Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Yang Ginger Kecil Takuti
Ginger kecil menunggu di depan pintu, menanti kedatangan seseorang. Satu jam, dia belum datang. Dua jam, masih belum datang. Hingga hampir tiga jam Ginger menunggu, sosok itu belumlah datang. Mama melihat Ginger kecil seraya tersenyum, "Pasti dia capek menunggu." Gumam Mama sambil menggotong Ginger kecil ke kamarnya. Ginger memang terlalu capek menunggu. Apalagi, hawa di luar sedang dingin-dinginnya. Tentu saja Ginger jadi mengantuk, kemudian tertidur.
"Mengapa dia gak datang-datang? Apa waktu perjalanan pulang dia diculik monster? Atau dia nonton pasar malam dulu?" Tanya Ginger kecil pada Mama keesokan harinya.
"Diculik monster? Monster kan gak ada sayang." Kata Mama.
"Ada kok. Ginger lihat sendiri di tivi. Itu loh Mah, musuh-musuhnya Pikachu kan monster semua." Kata Ginger.
Mama tersenyum. "Kamu takut gak sama monster-monster itu?"
Ginger menggeleng yakin. Sewaktu kecil, Ginger memang jarang merasa takut. Dia tidak takut monster. Tidak takut disuntik. Tidak takut ngebut naik sepeda. Dia juga tidak takut memanjat pohon. Ginger kecil memang jagoan. Saking jagoannya, dia diangkat menjadi ketua grup Lompat Tali di kampungnya. Dia juga menang lomba 17 Agustusan di sekolahnya. Padahal, lawannya anak-anak cowok yang bangga dipanggil "anak nakal" padahal ingus masih mbeleler di sana-sini. Tidak hanya itu, dia juga berani menampar pipi Adrian, temannya, yang mencium pipinya tidak pakai ijin.
Mama tersenyum lagi. "Bagus dong kalau begitu. Ya sudah, siap-siap sana. Kamu harus sekolah."
Dengan bermalas-malasan Ginger kecil bangkit dari tempat tidur. Saat akan berangkat, sekali lagi Ginger melongok ke sebelah kiri rumahnya, siapa tahu orang itu datang. Ternyata dia gak datang. Dan sekali lagi, Ginger kecewa.
Teng teng teng... Bel pulang berbunyi. Dengan segera Ginger mengambil tasnya, menyalami gurunya, dan bergegas pulang. Langkah-langkahnya cepat. Dia sudah tidak sabar menemukan orang yang selama ini ditunggu-tunggunya itu di rumah.
"Dia sudah pulang?" Tanya Ginger kecil begitu sampai. Dia tidak mempedulikan nafasnya yang masih tidak beraturan, dan keringatnya yang sudah membanjir. Mama menggeleng sambil tersenyum kecil. Ginger pun kecewa.
"Ini udah dua hari. Dan dia belum dateng! Maunya apa sih?" Pikir Ginger kecil. Kesabarannya sudah mulai habis. Dan dia mulai merasa takut. Jantungnya berdetak kencang. Jarang-jarang Ginger seperti ini. Jarang-jarang Ginger takut dengan sesuatu. Ini aneh! Tapi nyata!
Tidak sadar, air mata Ginger terjatuh. Satu tetes. Dua tetes. Lalu bertetes-tetes. Mama yang kebetulan melihat, segera menghampiri Ginger.
"Ada apa sayang?" Tanya mama lembut.
Masih sesenggukan, Ginger berkata, "Ma, kapan dia pulang? Kok udah Ginger tunggu dia gak datang. Apa dia gak akan pulang?"
"Dia pasti pulang. Tunggu aja." Kata Mama. "Sekarang supaya kamu tidak takut, berdoalah."
Ginger kecil pun berdoa. Selama ini, dia hanya memohon untuk oleh-oleh yang dibawa Papanya. Oleh-oleh yang banyak dan enak-enak. Tapi kali ini, dia berdoa supaya Papanya bisa pulang ke rumah dengan selamat. Bisa berkumpul bersama. Bisa mengelilingi jalanan kota bertiga naik motor.
Tok tok tok... Terdengar suara pintu diketuk. Ginger cepat-cepat menyeka air matanya dan berlari keluar. Alangkah bahagianya dia melihat sosok itu. Sosok yang walaupun kelihatan lelah setelah menempuh perjalan panjang, tetapi tetap menampilkan senyum lebarnya. Ginger langsung memeluk papanya tanpa ba bi bu lagi. Kelihatannya, Papa agak kaget dengan cara penyambutan anaknya yang tidak biasa ini. Tapi sejurus kemudian, Papa memeluk Ginger dengan lembut.
Sampai Ginger dewasa, dia tidak dapat melupakan kejadian itu. Itulah saat pertama kali dia takut kehilangan seseorang. Dan berawal dari ketakutan itu, ketakutan-ketakutan lainnya datang. Jadi intinya, semenjak kejadian tersebut, Ginger jadi orang yang penakut.
Oh, malangnya nasibmu, Ginger...
aku ingin tidur 1000 tahun lagi -- ginger anwar
- ginger_danger's blog
- Login to post comments
- 3426 reads
diawali dengan kehilangan...
Dan berawal dari ketakutan itu, ketakutan-ketakutan lainnya datang.
... diawali dengan kehilangan
Suatu hari waktu aku masih kelas 2 SD, tiba-tiba aku disusul mama ke sekolah.
Aku bertanya, "Mama ada apa?"
"Papa mau pergi..."
"Kemana?" tanyaku bingung
"Ke Pulau Seberang...."
"Dengan siapa? Mama? Adek juga?"
"Bukan... tapi dengan Mama Tri..., Kakak Arif, Kakak Andi, Kakak Anggi..." jawabnya
"Kok kita ga diajak ma? Kenapa?" tanyaku semakin bingung
"Mama, Kakak Evan... dan adek... di sini... tidak ikut dengan papa... yukk lihat ke jalan... Papa sudah di mobil"
Tapi sewaktu kami sampai di pinggir jalan, mobil itu sudah mulai jalan... hanya tangan papa yang terlihat melambai padaku... aku memanggilnya, tapi mobil itu terus berlalu... dan hilang.
Papaku, istri keduanya, dan anak-anak mereka pergi...
Hari ini hampir dua puluh tahun lebih sudah berlalu... dan aku tidak pernah bertemu lagi
Diawali dengan satu kehilangan ini... aku kehilangan banyak hal berikutnya.. termasuk kesempatan bersekolah lebih tinggi... dan menikmati pelukan yang kurindukan
Hikz....
Tapi hidup harus terus berlanjut dan tidak boleh berhenti!
mari gila bersama-sama dengan warna merah, kuning, hijau, dan biru..