Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Memperingati Yom Hashoah
Yom Hashoah (Shoah: Destruction) adalah hari peringatan yang diadakan negara Israel untuk memperingati tragedi Holocaust (Holos: Whole, Caustos: Burnt), di mana jutaan orang Yahudi mati terbunuh selama perang dunia kedua oleh Nazi Jerman dengan cara yang sistematis dan terarah.
Yom Hashoah diperingati setiap tanggal 27 bulan Nisan, seminggu setelah hari raya Paskah, dan seminggu sebelum hari raya Hazikaron, hari raya Pahlawan di negara Israel. Dan tanggal 27 Nisan tahun ini jatuh pada hari Minggu, 11 April 2010. Namun sebagaimana seringnya dilakukan oleh banyak negara, hari khusus yang jatuh pada hari minggu diundur atau diperingati sehari sesudahnya. Begitu juga Yom Hashoah, diperingati banyak orang di banyak negara pada hari Senin, 12 April 2010.
Sudah banyak yang mengetahui apa yang terjadi pada perang dunia kedua, begitu juga yang terjadi di dalamnya termasuk tragedi Holocaust. Mulai dari ribuan kilo rambut wanita yang terkumpul di dalam karung-karung setelah mereka digunduli dan dimasukkan ke dalam ruang gas untuk dibunuh dalam waktu singkat, sampai ratusan ribu pasang sepatu yang terkumpul di berbagai tempat penyiksaan mereka. Sebaliknya, tidak sedikit versi cerita yang beredar di mana-mana, terutama di internet. Mengenai jumlah korban, mengenai kebohongan publik, mengenai pembohongan besar-besaran (mass exaggeration), bahkan dikait-kaitkan dengan teori konspirasi (conspiracy theory). Perdebatan yang tidak berujung karena masing-masing merasa benar.
Awal perkenalan saya dengan tragedi Holocaust justru saya dapatkan dari sebuah film, Schindler's List, karya Steven Spielberg yang mendapatkan beberapa piala penghargaan Academy Awards. Sejak itu saya membaca beberapa referensi mengenai apa yang terjadi kepada para imigran Yahudi yang menetap di Eropa. Kenyataan yang mengejutkan bahwa perlakuan tersebut juga memakan korban sampai ke benua Afrika.
Pembelajaran tidak berhenti sampai di situ. Puncaknya adalah sewaktu saya diundang mengikuti suatu seminar (baca: debat) yang di adakan di kampus kekasih saya - di mana dia terlibat di dalam seminar tersebut- dalam membahas pro-kontra Holocaust. Yang pro Holocaust menuduh bahwa yang kontra sebagai penyangkal sejarah, tidak berperikemanusiaan, dan anti semit. Yang kontra Holocaust (sering dikelompokkan sebagai Holocaust Denials, walaupun mereka berkata bahwa mereka melihat diri mereka sebagai revisionists) menuduh bahwa yang pro adalah kaki tangan imperialisme, kapitalisme, yang sengaja membuat teori konspirasi Holocaust dengan maksud untuk membentuk negara Israel di tanah Palestina, tanpa mau mengorbankan tanah mereka (di Amerika dan Eropa) untuk dipakai sebagai tempat baru bagi para imigran Yahudi.
Suatu seminar yang sangat baik, karena masing-masing memiliki puluhan bukti kuat mulai dari referensi buku, film, catatan-catatan sampai rekaman kesaksian dari para saksi mata untuk mempertahankan pendapat mereka, dan pada saat yang sama juga tidak luput dalam menyatakan kesalahan-kesalahan argumentasi lawan debat mereka.
Tapi itu beberapa tahun yang lalu. Nuansa dan hiruk pikuk peringatan Yom Hashoah sepertinya semakin sepi. Di Israel sendiri topik ini malah dipakai oleh pemerintah Israel sebagai pengingat (baca: menakut-nakuti) bahwa hal ini akan terjadi jika mereka tidak waspada akan ancaman dari bangsa Iran. Suatu tragedi kemanusiaan bisa dengan mudah dipolitisasi untuk kepentingan politik tertentu. Walaupun demikian, tentu itu bukan berarti bahwa kita bisa begitu saja lengah menyangka bahwa tidak akan ada lagi kejahatan kemanusiaan di di dunia ini, walaupun tidak bisa juga menjadi paranoid dalam menyikapinya.
Hari ini koran yang saya pinjam dari tetangga juga sedikit menyinggung tragedi Holocaust, lengkap beserta quote yang terkenal "Never again!". Kata-kata yang puluhan tahun lalu memiliki makna dalam setiap kali peradaban manusia memperingati tragedi yang terjadi di dalam hidup mereka. Dan sekarang kedua kata tersebut seakan kehilangan artinya sama sekali. Pembantaian umat manusia tetap terjadi. Mulai dari Darfur sampai Palestina. Mulai dari Timor Leste sampai Rwanda. Sejarah juga membuktikan bahwa selain manusia lambat belajar, manusia juga bisa menjadi tirani bagi manusia lain walaupun dahulu pihak yang sama diinjak oleh pihak lainnya. Akhirnya cuma seperti drama, di mana peran dan korban saling dimainkan oleh orang-orang yang sama secara bergantian.
