Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pelita (Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno)

Hery Setyo Adi's picture

Pelita

Kata “pelita” merupakan padanan  dari kata Ibrani ner (yang ditulis dengan konsonan dan tanda huruf hidup Ibrani “nun-sere-resh), yang berasal dari akar kata induk nr (nun-resh). Dalam tulisan-gambar (piktograf) Ibrani kuno, huruf “nun” adalah gambar benih yang sudah tumbuh menjadi kecambah. Sedangkan huruf “resh” adalah gambar kepala seorang laki-laki, yang antara lain berarti permulaan. Gabungan dua gambar tersebut berarti “permulaan benih”. Jadi “pelita” berarti “permulaan benih”.

Sampai di sini kita belum menemukan hubungan antara “pelita” dan “permulaan benih”. Untuk mengetahui hubungan keduanya kita harus mengerti alam pikiran orang Ibrani.

Orang Ibrani sangat akrab dengan kehidupan pertanian. Bidang itu berhubungan erat antara lain dengan tanah, benih, air, dan matahari. Hujan di wilayah pegunungan menyebabkan banjir di sungai. Gelombang banjir air di sungai itu meluber ke tanah-tanah di dekat sungai. Itulah satu-satunya sumber air yang diperlukan untuk pertanian, di samping air hujan tentunya.

Setelah musim banjir, petani mulai membajak tanah. Permukaan tanah itu kering. Namun, gumpalan tanah yang kering itu sebenarnya masih mengandung air. Tampak ada kilauan-kilauan di tanah itu, yang sebenarnya adalah titik-titik air yang terkena sinar matahari. Sekalipun jumlahnya sedikit, tapi air sangat diperlukan untuk menumbuhkan benih. Benih dapat hidup, bertumbuh menjadi kecambah dan akhirnya menjadi tanaman yang menghasilkan panenan, karena ada air itu.

Dengan demikian kata ner (pelita) tidak hanya berhubungan erat dengan  keindahan kilauan air, tapi fungsi yang terpenting dari air itu, yaitu membantu menumbuhkan bernih.

Mazmur 119:105

“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119:105). Apa yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat ini?

Firman Tuhan itu “berkilauan”, sehingga indah dilihat dan menakjubkan. Tuhan Yesus memperagakan secara nyata, “kilauan” Firman Tuhan itu. Lihat ketakjuban orang-orang di Kapernaum setelah mendengar pengajaran Tuhan Yesus! Lukas menuliskan, mereka takjub karena perkataanNya penuh kuasa (4:32). Dalam ayat 36 ketakjuban mereka ditulis lagi, setelah perkataanNya terbukti penuh kuasa dan wibawa atas setan-setan. Katanya: ”Alangkah hebatnya perkataan ini!”

Namun demikian, Firman Tuhan itu bukan sekedar indah dilihat. Kalau hanya sebatas itu, Firman tersebut tidak bermakna sebagaimana mestinya dalam kehidupan seseorang. Firman Tuhan memiliki fungsi yang paling penting, yaitu seperti air yang menumbuhkan benih. Benih itu akan hidup, bertumbuh menjadi kecambah, dan akhirnya menjadi tanaman yang menghasilkan panenan. Itulah kuasa firmanNya. Kita mengagumi kilauan firman, karena kita hidup di dalamnya, bahkan oleh firman itu kita hidup. Seperti Yakobus  nyatakan: “…terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu” (Yakobus 1:21).

Apakah makna Firman Tuhan itu bagi saya dan Anda? Apakah kita hanya kagum terhadap Firman Tuhan itu? Ataukah Firman itu dapat membuat kita hidup, bertumbuh, dan menjadikan kita tanaman yang berbuah lebat di dalam Kristus? Mari, kita terus mengagumi Firman Tuhan itu bukan karena kita melihat kilauannya saja, tapi karena kita sungguh-sungguh telah dihidupkannya.

Matius 5:14-15

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Matius 5:14-15).

Kata “pelita” dalam Injil Matius ini merupakan terjemahan dari kata ner seperti halnya dalam kitab Mazmur. Tuhan Yesus menghendaki orang-orang yang mendengar FirmanNya beridentitas sebagai ner, yakni (1) “berkilauan” dan (2) “membantu benih dapat hidup dan tumbuh menjadi tanaman yang menghasilkan panenan”.

Matius 5:14-15 dapat saya pahami: “kamu adalah terang dunia”, atau pun “kamu adalah pelita (ner)”. Jika pemahaman ini dapat diterima, maka para pendengar firman itu harus hidup terpuji (berkilauan) dan menyebabkan orang lain bertumbuh, berakar kuat, dan berbuah dalam Kristus (bandingkan: Efesus 4:15, Kolose 2:7, Yohanes 15:8).

Menarik di sini, identitas ner (pelita) dalam Mazmur dan Matius. Mazmur 119:105 menyebut, bahwa firman Tuhan adalah pelita, sedangkan Matius 5:14-15 dapat disimpulkan bahwa “kamu”, yakni para pendengarNya, adalah pelita. Mungkin di benak Anda muncul pertanyaan yang sama dengan saya: Bagaimana mungkin para pendengar firman ini dapat berperan atau beridentitas sama dengan firman, yaitu menjadi pelita? Bukankah itu sesuatu yang mustahil? Rasul Petrus menjelaskan masalah ini: “Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (1 Peter 1:23).

“Kamu”, yakni orang-orang yang percaya Tuhan Yesus, dilahirkan kembali oleh firman Allah. Inilah yang membuat orang-orang percaya dapat mewakili Firman Allah, yaitu menjadi ner (pelita).

Bagaimana hidup saya dan Anda sekalian: apakah berkilauan seperti ner itu? Apakah hidup kita juga membuat orang lain bertumbuh di dalam iman, berakar kuat dan berbuah di dalam Kristus? Mari kita berperan seperti ner (pelita) itu!

(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi  yang menggunakan berbagai sumber sebagai bahan rujukan)