung kepada tingkat apresiasi pembaca.
Bagi pembaca yang rendah apresiasinya, karya yg buruk mungkin akan bermutu dan sebaliknya, karya yang baik tidak dihargai. Hanya pada masyarakat yg memiliki apresiasi yg tinggi karya-karya akan mendapat penghargaan yang layak.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
iya
hahaha... aku jg gk tau makna dr puisi itu - kynya gk ada.
tp kayana tante paku ahli bgt di puisi , mungkin kutupret harus belajar khusus ma tante paku
kutukupret : step by step, setapak demi selangkah
Kutukupret,..KeNaPa Ga CoBa untuk buat puisi sendiri,..dari pada membaca puisi dan tidak mengerti,..Tapi ada tips buat anda,...
Jika anda ingin membuat puisi, bacalah dulu puisi2 yang ada,..baca perlahan, jika tak mengerti tak masalah,..lama kelamaan, anda akan bisa mulai masuk dalam ruang yang orang tidak bisa masuk,..bisa merasa apa yang orang tidak rasakan,..ibarat seperti melihat pigura kosong,..jika yang tak mau mengerti ya hanya menganggap pigura kosong sebagai suatu kekosongan yang tak berarti apa apa,...tapi bila anda telah terbiasa, pigura kosong mempunyai sejuta makna dari pada lukisan dalam pigura,...
Mau mencoba,..bacalah puisi sebanyak banyak,nya,..maka imajinasimu akan terlatih untuk kemudian bisa menghasilakn puisi yang orang bisa baca, dan bukan sekedar anda membaca....
Tuhan Yesus MemberKaTi...
smiLe LoVe JeSuS CHRisT
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@tantepaku, om smile: trims sarannya
saya akan belajar menulis... mungkin menulis puisi... soalnya kalo nulis teologi nanti ngawur kasian yang baca hohoho
Selembar daun pohon jati..
Bagi kebanyakan orang mungkin sangat tidak ada artinya ataupun berharga, namun ditangan seorang penjual "nasi jamblang" daun jati itu memberi nilai lebih dan memberikan perbedaan yang nyata.
Nasi Jamblang tanpa daun jati hanya akan menjadi makanan seperti di warung-warung nasi yang ada.
Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.
Selembar daun
Selembar daun jati
gugur
jeritnya terdengar parau
sampai ke hati.
Seperti derit daun pintu
yang pelan-pelan mengatupkan
aku!
Sepertinya ada nada kesepian dan keputus asaan di situ. Adakah si penulis dan juga "Kutu" sedang merasakannya?
GBU
nita