Holocaust menjadi penting karena kita semua di bumi ini adalah minoritas. Minoritas yang menjadi terjajah oleh keadaan, terinjak oleh mayoritas. Itu yang saya tekankan ketika teman saya yang berkulit putih berkata bahwa dirinya tidak merasa menjadi minoritas. "Bukankah orang kulit putih adalah minoritas di muka bumi ini walaupun di dunia barat mereka adalah mayoritas?" Atau setidaknya, mungkin ada baiknya kita merasa menjadi minoritas sesekali supaya bisa melihat kenyataan dengan lebih mudah. Dan ketika menjadi atau merasa minoritas, kata-kata "Never Again" akan lebih mudah terserap di hati dan pikiran kita.
"Never Again" yang dahulu sering ditutup oleh tanda seru, sekarang tanda seru tersebut berganti dengan tanda tanya. Dan mungkin kedua kata tersebut juga akan terganti dengan "Sampai Kapan?". Atau mungkin manusia selalu mengajukan pertanyaan yang salah, sehingga tidak pernah mendapatkan jawaban yang benar.
- PlainBread's blog
- Login to post comments
- 4878 reads
PlainBread.Ahmadinejad
Salam PlainBread.
Bertanya sedikit.
Ahmadinejad membantah holocaust. kalau anda bagaimana ? termasuk yang pro atau yang kontra.
trims
Tuhan Yesus memberkati
@Roger Pro dan Kontra
Saya sepertinya pro dan kontra. Pro to some extent, dan kontra to some extent. Ada beberapa hal dari kalangan holocaust deniers yang buat saya bukan argumen yang kuat, dan gitu juga sebaliknya dari kalangan pro holocaust.
Holocaust itu memang ada, tapi permasalahannya apakah sejarah bisa dituliskan dengan saat akurat.
Misalnya peristiwa G 30 S PKI, peristiwa Mei '98 sebelum Suharto jatuh atau konflik agama di Maluku atau peristiwa Timor Leste sebelum berpisah dari Indonesia, sampe sekarang tetap ada dua pihak yang mengeluarkan versinya masing2. Yang pasti memang terjadi, tapi detailnya yang memang cuma berseliweran.
Begitu juga dengan Holocaust.
Yang kontra menuduh itu cuma konspirasi supaya negara Israel dibentuk (dan saya masih belum menemukan banyak argumen dan data kuat mengenai hubungan keduanya), yang pro menuduh negara2 Arab juga diam saja sewaktu rakyat Palestina coba mengungsi di saat2 sulit bahkan ada yang menutup perbatasan mereka.
One man's rebel is another man's freedom fighter
For me,
I prever with "!" one. Never Again!
Never Say Never, 2
I prefer a prefer with an f, not with a v :p
Yup, umumnya semua orang prefer yang sama, "never again!". Saya juga begitu, min.
One man's rebel is another man's freedom fighter
Memalukaaaaan
Salah ketik.... !!
Holocaust
Gw rada ga tau ttg pro n kontra holocaust..
Cuma gw tertarik yang paragraph2 akhir yang ditulis ma plain.. “mpe kapan ya?”
Mang ga bisa dipungkirin masi aja ada “holocaust” masi terjadi ampe skrang.
Gw suka banget ma Viktor Frankl, dia psikolog, jews. Istrinya yang lagi hamil, orgtua, n temennya mati2 di nazi camps, hanya dia n his sista yang selamat. Trus dari pengalaman itu dia buat teori logotheraphy, katanya manusia hidup ntuk meaning instead dari Freud yang bilang kalo manusia hidup ntuk pleasure n Adler kalo manusia hidup dari power. Lengkapnya pastinya plain lebih tau ne, kalo gw hanya tau dikit2 hehehe….
Yang gw tertarik dari yang gw baca dari bukunya Frankl, kalo Frankl ga setuju manusia hanya makhluk biologi n sosiologi. Frankl argue kalo ada aja manusia yang bertingkah laku lepas dr factor (pengaruh) genetic n lingkungan sekelilingnya.
Dia kasih contoh, kalo jews yang di camp diperlakukan kayak binatang, ga berarti semuanya bertingkah laku kyak binatang, walupun ada beberapa jews yang ngelakuin segala cara termasuk korbanin teman mereka demi kepentingan diri sendiri, tapi ada beberapa jews yang kaga terpengaruh dan punya “integrity”.
Sama jg ama pemimpin nazi di camps. Mang ada yang doyan menyiksa, tapi ada beberapa pemimpin nazi yang kaga terpengaruh ama keadaan sekliling dia. Salah satunya pemimpin nazi yang diem2 beli obat2an ntuk jews yang sakit di camp make uang sendiri, n jumlahnya ga dikit. Ampe nazi kalah, n tentara amrik datang, org2 jews di camp sendiri yang sembunyiin itu pemimpin nazi, n baru mau diserahin dengan syarat keselamatan dari pemimpin nazi harus dijamin n harus diperlakuin dengan baik.
