Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Alasan TUHAN memusnahkan suatu bangsa
18 Kenajisan, Alasan TUHAN memuntahkan suatu bangsa
Kitab-kitab Musa mencatat perbuatan-perbuatan tegas TUHAN terhadap bangsa-bangsa tertentu misalnya “pemusnahan massal” atas Sodom dan Gomora yang dilakukan dengan “tangan-Nya” sendiri, lalu “pemusnahan” bangsa Kanaan melalui tangan bangsa Israel baik di bawah komando Musa maupun yang kemudian diteruskan oleh Yosua yang tentu saja tidak terlepas dari campur tangan TUHAN. Membaca kisah-kisahnya mungkin kita akan membayangkan kengerian apa yang menimpa mereka yang sedang mengalami proses pemusnahan, bagaimana jerit ketakutan, kengerian, kalang kabut orang-orang Sodom dan masyarakat gomora, dari bayi yang masih merah hingga kakek nenek yang sudah bau tanah, dari seekor kuman sampai lembu sapi, semuanya musnah oleh panasnya api belerang dengan jeritan terakhir mereka masing-masing. Kemudian juga kengerian apa yang dialami oleh suku-suku bangsa yang sedang menunggu giliran untuk mati ketika mereka sudah mendengar berita-berita pemusnahan suku-suku yang merupakan bagian dari bangsa Kanaan oleh suatu “bangsa pendatang” yang tidak terlawan yang bernama ISRAEL. Tetapi benarkah tanpa alasan yang jelas maka TUHAN membiarkan “kebiadaban” Israel dan bahkan Dia sendiri yang mendukung aksi-aksi kekerasan tersebut? Salah menilai sesuatu kejadian tanpa belajar memahami latar belakang terjadinya sebuah peristiwa dapat mendorong seseorang memberikan kesimpulan yang salah mengenai TUHAN, dan bahkan mungkin saja akan membuat seseorang menghina kekudusan TUHAN.
18 Kenajisan
TUHAN berfirman kepada Musa:"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN..." (Imamat 18:1-5).
Yang saya garis bawahi adalah alasan TUHAN menghukum Mesir, baik dengan tulah-tulah maupun dengan memusnahkan sebagian pasukan Firaun mati tenggelam di Laut Teberau, lalu juga pemusnahan yang akan dilakukan-Nya terhadap bangsa-bangsa keturunan Kanaan. Tetapi kesalahan apa yang telah dilakukan oleh bangsa Mesir, dan dosa-dosa apa yang telah dilakukan oleh bangsa Kanaan?
Imamat 18:6-25
Siapapun di antaramu janganlah menghampiri seorang kerabatnya yang terdekat untuk menyingkapkan auratnya; Akulah TUHAN.(Najis 1).
Janganlah kausingkapkan aurat isteri ayahmu, karena ia hak ayahmu; dia ibumu, jadi janganlah singkapkan auratnya.(Najis 2)
Janganlah kausingkapkan aurat seorang isteri ayahmu, karena ia hak ayahmu.(Najis 3)
Mengenai aurat saudaramu perempuan, anak ayahmu atau anak ibumu, baik yang lahir di rumah ayahmu maupun yang lahir di luar, janganlah kausingkapkan auratnya.(Najis 4)
Mengenai aurat anak perempuan dari anakmu laki-laki atau anakmu perempuan, janganlah kausingkapkan auratnya, karena dengan begitu engkau menodai keturunanmu.(Najis 5)
Mengenai aurat anak perempuan dari seorang isteri ayahmu, yang lahir pada ayahmu sendiri, janganlah kausingkapkan auratnya, karena ia saudaramu perempuan.(Najis 6)
Janganlah kausingkapkan aurat saudara perempuan ayahmu, karena ia kerabat ayahmu.(Najis 7)
Janganlah kausingkapkan aurat saudara perempuan ibumu, karena ia kerabat ibumu.(Najis 8)
Janganlah kausingkapkan aurat isteri saudara laki-laki ayahmu, janganlah kauhampiri isterinya, karena ia isteri saudara ayahmu.(Najis 9)
Janganlah kausingkapkan aurat menantumu perempuan, karena ia isteri anakmu laki-laki, maka janganlah kausingkapkan auratnya.(Najis 10)
Janganlah kausingkapkan aurat isteri saudaramu laki-laki, karena itu hak saudaramu laki-laki.(Najis 11)
Janganlah kausingkapkan aurat seorang perempuan dan anaknya perempuan. Janganlah kauambil anak perempuan dari anaknya laki-laki atau dari anaknya perempuan untuk menyingkapkan auratnya, karena mereka adalah kerabatmu; itulah perbuatan mesum.(Najis 12)
Janganlah kauambil seorang perempuan sebagai madu kakaknya untuk menyingkapkan auratnya di samping kakaknya selama kakaknya itu masih hidup.(Najis 13)
Janganlah kauhampiri seorang perempuan pada waktu cemar kainnya yang menajiskan untuk menyingkapkan auratnya.(Najis 14)
Dan janganlah engkau bersetubuh dengan isteri sesamamu, sehingga engkau menjadi najis dengan dia.(Najis 15)
Janganlah kauserahkan seorang dari anak-anakmu untuk dipersembahkan kepada Molokh, supaya jangan engkau melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.(Najis 16)
Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.(Najis 17)
Janganlah engkau berkelamin dengan binatang apapun, sehingga engkau menjadi najis dengan binatang itu. Seorang perempuan janganlah berdiri di depan seekor binatang untuk berkelamin, karena itu suatu perbuatan keji.(Najis 18)
Janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan Kuhalaukan dari depanmu telah menjadi najis.
