Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Nehustan

mujizat's picture

Kecenderungan manusia untuk menyembah Tuhan yang dapat dilihat kasat mata, atau melalui benda-benda yang digunakan sebagai alat untuk mengarahkan penyembahan kepada Tuhan, misalnya patung-patung atau benda-benda tertentu yang dikeramatkan, seringkali tidak disadari bahwa cara-cara seperti itu justru dapat menimbulkan sakit hati Tuhan.

Adalah Nehustan, rekaan ular tedung terbuat dari tembaga yang dibuat oleh nabi Musa atas perintah Allah, ketika suatu kali bangsa Israel ngamuk dan mempersalahkan Musa dan juga Tuhan, ketika bangsa itu diijinkan Tuhan untuk kehausan dan kelaparan, lalu Allah memerintahkan ular-ular tedung sehingga banyak orang yang digigit ular-ular berbisa itu. Kemudian ketika Israel menyadari pemberontakannya yang membuat Tuhan murka, maka Tuhan memerintahkan Musa membuat rekaan ular tembaga; setiap orang yang menjadi korban pagutan ular tedung tetapi mau melihat kearah ular tembaga itu, mereka terluput dari maut.

Beberapa pengkotbah mengajarkan bahwa ular tembaga itu melambangkan Yesus Kristus, yaitu Sang Mesias yang akan dipancang di atas sebuah tiang (salib) agar setiap orang yang terancam hukuman (neraka) oleh sebab pemberontakannya kepada Allah (perbuatan dosa) tidak jadi binasa ketika “memandang” Yesus di kayu salib, yaitu mempercayai penebusan-Nya.

Rupa-rupanya rekaan ular tembaga buatan Musa itu masih tetap disimpan, karena ternyata di zaman raja-raja Israel ada orang-orang Israel yang melakukan pemujaan kepada Nehustan, yakni patung ular tembaga tersebut. Baru di zaman Hizkia, raja muda itu melakukan “pembersihan” bangsa Israel, dengan menghancurkan berhala-berhala, termasuk Nehustan.

Belajar dari kisah pemujaan terhadap Nehustan, maka penggunaan patung-patung tertentu untuk ritual pemujaan kepada Allah maupun kepada Yesus ataupun terhadap orang-orang kudus tertentu, bisa jadi merupakan ritual yang melukai perasaan Allah, meskipun mungkin kalau ditanya, maka orang akan menjawab bahwa dia tidak menyembah patung itu, melainkan hanya sekedar alat konsentrasi untuk mengarahkan atau memusatkan konsentrasi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Referensi:

Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.(Bil 21:4-9)

Maka dalam tahun ketiga zaman Hosea bin Ela, raja Israel, Hizkia, anak Ahas raja Yehuda menjadi raja. Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh Sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Abi, anak Zakharia. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya. Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan. (2 Raja 18:1-4)

__________________

 Tani Desa