Submitted by Tante Paku on

http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/images/assets/11281901-redirected

KETIKA saya mengomentari tulisan seorang teman yang membuat syair lagu untuk almarhum Munir SH dan sudah masuk dapur rekaman dengan judul album Nyanyian Merah, saya menuliskan puisi untuk Munir di akhir komentar saya. Beliau sangat menyukai puisi ini dan di share kan ke pesbuknya dan beberapa tempat lain, dia juga berharap saya menyebarkan puisi ini.

Sedikit mengenang Munir SH bahwa dia adalah seorang pejuang HAM yang gigih dan berani walau sosoknya kerempeng. Namun Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial dan mantan Koordinator Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) kelahiran Malang 8 Desember 1965 ini, wafat dalam usia relatif muda, 39 tahun, dalam penerbangan menuju Amsterdam, 7 September 2004 lalu dalam rangka melanjutkan studi program master (S2) di Universitas Utrecht, Belanda. 



MUNIR SANG PERKASA

Aku ingin belajar pada ketegarannya

Ketegarannya dalam berbicara

Tentang kebenaran nurani

Tentang kebenaran sejati

Tentang rakyat yang tak takut mati

Tentang pemimpin yang mengerti hati

Dari balik bayang-bayang sepi

Munir menghentak pagi

Menerjang gemuruh ombak

Berdiri dalam pekikan badai

Tak perduli karang menghantam

Dari kegelapan kami memandangmu

Mencoba mengurai jejak darahmu

Munir telah pergi bersama mentari

Munir telah pergi menuju arah mata angin

Munir telah pergi meninggalkan sudut bumi

Pergilah berjalan

Perjuanganmu masih panjang

Dan akan berpindah dari hati ke hati

Untuk menebarkan benih kebenaran

Munir yang perkasa

Tumbuh menjadi senjata

12 September 2010



Semoga Bermanfaat Walau Tak Sependapat





Illustrasi : static.rnw.nl 

 

Submitted by PlainBread on Wed, 2010-09-15 09:15
Permalink

Dipuji namun juga dibenci

Bisik-bisik para petinggi beberapa partai nasional

"Syukurlah dia mati, toh bukan kita yang bikin"

itu hanya satu dari sedikit hal, di mana

Beringin dan Banteng tersenyum walau tertunduk

 

Munir oh Munir

Berdarah Arab bercampur Jawa

Pastilah engkau berdarah Muslim

Didukung sepenuh hati dan dompet oleh gereja

Untuk bisa bersekolah ke luar

Tapi dibunuh oleh seorang non-muslim

yang mendapat perintah dari seorang 

yang katanya muslim

 

Ketika politik semakin kotor

Agama dan suku tidak jadi penghalang

Yang ada hanyalah kepentingan

Siapa presidennya sewaktu engkau tewas, Munir?

Ah, engkau jangan diberikan pertanyaan lagi

Beristirahatlah dengan tenang

Submitted by Tante Paku on Wed, 2010-09-15 15:41

In reply to by PlainBread

Permalink

Apa yang telah PB sampaikan adalah "misteri Munir" yang belum ada jawaban kepastian secara hukum. Agama dan politik bagai dua mata uang yang tak beda nilainya.

Seorang teman blogger yang bernama Odi Shalahuddin mengirim PM ke saya dan menuliskan kabar yang berkaitan dengan puisi di atas :

"Sip deh. Puisinya dah dibaca Suci Wati (Istri Munir). Komentarnya. Thanks ya.. bagus banget…."

Seperti kata PlainBread, Munir, beristirahatlah dengan tenang.

Submitted by PlainBread on Wed, 2010-09-15 23:06

In reply to by Tante Paku

Permalink

Katanya kalo di Indonesia, apa yang belum ada jawabannya secara hukum sudah bisa diartikan TST, tahu sama tahu.

Kak suci dan Munir itu orang baik, kak suci orangnya tabah juga. Tapi yah begitu, kata orang NKRI itu sudah harga mati. Artinya kalo gak setuju yah anda mati. Begitu katanya lagi.

Submitted by ResLiberta on Wed, 2010-09-15 16:38

In reply to by KEN

Permalink

Menurut teologi pembebasan, ada dua macam kemartiran, pertama adalah martir dalam mempertahankan imannya dan yang kedua martir dalam memperjuangkan orang-orang tertindas dan teraniaya.

Setahu saya martir nggak masuk neraka.

Submitted by Tante Paku on Wed, 2010-09-15 15:44
Permalink

Walau sama-sama tidak tahu kehidupan Munir setelah kematiannya, jika Ken bertanya soal ke Sorga atau Neraka, maka saya akan lebih memilih beliau ke Sorga saja.

Bahkan saya mengharapkan rekan-rekan yang ada di SS ini bisa masuk ke sorga semua, kita bisa KOPDAR tanpa dibatasi waktu dan iuran ha ha ha.....

Setuju ngga Ken?