Negeri itu telah menjadi najis dan Aku telah membalaskan kesalahannya kepadanya, sehingga negeri itu memuntahkan penduduknya.
Itulah 18 kenajisan, kemungkinan terbesar alasan TUHAN menghukum bahkan memusnahkan suatu bangsa, termasuk bangsa Mesir, Kanaan dan juga masyarakat Sodom serta Gomora. Khusus untuk “Najis 13” (ayat 18) ternyata juga telah dilakukan oleh Yakub yang mengawini dua orang perempuan bersaudara, Lea dan Rahel, namun dalam kasus tersebut saya melihat bahwa kesalahannya tidak sepenuhnya ada pada Yakub, tetapi Laban, karena sebenarnya maksud Yakub adalah mengawini Rahel. Namun fakta menunjukkan efek negatif dari perkawinan semacam ini, dimana terjadi “persaingan abadi” antara Rahel versus Lea, dan fenomena itu tidaklah baik untuk kesejahteraan sebuah keluarga, dan - sedikit keluar dari koridor rencana Allah – mungkin hal itu juga yang mendorong kebencian anak-anak Lea terhadap Yusuf (anak Rahel) sampai saudara mereka sendiri itu dijual sebagai budak.
Kita perlu memahami bahwa TUHAN sangat membenci tindak kenajisan, sedemikian bencinya sampai-sampai setiap orang, bahkan bangsa, akan dimusnahkan-Nya ketika mereka melakukan kekejian-kekejian itu. Kita perlu memahami bahwa setiap kenajisan dan kekejian adalah siksaan terhadap “bathin” Allah, bahwa setiap pelanggaran ketetapan Allah yang telah disertakan dalam setiap hati nurani adalah ketidak-adilan terhadap Allah. Orang-orang yang dihukum dan dimusnahkan oleh Allah adalah mereka yang sebelumnya melakukan ketidak adilan terhadap Allah dan atau bisa juga ketidak adilan terhadap sesama.
Menghakimi Allah dengan hanya melihat proses hukuman atau pemusnahan yang sedang dilakukan, tanpa mempelajari dan memahami apa yang melatari semua itu akan menempatkan kita bagaikan seseorang yang melihat terpidana ditembak mati dan berkata:”Alangkah kejamnya algojo itu”, padahal dia tidak tahu bahwa terpidana tersebut sebelumnya telah menganiaya, memperkosa, menyodomi dan menghilangkan nyawa puluhan korban-korbannya dengan tanpa mengenal belas kasihan.
Kita bersyukur jika di era akhir zaman ini Tuhan dengan limpahnya memberikan hukum kasih karunia melalui Perjanjian Baru, yang merupakan kesempatan terbaik bagi para pendosa untuk selamat. Tapi toh jika masa kemurahan ini telah berakhir, maka semua orang yang tetap mengeraskan hati melawan Firman Tuhan, dan mengabaikan panggilan suci-Nya, akhirnya mereka juga akan dijebloskan untuk disiksa di neraka. Kejamkah TUHAN ?
