Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pilih yang Mana?

cahyadi's picture

Sekarang ini segala sesuatu yang mengandung kekerasan selalu laku keras. Beberapa hari lalu datang roti isi kekerasan lima ratus kotak. Eh, dalam waktu tidak lebih dari satu jam saja roti isi itu sudah diborong oleh massa anarkis yang berencana mengirimkannya ke gedung DPR. Kemaren datang lagi beratus-ratus krat minuman dingin dengan label ‘kekerasan itu menyenangkan’. Cuma dalam 2 jam saja… bener, dalam 2 jam… krat-krat itu sudah berpindah tangan ke para pengepul yang antre berdesak-desakan. Kata mereka minuman dingin dalam krat-krat itu mau dijual lagi kepada para pengecer di segala tempat. Rumah-rumah penduduk baik di pelosok maupun perkotaan, di sekolah-sekolah mulai dari SMP hingga perguruan tinggi, di instansi-instansi pemerintahan bahkan dijual secara asongan kepada para wakil rakyat yang ada di DPRD dan DPR. Dan hari ini, rencananya akan dilaunching lagi permen puedes dengan aroma kekerasan. Sekali kunyah dijamin pasti langsung ketagihan dan lagi… lagi…, begitu bunyi iklan yang digembar-gemborkan lewat berbagai media massa. Tentu saja hal ini membuat penasaran warga masyarakat. Mereka rela antre sejak pagi-pagi buta bahkan banyak yang sudah indent melalui toko online. Wah… wah… wah… kok bisa sebegitunya ya?

Ketika mencoba mencari tau penyebab segala fenomena ini, aku mendapat beragam jawaban. “Wah, roti isinya memang bener-bener nikmat, Mas. Ketika memakannya tubuh ini jadi kuat hingga bisa  membanting meja, memecah kaca dan mengobrak-abrik segala benda dengan perasaan bangga. Hati jadi terbebas dari rasa bersalah.””Rugi mas klo nggak beli minumannya… suegerrr lho. Hati ini  bener-bener merasa plong, jadi lupa segala masalah, segala bentuk pertemanan dan hubungan keluarga. Pokoknya siapa saja yang berani nyinggung… ajak duel!” “Ayo mas… cepetan ikut pesen permen PUEKRESnya (singkatan dari puedess aroma kekerasan), nyesel lho kalo sampe enggak dapet!” Karena tergiur bujukan itu, aku mencoba membeli beberapa permen PUEKRES. Waduh, emang bener-bener susah dan harus berebut tapi untunglah bisa dapet dua. Langsung saja aku mengunyah salah satu permen itu. Terasa amat manis dengan sedikit pedas di lidah. Kemudian aku merasakan sensasi yang sungguh nikmat. Badan serasa ringan dan pikiran melayang-layang.

Tiba-tiba… makbruk… aku terjatuh karena terantuk sesuatu. Permen di dalam mulutku meloncat keluar dan aku pun sadar. Ketika kuamati ‘sesuatu’ itu, ternyata sekaleng makanan ringan dengan merk KEBENARAN. Kalengnya sudah berkarat dan berdebu. Mungkin karena sudah terlalu lama tidak pernah disentuh orang. Ketika mencoba membaca tulisan yang tertera di badan kaleng itu, aku membaca: “mengandung benih-benih cinta kasih, membuat perasaan menjadi lega dan menyebabkan hati menjadi damai. Memang rasanya tidak enak dan harganya lebih mahal tetapi percayalah dengan memakannya secara teratur ANDA akan menjadi lebih dekat dan bisa mengenal pembuatnya”.

Pilih yang mana?

 

ebed_adonai's picture

@cahyadi: memang benar mas..

Memang benar mas, yang namanya cara kekerasan itu di mana-mana kok disenangi banget sekarang, ya?

Baiklah, ini hanya pemikiran sambil-lalu saya pribadi saja. Kalau saya cermati, sepertinya fenomena itu marak karena budaya kita masih meninggikan "keadilan" di atas "kasih".

Saya ada ilustrasi begini mas. Saya suka membelikan kedua putri saya sesuatu sebagai kejutan, entah panganan, pensil, majalah, dll, yang mereka suka. Nah, kadang-kadang, entah karena pikun atau apa, saya memberi dalam jumlah ganjil. Tarolah saya memberi mereka tiga bungkus permen. Nah, kalau yang ditekankan adalah masalah "keadilan", maka tiga bungkus permen itu harus dibagi sama rata, bagaimanapun caranya. Dan kalau ada pihak yang mendapat lebih dari itu, pasti pihak lainnya merasa diperlakukan tidak adil, lalu protes, dan kalau protesnya tidak didengar,... mas tahu sendirilah. Mungkin begitulah yang terjadi dalam masyarakat kita sekarang.

Namun kalau yang jadi penekanan adalah "kasih", terserahlah siapa pun yang dapat dua bungkus permen, yang lain akan dengan rela mendapat satu bungkus permen saja, atau bahkan tidak dapat sekalipun tidak apa-apa, enjoy aja. Dan walaupun sampai sekarang mereka masih sering gontok-gontokkan gara-gara itu (namanya saja anak-anak, ha..ha..), saya tetap berusaha sekuat mungkin mengajari mereka supaya lebih mengedepankan kasih di atas segala-galanya. Dan memang, adalah lebih berbahagia kalau memberi daripada menerima (Kis 20:35), bukan? Monggo mas!

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

cahyadi's picture

setuju...

Setuju... mas