Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Perjalanan Menuju Holyhope - Jangan Mempertanyakannya

LieL's picture

Jangan Mempertanyakannya

 

Tanahku, pijakanku.. Tempat kekekalanku..
Langitku, harapanku.. Kunantikan dengan pelu..
Kedamaian di bawah pelangi..
Kapankah kau membawaku pergi..
Holyhope, holyhope.. Kapankah kau membawaku pergi..

 

Aku berdiri sendirian berada dalam gugusan langit yang gelap, terasa begitu luas, tak berujung, banyak bintang-bintang bertebaran sungguh indah berkilauan. Dalam kegelapan menyelimutin membuat diriku merasa dalam tempat yang sempit, aku tidak tau harus mengarah kemana, tidak ada jalur untuk berjalan yang tepat untukku berjalan. Untuk mengapai langit rasanya sangat jauh, biarpun aku jauh berjalan tetap tak tergapai. Tetapi entah mengapa dorongan untuk mengapai langit dan bintang itu sangat kuat. Sesuatu yang gelap, begitu luas, besar, tidak dapat diukur. Sekarang aku hanya terus berjalan, melihat langit dan bintangnya, mungkin suatu saat akhirnya aku dapat sampai juga ke salah satu bintang.

 

Aku terbangun, ah ternyata aku bermimpi lagi. Mimpi yang sama berulang-ulang. Holyhope, tempat seperti apakah itu, hatiku bertanya. Ada yang berkata itulah rumah kita yang sesungguhnya, rumah yang seperti apakah? Terletak dimanakah? Mengapa harus melalui Kapal Layar kami menuju kesana? Apakah Kapten Kapal sungguh membawa kami ke arah yang tepat? Apakah Kapten Kapal membaca peta tersebut dengan benar? Nampaknya aku mempunyai kekawatiran yang berlebihan bagi Myrix yang lain, terkadang aku sendiripun merasa aneh dengan pertanyaan-pertanyaan demikian yang seringkali muncul dibenakku.

 

Jika aku bertanya seperti ini, pastilah banyak orang memicingkan matanya menatapku. Seakan aku bukanlah seorang bangsa Myrix, sehingga patut dihindari dengan pikiran-pikiran demikian. Meragukan Holyhope dan meragukan Kapten Kapal. Sehingga lebih baik bagiku pertanyaan-pertanyaan kecil ini tetap tersimpan, tertutup rapat, terkunci didalamnya dan kemudian berharap dapat membukanya pada saat yang tepat. Berlaku seperti selayaknya bangsa Myrix, mempercayai jalan yang dituju Kapten Kapal, jangan mempertanyakannya, jangan meragukannya, berlakulah & berpenampilanlah sebaik mungkin yang membuat engkau terlihat seperti bidadari atau pangeran.

 

Aku melangkah sedikit berat untuk masuk ke dalam Kapal Layar, saatnya melakukan tugasku, sebenarnya aku meragukan apa yang aku lakukan di sini, akankah sia-sia? Sesuatu yang kulihat sepertinya yang mengambang dan hampa untuk dilakukan, "Sudah sudah, Hentikan hentikan, hentikan bersikap sok tahu." Kataku kepada diriku sendiri.

 

Oscube tidak mempunyai ruangan-ruangan yang terlalu rumit sehingga sulit ditemukan.Pemandangan Oscube tidak terlalu mewah, memperoleh penerangan yang cukup karena pada bagian atap kapal terdapat kubah yang besar dimana sinar dapat masuk dengan leluasa ke dalam Oscube. Suasana terkesan minimalis namun tetap terlihat modern dan tidak membosankan. Kapal Layar Oscube mempunyai 4 tingkatan, tangga-tangganya menjulang, dan terdapat tugu di tengah-tengah kapal tepat di bawah pusat kubah. Tugu tersebut lebih terlihat seperti patung yang ramping bentuknya menyerupai sosok seseorang tetapi tidak terlalu jelas, menjulang tinggi namun tidak mencapai langit-langit kubah. Dipenuhi ukiran disekelilingnya, ukiran tersebut berupa gambar-gambar dan tulisan kaligrafi, aku kurang mengerti gambar apa itu, gambar tersebut seperti bercerita, dan kaligrafi menceritakan potongan-potongan kebahagian, potongan kekekalan, dan misteri yang indah untuk dinantikan. Sepertinya kaligrafi tersebut bercerita mengenai Holyhope. Disinilah tempat para Oscube berkumpul pada saat-saat yang ditentukan.