Janganlah kita menambah kenajisan lain, misalnya dengan menghujat Nama yang Kudus, YHWH, TUHAN, padahal kita belum memahami perbuatan-Nya, hukum-hukum-Nya, aturan-aturan dan ketetapan-ketetapan-Ny, supaya kita juga jangan dimuntahkan-Nya dari tanah yang kita diami dengan “gratis”. Haleluya.
- mujizat's blog
- Login to post comments
- 6931 reads
maaf, saya heran
Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
n4th4n_andy kapan hukum mulai berlaku
n4th4n_andy:
sebelum nya maaf om muji
imamat 18 oleh para pendahulu alkitab diberi judul perikop tentang perkawinan.
dan
kenapa juga di hubungkan dengan Yakub dan kedua putri Laban. ?
Yakub dapat kedua putri Laban itu kan sebagai upah kerja, itu pun karena di tipu oleh Laban.
Muji:
Benar, LAI (?) memberikan judul perikop untuk Imamat 18 dengan Kudusnya Perkawinan dan memang sebagian besar ayat berbicara tentang itu, namun ada satu ayat (ayat 21) bicara tentang ritual persembahan anak-anak untuk Molokh (berhala kekejian). Praktek-praktek perilaku seks yang melanggar hak orang lain (misal ayat: 7,8,14,15,16,20), seks dengan kerabat dekat (ayat: 6,9,10,11,12,13),lalu seks sejenis (ayat 22), lalu seks dengan binatang (ayat 23) di hadapan Tuhan semua itu merupakan suatu kekejian.
Yakub terpaksa mengawini dua perempuan bersaudara (Lea dan Rahel) dan kitab Kejadian menceriterakan bahwa keberadaan Rahel sebagai isteri Yakub merupakan siksaan bagi Lea (silahkan diteliti kisahnya) dan begitu pun sebaliknya.
n4th4n_andy:
Tuhan , sebelum berbuat selalu akan memberitahukan alasan, seperti pemusnahan Sodom-Gomora.
kitab imamat itu hampir keseluruhan isi nya mengenai aturan dan ketetapan.
sama seperti aturan pemerintah, apa yang sekarang di buat oleh pemerintah menjadi aturan, gak akan mungkin bisa punya pengaruh di masa yang sebelum nya.
sekali lagi maaf om muji.
Muji:
Kita mungkin berpendapat bahwa Sodom-Gomora adalah masyarakat buta-hukum, dengan alasan tidak ada bukti bahwa Tuhan pernah mengutus seorang nabi-Nya kepada orang-orang Sodom-Gomora, namun teriakan orang-orang yang teraniaya lah yang telah sampai ke telinga Tuhan, dan berdasarkan itu, Tuhan melakukan pemusnahan.
Sesudah itu berfirmanlah TUHAN: "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya. Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepada-Ku atau tidak; Aku hendak mengetahuinya."
Ketika hukum belum secara eksplisit disosialisasikan, maka hati nurani lah yang bicara, karena lewat hati nurani seseorang bisa tahu apakah perbuatannya merugikan orang lain atau tidak.
Sebuah contoh konkret dapat kita simak dari kisah Kain dan Habel. Alkitab tidak menulis bahwa di zaman itu sudah ada larangan “jangan membunuh” sehingga mungkin saja kita dapat berkelit bahwa Kain tidak berdosa, karena dia tidak tahu ada larangan membunuh. Ia mungkin belajar dari kehidupan dia sehari-hari, yang saat itu barangkali belum ditemukan pisau atau benda tajam. Habel seorang peternak, dan bisa jadi untuk dapat menikmati daging kambing, dengan cara memukul keras-keras kepala kambing, lalu kambing itu mati. Panas hati Kain terhadap adiknya membuat lelaki ini memperlakukan Habel dengan menghantam kepalanya sehingga tewas bersimbah darah, lalu darah Habel berseru-seru kepada Tuhan (Kej 4:10).
Manusia boleh berpendapat bahwa sebelum hukum disosialisasikan, maka itu belum berlaku, namun menurut Tuhan ternyata sedikit berbeda, karena Tuhan telah berikan hati nurani kepada setiap manusia, sebagai “sumber hukum” yang dari Tuhan. Soal apakah seseorang kemudian membiasakan diri mengacuhkan kata hati nurani, yang dengan cara itu menumpulkan hati nuraninya, adalah hal yang berbeda.
