Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Emas Hitam
From Rusdy's Picasa |
"Kemudian TUHAN Allah menempatkan manusia itu di taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu" Kejadian 2:15
Andai saja anjing-anjing laut itu tahu apa yang sedang kami lakukan, mereka pasti akan mengawasi pekerjaan kami lebih ketat dengan mata melotot, bukan dengan gaya imut seperti itu.
Ya, bekerja di lingkungan ini harus hati-hati, tidak mau kecelakaan yang terjadi bisa mendatangkan malapetaka seperti lumpur panas sidoarjo, atau seperti ladang minyaknya British Petroleum di lautan Mexico.
Ah, kekhawatiran saya terlalu berlebihan pikir saya. Wong pekerjaannya kali ini tidak beresiko seperti itu, hanya lihat sana-sini, tidak ada colok-colok.
Ketika bekerja di lapangan, shift 12 jam memang kurang menyenangkan. Apalagi kalau kebagian shift malam, yang terlihat hanyalah gelapnya lautan. Herannya, banyak penduduk laut justru bergentayangan mencari makan di saat ini. Di suatu malam, banyak ikan hiu berenang mengelilingi kapal konstruksi, untuk mengejar ikan-ikan lain yang tertarik oleh terangnya puluhan lampu-lampu kapal. Di malam lain, tidak jarang ikan lumba-lumba dengan riang melompat-lompat dengan alasan yang sama, mengejar ikan kesana-kemari.
Kehidupan di bawah laut pun sama, terkadang kendaraan bawah laut kami harus mematikan lampu untuk mengusir ikan-ikan yang berkerumun menikmati lampu. Mungkin mereka sedang kebingungan, "Hewan apa ini yah, kok matanya terang sekali? Kenalan dong!". Di siang hari, kehidupan bawah laut biasanya lebih sepi, mungkin ikan takut dimangsa jadi pada ngumpet?
Kehidupan bawah laut tentunya juga tergantung tempat. Contoh, di laut cina selatan, dasar lautnya mayoritas hanyalah lumpur-pasir seperti tanah liat. Para penyelam pun akan kesulitan berjalan di dasar laut seperti ini, karena biasanya mereka terbenam lumpur sampai lutut. Kalau mereka menjatuhkan sebuah alat, jangan harap bisa mencarinya kembali. Mereka hanya bisa bersumpah serapah dengan suara 'Alvin the Chipmunk' berkat gas helium di saluran pernafasannya. Para penyelam justru biasanya lebih aman di daerah seperti ini, karena kehidupan bawah laut bak gurun sahara, alias tak ada seekor ikan pun. Jadi, ikan hiu dijamin juga tak ada.
Di laut dalam (200 - 3000m), terkadang, kendaraan bawah laut juga bertemu dengan mahluk-mahluk aneh. Mungkin karena sang mentari tak pernah menjamah kedalaman laut ini, bak cerita "Journey to the centre of the Earth", mahluk aneh pun bergentayangan. Dari ikan yang berbentuk seperti batu, lalu tiba-tiba mengeluarkan sirip seperti kaki, dan berjalan-jalan di dasar laut, sampai ubur-ubur merah menyala. Pantas saja para penganut teori evolusi mengira semua mahluk darat berasal dari laut.
Berkat hausnya manusia akan emas hitam ini, teknologi konstruksi laut dalam pun berkembang. Ladang minyak yang terdahulu tak mungkin dikembangkan, sekarang mulai dibangun. Kapal konstruksi bawah laut pun semakin canggih. Yang mencengangkan saya, untuk sebuah kapal konstruksi ukuran medium saja, membutuhkan sekitar 5000-liter diesel sehari (atau 3.5 liter per menit!!). Bayangkan banyaknya diesel yang deperlukan untuk membangun sebuah ladang minyak, yang biasanya membutuhkan beberapa kapal konstruksi jauh lebih besar untuk berbulan-bulan!
Jadi, semuanya ini hanya untuk menghisap emas hitam dari perut bumi, dan dipakai oleh kapal-kapal besar ini, untuk menghisap emas hitam ini lebih banyak lagi...
"What does man gain from all his labor at which he toils under the sun?
...
What has been will be again, what has been done will be done again; there is nothing new under the sun."
Ecclesiastes 1
- Rusdy's blog
- Login to post comments
- 4270 reads
@rusdy - earth going old
"What does man gain from all his labor at which he toils under the sun?
...
bumi sudah tua mas rusdy...
emas sudah habis di sedot buat perhiasan dsb...
minyak setiap hari jutaan barel menguap...
pohon setiap berapa detik tumbang 100pohon...
air semakin keruh karena bahan kimia...
lautan juga tak lagi bersahabat...
well apa jadinya 100th lagi yah....
answer is... blame the earth
Kerjakanlah Keslamatanmu dengan takut dan gentar...
Laut
Waktu kecil terkadang saya membayangkan nikmatnya kerja di laut, apalagi di dasar laut. Sampai sekarang belum kesampaian.
Nikmatnya Lautan
Nikmatnya kerja di laut sih tergantung kerjanya dulu. Kalau seperti para expat di Maluku yang memiliki diving business di taman laut Bunaken, mungkin enak (walau saya penasaran, "when the novelty runs out?").
Tapi kalau seperti para pelaut Indonesia (atau Filipina) yang dipekerjakan para pemilik kapal di Singapura, tidak jarang mereka memiliki rotasi 6 bulan kerja, 1 bulan di darat. Bayarannya sih OK, tapi kalau hanya bertemu keluarga 2 kali dalam setahun?
Saya pernah bertemu seorang pelaut Indonesia dari Maluku. Di atas 'Supply Vessel' yang mungil ini, dia banyak bercerita suka-dukanya bekerja 6-bulan, 1-bulan istirahat ini. Saya cukup heran karena orangnya periang sekali walau harus bekerja 6-jam kerja, 6-jam tidur, setiap hari selama 6 bulan. Saya sempat diundang makan kari kepala ikan buatannya. Menggunakan tangga sempit yang hampir tegak lurus, saya turun mengikutinya ke ruang makan di kabin bawah yang berukuran sekitar 4m x 1.5m (dan tinggi pas-pasan untuk berdiri), yang merangkap jadi dapur dan ruang baca untuk seluruh awak kapal (sekitar 4 - 6 orang). Dindingnya campuran tempelan ayat Alkitab, dan juga artikel-artikel lainnya (tidak begitu ingat apa juga dicampur gambar porno dari awak lainnya).
Melihat sukacitanya walau bekerja mati2an seperti ini, ditambah semangatnya dalam menginjili hampir setiap orang yang ditemuinya, jadi membuat saya malu. Saya sukanya uring-uringan kalau disuruh kerja keras sedikit saja...