Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Sedikit Lagi
Sore itu, saya sudah bersiap-siap untuk segera membereskan pekerjaan saya, dan saya sudah menyusun strategi untuk bisa pulang sampai rumah lebih awal.Begitu saya selesai berkemas-kemas, teman satu kantorpun sudah saya booking untuk mengantarkan ke jalur bis kota di ujung jalan kantor ( lumayan pegel kalau jalan kaki ).Memang sudah sesuai target, begitu sampai diujung jalan, bis kota langsung datang sesuai dengan jurusan yang saya tuju.Begitu bis itu melaju, sambil melirik jam tangan saya, saya berharap bisa sampai di pemberhentian berikutnya untuk oper bis luar kota tepat waktu.
Tapi yang terjadi, aduh, bis kota super lambat, sebentar berhenti, walaupun didalam sudah seperti “ikan pindang” ( penuh sesak ), masih saja lambat, cuma dijalanan turun saja melaju kencan, saya tertawa sendiri.Saya masih bisa mentolelir, mungkin jam sekian baru sampai.Benar juga, pikir-pikir masih masuk hitunganlah.Begitu turun dari bis kota, tidak berapa lama bis antar kota masuk, langsung saja saya naik, walaupun tidak ada tempat duduk, saya sudah lega, dalam hati saya berpikir, masih untung.Bis melaju kencang, saya malah tambah senang, artinya waktu saya yang sempat “hilang” bisa terobati dari laju bis ini.Hitung-hitung mengejar waktu.
Sekali lagi saya lirik jam tangan saya, masih bisa pulang awal, bisik saya dalam hati.Dengan tenang dan tersenyum puas saya merasakan kelegaan yang luar biasa, apalagi setelah saya mendapatkan tempat duduk yang nyaman, di belakang, tempat favorit saya, sambil di terpa angin senja yang lembut, wah…enak sekali rasanya.Ketika bis yang saya tumpangi sudah melewati satu terminal dan singgahpun hanya sebentar, kemudian melanjutkan perjalanan kembali, saya tersenyum sendirian, hampir sampai, bisik saya, lancar…artinya saya sudah hampir tiba dan bisa dengan segera bertemu dengan orang rumah.
Sekali lagi saya melirik jam tangan saya, cepat juga…Kurang lebih seperempat jam lagi sampai tujuan.Selesai saya berpikir seperti itu, tiba-tiba bis itu menepi ke pinggir jalan, masuk ke tepi jalan yang tidak beraspal dan berhenti, suara mesin mati, suasana jadi hening sejenak, terus berubah jadi kacau, dan penumpang berhamburan turun ke jalan. Ada yang bilang ban gembos, ada yang bilang mesin rusak.
Keadaan ini mendorong saya untuk ikut turun, memastikan dan bertanya apa yang tengah terjadi?Setelah saya turun, saya berlari ke depan, dan bertanya pada kondektur bis yang kebetulan berdiri di depan bis itu dan menatap saya sejenak dengan wajah bengong.Ada apa? Jawabannya sederhana dan hampir tidak masuk akal untuk ukuran bis antar kota seperti yang biasa saya naiki dan tentu saja sudah puluhan tahun melintas di jalur ini.Solarnya habis, mas…Lha?Saya juga ikut bengong, batin saya, sudah hampir sampai, bis macet lagi, kacau…kacau…Lha kok bisa ? Apa ya nggak diitung to, diisi dulu, dan umpatan2 lain, dengan nada kecewa. Banyak suara-suara seperti ini yang secara spontan keluar setelah kondektur menjelaskan kejadiannya.Memang belum nasib pulang awal, batin saya.
Tidak berapa lama, kelegaan kembali saya dapatkan, ketika bis dengan armada yang sama (maksudnya namanya sama) datang, saya dan beberapa penumpang yang senasib akhirnya ikut naik.Maksud hati berharap ada toleransi karena kesalahan bukan di pihak penumpang, namun ditarik ongkos juga, apa boleh buat, memang saya mau cepat pulang, dengan terpaksa saya berkorban beberapa lembar ribuan lagi.Ada perasaan kecewa, tapi mau apa lagi? Akhirnya saya sampai di rumah dengan selamat, dengan waktu yang molor, tapi ya namanyajuga kejadian tidak disangka-sangka.It’s OK.
Dari kejadian yang saya alami ini, saya jadi teringat akan kehidupan saya sendiri, kejadian tadi merupakan satu hal yang mungkin sering kita alami, ketika tujuan yang hendak kita capai jadi terganggu, akhirnya maunya kita tidak sejalan dengan kenyataan yang mengakibatkan timbulnya rasa kecewa.Dalam kehidupan rohani kita, kita seringkali mengandalkan kekuatan kita sendiri di kala kita merasa mampu, lupa melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kita, hingga akhirnya baru sadar bahwa Tuhan sudah merancangkan kehidupan tersendiri dan khusus buat kita jalani.
Satu hal yang pasti, dengan melencengnya tujuan yang ingin kita capai, kita dituntut untuk bersabar dan menanti dengan tekun apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita.Ada sesuatu yang Tuhan sisipkan disetiap nadi kesibukan kita. Kita tidak akan pernah tahu apa dan kapan terjadinya, percayalah bahwa Tuhan punya rencana yang indah untuk setiap sisi kehidupan kita.
Tinggal sedikit lagi.
- kikis istianta's blog
- Login to post comments
- 4145 reads