Salam,
Tani Desa
begini om muji
Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
@n4th4n_andy thanks
Banyak alasan Tuhan musnahkan suatu bangsa, dan saya berpendapat bahwa Imamat pasal 18 adalah salah satu alasan kuatnya, yaitu soal penyembahan berhala dan kebejatan moral, tetapi secara umum adalah soal DOSA.
Salah satu yang mendorong saya tulis blog dengan judul ini ialah agar banyak orang belajar memahami bahwa YHWH bukan tanpa alasan melakukan suatu kekerasan, bahkan pemusnahan massal, dan saya coba mengangkatnya dari salah satu sudut pandang, ialah soal kebejatan moral dan penyembahan berhala, yang sebagai contoh saya ambil dari Imamat 18:1-25 yang menurut saya cukup menarik, karena pasal tsb secara jelas mengungkapkan alasan Tuhan soal pemusnahan atau pemuntahan suatu bangsa, dengan sebuah harapan agar orang tidak mudah terhasut seolah-olah TUHAN adalah penjahat dan sahabat perampok.
Tani Desa
@Muji, ada beberapa pertanyaan
imprisoned by words...
@lapan, perkosaan tidak sesederhana itu,...
Tani Desa
@muji, bukan perkosaannya yang saya tekankan
imprisoned by words...
@Lapan, mengapa TUHAN mengeraskan hati Firaun?
Tani Desa
@Muji, kesimpulan
imprisoned by words...
@Lapan, kesimpulan Anda
Dari diskusi kita, saya mengambil kesimpulan bahwa alasan Tuhan memusnahkan suatu bangsa bukan hanya karena bangsa tersebut dipenuhi orang-orang yang tanpa belas kasihan, tapi bisa juga karena Tuhan ingin supaya semua orang mengenal dan mengakui Dia sebagai Tuhan.
Puji Tuhan, kesimpulan Anda tepat sekali. Percuma seseorang berbuat baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, kalau dia tidak mengenal Allah nya, karena "orang duniapun" bisa melakukannya. Kita perlu belajar memahami bahwa TUHAN adalah Allah yang rindu bersekutu dengan umat-Nya yang mengenal-Nya, kalau persekutuan antara kita dengan TUHAN sudah sehat, apa susahnya TUHAN memberkati kita dengan fasilitas atau kenyamanan apapun?
Tani Desa
@Muji, mengenal Tuhan
imprisoned by words...
8, absurdnya sekarang
------- XXX -------
@guestx, Yo-a
imprisoned by words...
Lapan, hukuman dilakukan pada daging
Muji:
Anda benar, mengasihi Tuhan demi berkat adalah salah, namun mengasihi Tuhan karena mengingini Tuhan, maka Tuhan akan memperlakukan kita sebagai seseorang yang mengasihi-Nya. Abraham mengasihi Tuhan dan tidak mengemis berkat (kekayaan), begitu pun Salomo, namun Tuhan lah yang ber inisiatif memberkati keduanya.
Lapan:
Dulu saya pernah menulis di note FB saya yang mempertanyakan kenapa Tuhan membiarkan penderitaan terjadi di dunia.
Muji:
Menurut saya, Tuhan selalu berikan pilihan bebas kpd manusia, baik sewaktu Adam dan Hawa masih di Firdaus, maupun setelah manusia dan keturunannya tinggal di tanah terkutuk, akan tetapi kisah Henokh di Kejadian pasal 5 memberi contoh tentang seseorang yang (walaupun keturunan dari orang terkutuk, tetapi) memberikan hatinya untuk bergaul karib dengan Tuhan (baca=mengasihi dan menghormati Tuhan) dan oleh gaya (sikap) hidupnya itu, Henokh diangkat Tuhan sebagai orang benar.
Sayangnya, kebanyakan manusia tidak memanfaatkan pilihan bebas itu dengan baik, buktinya di Kejadian pasal 6, sebagian besar manusia mengikuti cara hidup jahat yang memilukan hati Tuhan, yang sampai membuat Tuhan menyesal.
Maka Tuhan melenyapkan sebagian manusia (pendosa) itu lewat Air Bah. Tetapi apakah Tuhan melupakan mereka yang telah dibunuh-Nya dengan banjir besar itu? Sama sekali tidak!
