Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Nam Nam
Nam Nam nama pohon itu, kalau sudah matang, kulitnya akan berwarna kuning, dan bila disentuh, ia akan terlepas dari batang tempat ia melekat. Rasanya kecut-manis, dagingnya putih dan sedikit berair. Di dalamnya terdapat biji coklat pipih, berkulit ari coklat tipis. Jika pernah melihat gambar bakal janin, bentuknya kira-kira seperi itu. Untuk ukuran, ia tidak terlalu besar, panjangnya variatif, bisa kira-kira 8 cm.
Sekarang aku sedang berdiri di depan pohon itu, memandangnya dengan kagum, seperti seorang ibu yang memandang anaknya yang tumbuh besar, kagum karena anak yang lama ia tinggalkan semakin bertambah besar dan sehat. Pohon itu kutanam saat usiaku kira-kira 15 tahun dan sekarang usiaku sudah 27 tahun, wajar saja kalau pohon itu punya batang yang kuat dan tinggi.
Saat pertama kali menemukannya, ia masih berupa biji yang sedang merekah, ... ehm apakah kata-kata ini cocok? atau lebih cocok bertunas. Akh, sudahlah, ... Ia kutemukan diantara himpitan rumput, tidak jauh dari pohon induknya. Ia ibarat bayi yang masih merah. Tunasnya mencuat diantara biji yang merekah sehingga kulit arinya pecah akibat diterobos oleh tunas mungil. Ajaib sekali! Tunas mungil yang masih rapuh sanggup menerobos lapisan-lapisan kulit, lalu mencuat seperti orang yang sedang merentangkan tangannya pada saat bangun dari tidur. Ia meringkuk dengan sangat indahnya. Apakah ini berlebihan?
Aku masih terkagum-kagum memandanginya, bahkan sangat bahagia! Tak henti-hentinya aku berkata dalam hati, 'Aku yang menanammu! Masih ingatkah kau padaku?'Sesaat pikiranku melayang, teringat pada Ia yang menciptakan langit dan bumi. Ia yang 'menanamku', dan memeliharaku. Hemm ... pikirku, Ia juga pasti bahagia bila melihatku bertumbuh, bertambah kuat dengan batang dan akar-akar yang kokoh serta menghasilkan buah. Pohon yang kutanam, yang hanya sempat kurawat pada awal pertumbuhannya mengingatkanku bahwa Ia sanggup memelihara segala ciptaanNya, bahwa Ia sanggup memelihara, tak ada yang perlu dikuatirkan, segalanya dalam pemeliharaanNya, dalam kendalinya! Matahari telah memberinya kekuatan, hujan menyegarkannya, tanah memberinya makan, angin menyegarkannya, bahkan kumbang menjadi temannya. Bila pohon saja Ia pelihara dengan baik, apalagi aku! Betapa Ia akan memeliharaku dengan sungguh. Seulas senyum simpul menghias wajahku, senang rasanya mendapat pelajaran dari sebatang pohon yang dahulu kutanam. Pohon itu sampai sekarang masih tumbuh di depan rumahku.
- Kolipoki's blog
- 7081 reads