 

"Holyhope, padang rumput yang hijau, kemilau keabadian, terjagai sepanjang masa, terlindungi tiada henti, tersinari dengan sempurna oleh Sang Holyness, janganlah meragukannya. Hamparan lautan ini akan musnah, segalanya akan hilang. Angin, gelombang, api dan tanah menghancurkannya."

 

Tertegun aku memandang puisi yang tertera, hatiku bergejolak. Kadang kala dalam menjalani hari-hariku, sungguh aku tidak sabar ingin segera sampai dan menginjak Holyhope. Rasanya ingin segera mengakhiri kesia-siaan ini, perjuangan yang kuanggap berharga seperti hilang tertiup angin dan seketika dapat menjadi tidak berarti sama sekali. Apakah ini hanyalah permainan belaka?

 

"Jangan mempertanyakannya, ..."

"Kau tak boleh mempertanyakannya, ..."

"Jangan sekali-kali mempertanyakannya, ..."

Suara-suara bisikan yang terus membayangiku, perkataan-perkataan yang sering diucapkan mereka, tatapan yang dari mata mereka yang menyiratkan hal tersebut sepertinya menghantuiku.

 

"Menyingkirlah saja di sana dan lihatlah apa yang dapat kami lakukan, pujilah kami karena kami memukau, kagumilah kami karena kami hebat, pandanglah kami karena kami mempesona." Mereka berlomba-lomba mengejar kesempurnaan dan perhatian.

 

"Jangan mempertanyakannya, ..." 

"Kau tak boleh mempertanyakannya, ..." 

"Jangan sekali-kali mempertanyakannya, ..."

Suara yang samar-samar terdengar tersebut terdengar lagi. Suara yang dingin, berbisik dan sedikit bergaung.

 

Tiba-tiba sesuatu yang berkilauan muncul dihadapanku dikala aku tertegun, sosok yang mempesona, putih berpantulan sinar, terlihat tidak nyata. Kulangkahkan kakiku mendekat dengan perlahan.

 

"Pujilah aku karena aku memukau, kagumilah aku karena aku hebat, pandanglah aku karena aku mempesona."

"Pujilah aku?" Aku tak mengerti apa yang dikatakan sosok yang memukau tersebut. Tapi rasanya kaki ini tertarik kearahnya.

 

"Aku sempurna dan suci, akulah malaikat bagi sekelilingku, dengarlah perkataanku indah, lihatlah hidupku tak bercela, akulah pribadi yang pantas untuk Holyhope, ..."

"..."

 

Aku terdiam, tertegun dan terbuai akan sosok itu. Apa yang dikatakannya itu benar, aku memang pantas berada di Holyhope. Perkataannya seperti menyihir seluruh jiwaku, membuatku merasa hebat, membuatku merasa aku begitu berharga. Kulangkahkan kakiku makin mendekat dengan perlahan.

 

"Datanglah, ..." 

"Kemarilah, ..."

 

"Pujilah aku karena aku memukau, ..."

"Kagumilah aku karena aku hebat, ..."

"Pandanglah aku karena aku mempesona, ..."

 

"Sembunyikanlah cacatku, jagailah citraku, jadikanlah diriku hebat."

Sungguh memukau, sosok ini benar-benar memukau, tidak dapat aku menolaknya, dia benar-benar membuatku terasa hidup. Aku menginginkannya, aku benar-benar menginginkannya, aku terkagum dan ingin datang kepadanya.