Meskipun Tuhan "membinasakan" daging para pendosa itu (untuk "membayar" kejahatan mereka dalam penderitaan daging berujung maut), namun Tuhan akhirnya menyayangkan jiwa mereka, buktinya ketika Yesus "mendirikan" Penebusan Dosa lewat pengorbanan salib-Nya, maka dalam Roh, Dia memberitakan Injil kepada para pendosa zaman nabi Nuh
dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. (1 Ptr 3:19-20)
Lihatlah bahwa Yesus menginjil untuk para pendosa di zaman Nuh juga. Menurut saya, penderitaan badani bisa merupakan hukuman (untuk membayar dosa), namun juga dapat bertujuan ujian untuk melihat apakah kita mengeluh dan menghakimi Tuhan ketika sedang mengalami suatu derita, ataukah tetap bersyukur dan berharap (menggantungkan diri) hanya pada-Nya, seperti contoh kisah Ayub. Jadi, penderitaan bisa merupakan alat uji kemurnian iman (kasih) kita kepada Tuhan.
Lapan:
Om Muji, apakah membunuh orang dan mengeraskan hati orang adalah jalan yang benar untuk membuat Tuhan terkenal? Dari tindakan tersebut saya hanya mengenal Tuhan yang menakutkan, diktator, dan arogan. Kasih sayangnya ke Israel pun di mata saya tampak seperti tindakan menganakemaskan. Pilih kasih. Kalau memang hanya sayang Israel kenapa menciptakan bangsa lain?
Beda dengan Yesus. hehehehe... sebenernya walaupun absurd, pendapat yang mengatakan Tuhan PL jahat dan Tuhan PB baik itu tidak sepenuhnya absurd. wakakakka
Muji:
Dear Lapan,
Apakah menurut Anda, anak-anak sulung Mesir yang dibunuh malaikat Tuhan di tulah kesepuluh tidak mendapat kesempatan untuk diselamatkan jiwanya (bukan tubuhnya)? Mengingat pendosa di zaman Nuh saja diindahkan-Nya!!!
Memang banyak Theolog saat ini ramai-ramai "mencibir" 1 Petrus 3:19,20 , tapi itu khan pendapat para ahli telaah kristen, dan belum tentu benar, mengingat penginjilan yang dilakukan Yesus kepada orang2 mati tertulis secara gamblang di Alkitab (Rahasia Kristus??).
Matius pasal 10 mencatat perkataan Yesus bahwa tanggungan atas kota Sodom dan Gomora lebih ringan dari tanggungan kota manapun yang menolak injil (Mat 10:14,15). itu maksudnya apa? Menurut saya, kesalahan orang2 Sodom dan Gomora sudah mereka bayar lewat kebinasaan tubuh mereka, namun orang2 yang menolak Injil identik mendukakan Roh Kudus, dan Anda tahu bahwa dosa terhadap Roh Kudus tidak terampuni. Sesungguhnya, masih terlalu banyak rahasia Allah yang belum disingkapkan kepada manusia, mungkin belum waktunya, tetapi mungkin juga sudah, hanya banyak manusia menolak pengungkapan rahasia itu.
Salam,
Tani Desa
@Muji, tanya lagi
imprisoned by words...
@Lapan, derita, 1 Petrus 3:19,20
Muji:
Memang banyak Theolog saat ini ramai-ramai "mencibir" 1 Petrus 3:19,20
Lapan:
Maaf om Muji, saya kurang jelas, bisa tolong dijelasin maksudnya mencibir gimana ya?
Muji:
1 Petrus 3:19,20
"...dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu..."
Ayat itu dengan jelas mencatat bahwa Yesus memberitakan injil (kabar baik) kepada orang mati, namun jika Anda bertanya kepada beberapa Theolog, Anda akan memperoleh jawaban aneka ragam, di antaranya: bahwa Yesus ketika meninggal tidak memberitakan injil, tetapi,... dst. Itulah yang saya maksud dengan cibiran.
Muji:
penderitaan bisa merupakan alat uji kemurnian iman (kasih) kita kepada Tuhan.
Lapan:
Aduh, ini bikin saya pusing... Saya gak mau menderita, tapi kalu gak menderita kayanya berarti gak cukup beriman... Tapi kalau menderita saya takut gak kuat. Wong gak diapa2in aja saya suka protes... Suka meragukan, suka malas...
