Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Jepang (4)
Musim dingin adalah musim yang paling dinantikan. Karna suhu udaranya yang dingin, sehingga orang Jepang membudidayakan cara mandi dengan air panas yang disebut Ofuro. Ofuro yaitu mandi dengan cara merendamkan tubuh ke dalam air panas atau relaksasi. Ofuro bisa dilakukan di bak kamar mandi, di kawah-kawah gunung yang ada air panasnya atau yang ada air belerangnya dengan kadar yang rendah.
Musim dingin juga dibudidayakan oleh orang Jepang dengan jenis makanan musim dingin yaitu Sabu-sabu. Sabu-sabu terdiri dari berbagai daging mentah yang biasanya terdiri dari berbagai ikan mentah dan daging sapi mentah yang diiris tipis-tipis, yang kemudian dicelupkan ke dalam air mendidih untuk mematangkan daging mentah itu kemudian dimakan. Sabu-sabu juga dicampur dengan berbagai sayur-sayur tambahan untuk menambah selera yaitu jamur, salad dan oden (baca: odeng).
Oden dan Ramen adalah juga makanan khas untuk musim dingin.
Orang Jepang juga merayakan hari Natal dan Tahun Baru. Namun perayaan Natal yang dirayakan oleh orang Jepang adalah perayaan Natal "ikut-ikutan", karna kebanyakan dari mereka bukan beragama Kristen. Perayaan Natal dilakukan oleh orang Jepang karna orang Jepang menaruh simpati dan hormat terhadap agama Kristen yang mengajarkan tentang Kasih, yang sangat sesuai dan cocok sekali dengan kehidupan Jepang. Sedangkan apabila sudah mendekati pergantian Tahun Baru, pada malam pergantian tahunnya selalu dimeriahkan dengan kembang api yang sangat besar dan indah. Misalnya, apabila diadakan di daerah Tokyo maka, ledakan kembang api itu bisa disaksikan dengan radius hampir di seluruh kota Tokyo.
Di musim-musim yang lainnya, hampir tidak semeriah musim dingin.
Jepang, pada awalnya adalah penganut agama Budha yang diadopsi daripada agama Budha Tiongkok kuno. Perlahan-lahan agama Budha Tiongkok kuno itu luntur kemudian berubah menjadi agama Budha Shinto. Namun demikian juga kebanyakan dari mereka menganggap agama itu sesuatu yang tidak penting. 30% dari total penduduknya saja yang menganut agama Budha Shinto ini, sementara 70% lainnya menganggap agama hanyalah sebuah ide dan pemikiran yang berakar dari ilmu pengetahuan belaka, yang kemudian dijadikan kepercayaan atau agama. Sehingga negara ini lebih layak disebut negara Atheis. Dan daripada itu hanya nol koma sekian persen saja di antaranya yang menganut agama Kristen, ajaran Saksi Yehovah dan Islam. Selebihnya adalah Atheis.
Jepang tidak memiliki sumber penghasilan Bumi yang layak. Seperti minyak Bumi dan lain sebagainya. Karna tanah di Jepang itu gersang, untuk bercocok tanam saja, mereka harus giat mengembangkan teknologi pertanian yang canggih untuk membantu lahan pertanian mereka.
Karna keuletan dan kerja keras mereka itulah, Jepang menjadi salah satu negara yang maju di bidang pertanian dan yang sangat pesat, melebihi negara-negara lainnya yang tanahnya subur dan kaya hasil Bumi. Dengan memanfaatkan hasil Bumi negara-negara yang subur itulah, kemudian dibeli murah dari bahan mentah, kemudian diolah menjadi bahan jadi di negaranya sendiri dan dijual mahal, baik di dalam negerinya sendiri maupun di luar negeri, tentunya dengan kualitas yang sudah tidak diragukan lagi, seperti yang kita ketahui.
Etos Kerja
Jepang memiliki sistem kerja yang jauh berbeda dengan Indonesia. Orang Jepang telah tertanam prinsip waktu adalah uang, sehingga tak satu detikpun dari waktu itu, mereka buang sia-sia. Setiap detik dihitung dengan uang, oleh sebab itu, cara kerja orang Jepang sangat ulet, lincah, gesit, cepat, dan tidak bertele-tele. Tak ada waktu untuk bersantai, seperti tidur-tiduran dan bermalas-malasan di pos ronda dan sebagainya.
Di dalam pekerjaan, pasti ada masalah atau tanggungjawab yang harus diatasi dan diselesaikan atau dipecahkan. Cara mengatasi masalah orang Jepang sangat berbeda dengan kita di Indonesia, misalnya bagi orang-orang yang belum mengetahui cara kerja suatu pekerjaan, mereka akan ajarkan sampai bisa dan cara mengajarnyapun sungguh berbeda dan nyaman. Bukan dengan kesombongan, yang menganggap diri pintar sendiri. Mereka harus yakinkan dulu, seseorang yang tengah belajar bekerja itu apakah sudah bisa dilepas atau diberi tanggungjawab penuhkah atas pekerjaannya itu, baru kemudian akan mereka lepaskan.
Orang Jepang sangat teliti dan tidak suka dengan kecerobohan dan kelalaian, ini adalah prinsip utama dalam mengerjakan sesuatu dan dalam mengajarkan suatu pekerjaan. Teliti namun gesit dan harus rapi.
3 user menyukai ini
- KEN's blog
- Login to post comments
- 3679 reads
Di Tokyo
Contoh bagi Indonesia
Sisi gelap yang tidak boleh dicontoh oleh Indonesia
Singkat cerita kami sudah berada didalam ruangan remang-remang yang berbau harum dengan model seperti sebuah stadion kecil dikelilingi oleh tempat duduk bertingkat melingkari sebuah arena seperti ring tinju ditengahnya,penuh dengan penonton yang rata-rata sudah berumur. Sepertinya hanya rombongan kami yang bukan orang jepang dan masih muda-muda.
Sebagaimana striptease pada umunya,begitulah seorang wanita muda naik keatas ring itu lalu menari dengan erotisnya diiringi musik Beat yang slow,sambil melepaskan pakaianya satu persatu sampai tersisa CDnya saja.
Ketika dia mulai bergerak melepaskan CDnya, sontak ruangan menjadi riuh rendah dan para penonton mulai berdiri sambil berteriak-teriak. Saya kaget dan heran dengan situasi itu. Sepertinya mereka menunggu sesuatu terjadi dan benar saja. CD dilempar kearah penonton dan penonton berebutan untuk mendapatkanya.Akhirnya seorang yang sudah berumur kira-kira enampuluhan tahun yang mendapatkan CD itu. Rupanya siapa yang mendapatkan CD dipersilahkan naik keatas ring dan ML gratis didepan penonton.
Selama berada didalam ruangan itu entah mengapa saya tidak bisa menikmatinya. Apalagi setelah melihat sang pak tua itu naik dan ML dengan penarinya didepan penonton,sepertinya kita semua yang berada didalam ruangan itu bukan manusia lagi.
roger: akan saya ceritakan