 

"Jangan mempertanyakannya, ..."

"Kau tak boleh mempertanyakannya, ..." 

"Jangan sekali-kali mempertanyakannya, ..."

 

Kulangkahkan kakiku semakin cepat, aku inginkan dia, aku inginkan dia. Sampai akhirnya aku setengah berlari untuk mendapatkannya. Tetapi entah kenapa langkah ini terasa berat seperti ada beban berat pada kakiku.

 

"Only, jangan!"

"Only, jangan kesana!" 

Terlalu memukau, aku ingin mendapatkannya.

 

"Datanglah, ... Kemarilah, ..."

 

"Pujilah aku karena aku memukau, ..."

"Kagumilah aku karena aku hebat, ..."

"Pandanglah aku karena aku mempesona, ..."

 

"Sembunyikanlah cacatku, jagailah citraku, jadikanlah diriku hebat."

 

"Only, sadarlaah!"

"Tidak, ... aku ingin mendapatkannya ..."

"Only, jangan kesana!"

 

Sedikit lagi, sedikit lagi, beberapa langkah lagi. Aku akan mendapatkannya, aku akan mendapatkannya. Sedikit lagi, cepatlah, cepatlah.

 

Kuulurkan tanganku, jarak yang begitu dekat membuatku semakin tergesa, akan segera aku menyentuhnya. Sekejap sebelum tanganku mengapainya, jarak yang tidak hanya sampai selangkah lebar kakiku, mendadak suara bising terdengar, memekakkan telingaku dan keadaan sekelilingku menjadi putih menyilaukan seolah mataku terbutakan oleh silaunya suasana aura disekelilingku. Tak tahan dengan suara tersebut kututup telingaku, kuteriakan suaraku namun tidak terdengar. Aku merasa seperti orang buta dan tuli, semuanya putih bagaikan diterpa oleh cat berwarna putih. Dimanakah sosok tersebut, mataku mencari sosok tersebut. Sekelilingku terdiam seolah waktu menghentikan semuanya, bagai dibekukan oleh salju, apa yang terjadi sebenarnya di sini. Aku tercengang melihat keanehan ini.

 

Kuperhatikan sekitarku, semuanya benar-benar terdiam dan hening, para Oscube membeku. Pada tubuh beberapa para Oscube tampak sosok yang berkilauan, seperti yang semula kulihat, menyelimuti tubuh mereka bagai cincin pusaran angin. Sungguh aku bingung dan terheran.

 

Suara yang memekakan telinga kembali memecah keadaan, sekejap kututup kembali mata dan telingaku, wajahku meringis karena takut suara tersebut akan menghancurkan pendengaranku. 

 

Suasana hening seketika, kubuka mataku, kulihat sekelilingku. Semuanya normal, seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Aku berdiri di hadapan tugu Oscube, para Oscube beraktifitas. Aku heran apa yang baru saja terjadi. Baru bermimpi lagikah aku?

 

 

Credit Image: Merriam Exclusive Collections 

 

 

dReamZ's picture

liel bagus banget ...

gw suka gambarnya bagus n ceritanya detail n indah, kyak fairy tale heheh ^^

mungkin kyak plain blg klo ada bbrapa crita make simbol2, n kyaknya crita lo jg ya... gw rada lemot klo artiin simbol, cuma gw tetep suka cerita lo

so sambungannya lage manaaa hehehe ^^

LieL's picture

@Dreamz: thanks hehe

Thanks dreamz hehe, iya gambarnya bagus2 gua ambil dari Merriam Exclusive Collections, hampir semua gambarnya model2 fairy tale hehehe :)

kia's picture

test komen

nice..

PlainBread's picture

Baru bermimpi lagikah aku?

Ceritanya mixed antara Narnia sama Avatar :D

LieL's picture

@Plain: avatar

hehehe kalo kata Bertz, antara HarryPotter ama Narnia, blog ini gua buat sebelum Avatar nongol sih hehehe