Muji:
Ada waktunya kita diuji, ada waktunya kita istirahat, ada waktunya menerima berkat, ada waktunya kita menerima "sertifikat lulus uji". Abraham diuji di awal, lulus, diberkati, mati tua, masuk "surga". Ayub diberkati, diuji di tengah, lulus, diberkati lebih lagi, mati tua sebagai orang benar. Petrus diberkati (pelayanannya), menjalani akhir hidup di usia tua dengan ujian terakhir, lulus sebagai martyr setia.
Tani Desa
@om Muji tanya dong...
@Sandman, jangan keluar konteks donk,..
Datang bulan atau haid atau menstruasi bukanlah tindak kekejian dan bukan termasuk kejahatan yang untuk itu wanita dihukum. Gimana kalau Anda kontekstual saja. Yang merupakan perbuatan keji, dalam topik ini adalah persetubuhan dengan wanita yang sedang datang bulan, dan bukan datang bulan itu sendiri.
Tani Desa
Muji: Mengapa Tuhan perlu
Muji: Mengapa Tuhan perlu menunjukkan mujizat dan kuasa-Nya? Supaya Firaun dan Mesir mengakui bahwa TUHAN lah Allah.
PB: Jadi gimana Muji, apakah tujuan Tuhan tercapai?
PB, setelah TUHAN membuktikan diri-Nya lewat mujizat lalu apa?
Muji: Mengapa Tuhan perlu menunjukkan mujizat dan kuasa-Nya? Supaya Firaun dan Mesir mengakui bahwa TUHAN lah Allah.
PB: Jadi gimana Muji, apakah tujuan Tuhan tercapai?
Muji:
Dear PB,
Fakta "memaksa" Firaun dan Mesir untuk mau tak mau harus mengakui bahwa TUHAN memang telah lakukan mujizat-Nya yang dengan jalan itu menunjukkan siapa diri-Nya, namun kalau pun toh ada juga orang Mesir atau Firaun sendiri yang tetap menolak eksistensi YHWH sebagai Allah Pencipta, maka itu bukan lagi menjadi keslahan TUHAN
Saya melihat bahwa "pengorbanan" Firaun dan Mesir juga memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia pada umumnya, sehingga orang mengenal kuasa mujizat TUHAN, dan bahwa TUHAN lah Allah Pencipta Alam Semesta, jadi bukan Baal, bukan Asytoret , bukan Molokh maupun ilah-ilah lainnya, sebab bukankah FAKTA biasanya berbicara lebih kuat??
Namun akhirnya juga kembali kepada bagaimana manusia mempergunakan kehendak bebasnya. Jika dengan mujizat2 dahsyat itu manusia tetap tidak mau mengakui YHWH sebagai Allah Pencipta Alam, maka setidaknya TUHAN sudah lakukan hal terbaik dengan membuktikan keberadaan-Nya lewat atraksi2 mujizat-Nya.
Jika dengan atraksi2 tersebut telah jatuh korban (kebinasaan tubuh jasmani) tetapi belum tentu TUHAN tidak mengingat nyawa para pendosa itu (1 Ptr 3:19,20). Justru akibat yang paling parah akan dialami oleh mereka yang menolak Injil Kristus, karena sekalipun daging mereka selamat, namun jiwa mereka akan "binasa".
Tetapi jika lewat mujizat2 tersebut banyak orang terberkati, sehingga hatinya memberi pengakuan bahwa : "Sungguh, YHWH lah Allah " lalu belajar memasuki kehidupan yang benar, maka jiwanya akan selamat, dan mungkin juga tubuhnya (diberkati).
Salam,
Tani Desa
@Muji Saya tanya
PB, pengakuan pasukan Firaun
Tani Desa
@Muji Firaun
PB "pengakuan" Firaun
PB:
Ayat tersebut tidak cukup untuk mendukung pernyataan anda bahwa TUJUAN Tuhan membuat hal2 tersebut adalah supaya MESIR dan FIRAUN mengakui kekuasaan Tuhanlah Allah.
Muji:
Dear PB,
Seperti kita ketahui, meskipun Penguasa Tertinggi alam semesta hanya satu, namun tidak semua orang telah miliki pemahaman yang benar tentang siapa "tokoh" dimaksud.