Mnurut gw pribadi, menarik banget ntuk tau kenapa ada aja bebrapa orang yang bisa seperti jews yang punya integrity itu n jg pemimpin nazi yang baik hati. Seandainya aja orang2 kyak mereka yang menjadi mayoritas, mungkin dunia akan berbeda.. Huehehe.. kyakna se..
Masi nyambung kan diriku heheh…
Manusia Seperti Binatang, Tapi Lebih Buas
Manusia seperti binatang, tapi lebih buas dan lebih kejam. Ada beberapa orang bilang seperti itu. Dan kenyataan sejarah memang menyajikan hal2 seperti itu.
Elu coba google "Stanford Prison Experiment" deh. Baca jurnal2 dan artikel2 yang ngebahas itu. Itu salah satu kasus paling menarik dalam sejarah ilmu perilaku manusia.
One man's rebel is another man's freedom fighter
plain, dark side of human nature
plain thanks buat info-nya..
gw dah baca n nonton2 dikit ne yang stanford prison experiment, n skrang gw jd puyeng ahahaha :p
gw rada surprised banget waktu tau kalo dari semua outsiders yang berkunjung ke tempat experiment-nya, hanya satu orang - Christina Maslach yang pertanyain morality n kode etik dari experiment n nyatain keberatan.. whoaa....
kyaknya gw jg bkal bertingkah laku ga jauh2 kalo dalam kondisi yg sama kyak di tuh experiment.. palingan hehehe...
cuma kenapa bisa ada orang yang kyak Christina Maslach itu ya plain.. apa yang buat dia bisa berbeda ama orang kebanyakan.. gw wondering aja..
Suka lilinnya.
Awal perkenalan saya dengan tragedi Holocaust justru saya dapatkan dari sebuah film, Schindler's List, karya Steven Spielberg yang mendapatkan beberapa piala penghargaan Academy Awards. Sejak itu saya membaca beberapa referensi mengenai apa yang terjadi kepada para imigran Yahudi yang menetap di Eropa. Kenyataan yang mengejutkan bahwa perlakuan tersebut juga memakan korban sampai ke benua Afrika.
Saya suka film yang mengangkat tentang tragedi kemanusiaan di belahan bumi mana saja, termasuk film tersebut di atas.
Holocaust menjadi penting karena kita semua di bumi ini adalah minoritas. Minoritas yang menjadi terjajah oleh keadaan, terinjak oleh mayoritas. Itu yang saya tekankan ketika teman saya yang berkulit putih berkata bahwa dirinya tidak merasa menjadi minoritas. "Bukankah orang kulit putih adalah minoritas di muka bumi ini walaupun di dunia barat mereka adalah mayoritas?" Atau setidaknya, mungkin ada baiknya kita merasa menjadi minoritas sesekali supaya bisa melihat kenyataan dengan lebih mudah. Dan ketika menjadi atau merasa minoritas, kata-kata "Never Again" akan lebih mudah terserap di hati dan pikiran kita.
Bukankah orang kulit putih justru populasinya terbanyak di muka bumi ini, ini hanya berdasar bahwa tercatat ada penduduk terbesar di sebuah negara adalah orang kulit putih. Namun, saya bisa menangkap makna yang terkandung dari kalimat menjadi minoritas agar bisa lebih mudah melihat kenyataan, ini sangat menarik.
Terus terang dalam blog ini saya suka gambar lilinnya yang bergerak-gerak sangat inspiratif dan artistik Plain.
Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat
@TP Kulit putih Minoritas di Dunia
Lilinnya saya curi dari sini:
http://snardfarker.ning.com/profiles/blogs/april-21-2009-is-yom-hashoah
Bukankah orang kulit putih justru populasinya terbanyak di muka bumi ini, ini hanya berdasar bahwa tercatat ada penduduk terbesar di sebuah negara adalah orang kulit putih. Namun, saya bisa menangkap makna yang terkandung dari kalimat menjadi minoritas agar bisa lebih mudah melihat kenyataan, ini sangat menarik.
Setau saya mereka bukan mayoritas di bumi ini. Misalnya dari tabel yang ada di sini, populasi dunia tercatat:
1. Asia: 56,4 %
2. Afrika: 13,5 %
3. Eropa: 12.9 %
4. Amerika Latin : 8,7%
5. Amerika Utara (US + Canada): 5,1 %
6. Timur Tengah: 2.9 %
7. Pulau2 Pasifik: 0,5 %
Kalo mau hitungan kasar, Asia + Afrika + Amerika Latin + Timteng + Pasifik = 81 %, sementara North Amrik + Eropa = 18 %. Sekalipun ada anggapan bahwa ada kalangan minoritas kulit putih di nomor 1, 2, 4, 6, dan 7, dan ada kalangan minoritas kulit berwarna di nomor 3 dan 5, anggap aja impas hehehe. Gap antara 81% dan 18% terlalu jauh. Jadi non-kulit putih tetap mayoritas.
One man's rebel is another man's freedom fighter