Israel mungkin meyakini bahwa DIA adalah YHWH (proper name?) adalah Elohim (jabatan?). Hingga saat ini, saya juga berpendapat demikian. Sementara rekan2 muslim di Indonesia mungkin sedikit berbeda, yaitu Allah (proper name) dan ilah atau Tuhan (jabatan). Kemudian masih ada kelompok yang menyebut-Nya Hyang Wenang(?), Hyang Tunggal(?), Hyang Widhi Wasesa(?). Tetapi sayangnya banyak juga kelompok yang salah mengenali siapa Penguasa Tertinggi Alam Semesta, atau siapa "ilah" atau "Tuhan" yang sejati, misalnya (saya bicara dari sudut pandang saya) Mesir dan bangsa non-Israel yang meyakini bahwa Baal itulah Allah. Ini adalah contoh pengenalan akan Allah yang masih salah,..
Dalam kasus yang sedang kita bicarakan, Firaun sebelumnya tidak kenal siapa YHWH, siapa Allahnya Israel, sementara itu sepertinya dia begitu yakin bahwa allahnya itulah the true God, itulah kesan yang saya tangkap. Ketidak pahaman Firaun tentang Allah terungkap dalam kalimatnya:
Tetapi Firaun berkata: "Siapakah TUHAN itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel pergi."
Melalui mujizat tongkat-ular dan tulah-tulah, terjadilah "adu kuasa" antara allahnya Musa versus allahnya Firaun dengan hasil kemenangan di pihak allahnya Musa, dan jika Anda percaya sistem kasta alam semesta(??) maka Penguasa Tertinggi lah "the true God". Kekalahan allahnya Firaun membuktikan siapa allah yang sebenarnya, yaitu YHWH , allahnya Israel. Beberapa kali, ketika sedang terkena tulah, Firaun meminta Musa untuk berdoa kepada TUHAN (koq ngak minta rohaniwan Mesir untuk berdoa kepada dewa2 mereka? Apakah itu sudah dilakukan namun tanpa hasil? Wallahu alam) dan menerima jawaban atau pengabulan doa,...
Walau kitab Keluaran tidak mencatat rinci pengakuan Firaun dan pasukannya, namun kematian mereka menjadi bukti kekuasaan YHWH yang tidak terlawan, bahkan oleh pelindung Firaun yang mereka sangka sebagai "the true God" sebagaimana (mungkin) keyakinan mereka sebelumnya. Sama seperti seorang petinju merasa lebih dahsyat dari musuhnya, namun ketika dia dikanvaskan, mau tak mau ia harus mengakui fakta kekalahannya itu,...
Mudah-mudahan Anda memahami maksud saya. Tuhan Yesus memberkati.
Salam.
Tani Desa
Ke-Najis-An...Ke-Kotor-An
Penguasa alam semesta ini bebas menentukan mana yang najis dan mana yang bukan. Apakah memusnahkan manusia yang najis menjadi solusi terakhir untuk mengakhiri kenajisan di komunitas manusia?
I DON'T THINK SO !
Untuk mengakhiri kenajisan adalah dari dalam individu itu sendiri. Individu punya kuasa untuk memutuskan ke-najis-an.
Kuasa yang dimiliki oleh individu itu tidak dapat diintervensi oleh kuasa TUHAN. Mengapa? Karena individu (manusia ) itu bukan boneka.
Apabila kuasa yang dimiliki individu itu bisa diintervensi oleh kuasa TUHAN, maka semua manusia di dunia ini tidak lebih dari robot atau boneka dari TUHAN.
Apa asiknya ber-interaksi dengan boneka? Bahkan manusia yang hidup pun tidak menyukai interaksi dengan boneka (kecuali anak kecil, itupun kalau bosan akan dibuang).
Apakah TUHAN begitu? Sepengetahuan saya menurut Alkitab, TUHAN tidak seperti itu. TUHAN menciptakan manusia dengan kuasa sehingga manusia itu berkuasa tidak bisa diintervensi dalam hal keputusan (decision).
Jadi kalau begitu kondisinya, maka ke-najisan tidak akan bisa dihabisi sampai kapanpun kecuali dari itikat individu tersebut (decision dari individu tersebut).
Hubungan TUHAN dan manusia selalu digambarkan seperti Anak dan Bapak. Bapak didunia ini tidak punya kuasa untuk mengakhiri kenajisan seorang anak. Hanya anak tersebut yang bisa mengakhir kenajisannya.
Mau disiksa habispun si anak, kalau si anak tidak mau, sama aja.
Jadi solusi mengakhiri kenajisan yang dilakukan TUHAN dalam PL menurut saya bukanlah solusi akhir, tapi solusi yang bukan solusi.
Lalu, bagaimana cara TUHAN agar bisa mengakhiri kenajisan? jawabnya : Musnahkan semua manusia sehingga tidak ada lagi manusia. Jika tidak ada manusia maka tidak ada kenajisan.
Tapi apakah dengan memusnahkan manusia, TUHAN mencapai tujuannya? tentu tidak. TUHAN menciptakan manusia pasti ada tujuannya. Kalau diciptakan dan ujung2nya dimusnahkan, berarti tujuan TUHAN tidak tercapai. Artinya TUHAN gagal.
Baca di Alkitab mengenai tujuan TUHAN menciptakan manusia.
Lalu, menjadi pertanyaan, Illegalkah tindakan TUHAN tersebut di PL? or Sempurnakah pengetahuan TUHAN di perjanjian lama? Kenajisan masih ada terus hingga detik ini.
INGAT !!! KENAJISAN masih ada terus hingga detik ini. Mau sampai kapan manusia dibantai demi menghapus kenajisan?
Solusi mengakhiri kenajisan adalah :
Biarkan individu itu belajar sendiri mengetahui kenajisan dari pengalamannya. Yang mengetahui tinggal memberitahu, sisanya individu itu lah belajar sendiri karena, keputusan mengakhiri kenajisan ada di tangan tiap individu. Keputusan menyelamatkan manusia ada di tangan TUHAN !
Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS
http://www.facebook.com/veritasq
Veritas, kenajisan
Dalam beberapa hal saya setuju dengan Veritas.
Kenajisan adalah sebuah kondisi yang menyebabkan seseorang "sedang" tidak layak untuk "menghadap" Tuhan. Contoh kecil di Taurat: keadaan fisik seseorang yang alami fenomena alamiah tertentu seperti: perempuan yang sedang menstruasi, lelaki yang mengeluarkan lelehan dan seterusnya (Taurat mode ON), namun ada perbuatan-perbuatan dosa tertentu di luar kedua contoh tadi, yang menyebabkan seseorang berada di bawah kondisi "najis", misalnya "pemberontakan" Miryam, ketika nabiah itu mengatai-ngatai Musa tentang perkawinannya dengan seorang wanita tertentu. Ucapan Miryam yang mengata-ngatai Musa (baca: Nabi Tuhan) menyebabkabn Miryam menjadi "najis bibir" dan Tuhan mengekspresikan kenajisan Miryam itu dengan membuat tubuh nabiah itu mendadak sakit KUSTA yang melambangkan kenajisan.
Walau Alkitab tak secara jelas menuliskan, namun saya percaya bahwa Miryam bertobat atas "najis bibir"-nya itu, dan Tuhan memberi waktu seminggu sampai Tuhan menyatakan Miryam telah TAHIR.
Setiap perbuatan dosa memang membuat pelakunya menjadi NAJIS di hadapan Tuhan, sampai-sampai Tuhan enggan untuk mendengarkan doanya ataupun memberikan pertolongan (Yesaya 59:1-3). Satu2nya cara yang masih dapat ditempuh pendosa (manusia) untuk TAHIR dari najisnya adalah diawali dengan PERTOBATAN, ...
Dalam versi PL, sebagian besar umat manusia di zaman nabi Nuh, mereka melakukan hidup dengan kenajisan besar, dan Tuhan secara MASSAL menghapuskan kenajisan MASSAL itu dengan air bah. Tetapi - walaupun masih menjadi polemik di kalangan Kristen sendiri - seseorang yang pernah najis, tidaklah harus ia binasa selamanya. Surat Petrus (1 Petrus 3:19-20) mengajarkan bagaimana Yesus telah "MELINTASI WAKTU" dengan mendatangi MASSA yang telah ditahirkan oleh Allah lewat air bah, lalu memberitakan Injil kepada mereka, dan siapa yang tahu hasil pemberitaan Injil kepada orang mati oleh Yesus ini?
Dear Veritas, rahasia Allah bagaikan lautan maha luas yang belum terselami.
Pembinasaan FISIK yang dilakukan oleh Allah terhadap suatu bangsa yang NAJIS, mungkin sering dipahami sebagai HUKUMAN KEKAL, padahal belum tentu demikian. Karena sebagaimana Yesus telah memberikan kesempatan kedua bagi orang2 yang mati tenggelam oleh air bah di zaman nabi Nuh, maka sesungguhnya masih ada juga kesempatan kedua bagi banyak orang.
Salam,
Tani Desa