Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Masalah Raja, Ratu, Perdana Menteri dan Seorang Ayah Angkat
Ketika mengambil Kitab Suci orang Yahudi sebagai bagian dari kanon Alkitab, Gereja mengikutsertakan Kitab Ester. Tentu saja dengan segala macam perdebatan dan pertimbangan. Bahkan setelah berabad-abadpun, masih ada perdebatan tentang kelayakannya sebagai bagian dari kanon Alkitab. Dunia kekristenan memang menerima kitab ini sebagai bagian Alkitab yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan memiliki otoritas, tetapi banyak yang merasa ketika gereja menerimanya sebagai kanon, penerimaan ini hanyalah sebuah 'penerimaan dingin'. Ada sebuah istilah untuk kitab yang termasuk dalam kitab sejarah ini, opus non gratum, karya yang tidak diterima.
***
"Kanon", sebuah kata Yunani yang berarti buluh atau gelagah. Menggambarkan alat yang dipakai sebagai batang tongkat pengukur atau penggaris, lalu berkembang menjadi istilah yang berarti "standar". GotQuestions.org dalam artikel berjudul "Bagaimana dan kapan kanon Alkitab dikumpulkan?" berkata:
Istilah "kanon" digunakan untuk menggambarkan kitab-kitab yang diinspirasikan oleh Allah dan karenanya merupakan bagian dari Alkitab. Aspek yang sulit dalam penentuan kanon Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak memberi kita daftar dari kitab-kitab dalam Alkitab. Penentuan kanon adalah sebuah proses, pertama-tama oleh para rabbi and sarjana Yahudi, dan kemudian oleh orang-orang Kristen mula-mula. Pada akhirnya adalah Tuhan sendiri yang menentukan kitab-kitab mana yang merupakan bagian dari kanon Alkitab. Sebuah kitab menjadi bagian dari kanon sejak saat Tuhan menginspirasikan penulisannya. Adalah Tuhan yang memberikan keyakinan kepada manusia-manusia pengikutNya kitab-kitab mana saja yang perlu dimasukkan ke dalam Alkitab.
Kembali ke Kitab Ester, definisi kanon membuatnya paling banyak dipermasalahkan dalam Perjanjian Lama. Padalah, kitab ini merupakan salah satu kitab Perjanjian Lama yang paling banyak dipublikasikan, berhubung keseluruhan kitab harus dibaca selama perayaan yang terkenal dengan nama Purim.
Sebuah kisah yang lain daripada yang lain, tanpa menyebut nama Allah sepanjang cerita. Kecuali nama yang akhirnya ditemukan karena dicari-cari dengan segala cara. Termasuk dengan menemukan nama YHWH setelah mengambil semua huruf pertama sebuah frasa. Istilahnya ‘akrostik’. Sebagai contoh, dalam ayat 5:4 Ester berkata "datanglah kiranya raja dengan Haman", yang dalam bahasa Ibraninya "Yabo Hammelek We-Haman. Dengan akrostik, mengambil huruf pertama setiap kata secara berurutan (huruf tebal di atas), orang berkata: "Ada nama YHWH di sana setelah mengutak-atik sebuah ayat."
***
Kitab Ester dimulai dari tahta Ahasyweros di Susan, seorang raja yang memerintah dari India sampai Etiopia. Sang raja sedang mengadakan pesta yang sangat meriah. Wasti, sang ratu diminta memamerkan kecantikannya. Ratu menolak! Seseorang berkata tentang sebuah contoh tidak baik bagi semua istri di seluruh kerajaan. Bisa-bisa makin banyak suami takut istri jika ratu tidak dihukum. Ratu Wasti akhirnya dibuang dan raja mengadakan pemilihan ratu baru. Pilihan jatuh kepada seorang gadis Yahudi yang luar biasa cantik, Ester.
Haman, orang Agag menjadi orang paling berkuasa atas semua pembesar kerajaan. Semua orang harus berlutut dan sujud kepadanya. Tetapi Mordekhai, ayah angkat Ester tidak mau melakukannya. Haman akhirnya tidak hanya ingin membinasakan Mordekhai. Ia ingin membinasakan semua orang Yahudi di seluruh kerajaan.
Mordekhai mengetahui rencana ini lalu menemui Ester. Ester meminta semua orang Yahudi di Susan berpuasa, tidak makan dan minum selama tiga hari. Ia akan menghadap raja tiga hari lagi, setelah semua orang berpuasa untuknya. Puasa ini dilakukan karena hukuman mati berlaku bagi setiap orang yang menghadap raja tanpa dipanggil.
Setelah berpuasa tiga hari, Ester mengenakan pakian ratu lalu berdiri di pelataran dalam istana. Raja berkenan melihatnya dan bertanya apa keinginan sang ratu. Ia bahkan menjanjikan separuh dari kerajaannya jika Ester meminta. Ester ternyata hanya mengundang raja dan Haman datang ke perjamuan bagi raja yang akan diadakannya hari itu.
Di perjamuan itu, kembali raja menjanjikan setengah kerajaannya. Ester tidak meminta apa-apa kecuali raja dan Haman mau datang lagi ke perjamuan yang akan diadakannya bagi raja dan Haman besoknya.
Di perjamuan kedua itu kembali sang raja menjanjikan setengah kerajaannya. Ester tidak meminta apa-apa kecuali mengadukan niat jahat Haman yang telah memperalat raja untuk menghancurkan bangsanya, bangsa Yahudi.
Titah raja yang sebelumnya sudah keluar, sebuah perintah atas hasutan Haman untuk menghancurkan bangsa Yahudi, tidak bisa dibatalkan. Satu-satunya jalan keluar adalah menulis titah baru. Sebuah titah yang memberi orang Yahudi hak mempertahankan diri. Akhirnya orang Yahudi membunuh ribuan orang yang mau membinasakan mereka. Lalu untuk mengingat semua kemenangan itu, diadakan perayaan Purim yang harus dilakukan dari generasi ke generasi.
***
Ada pro dan kontra, orang Yahudi sendiri sebagian mengecamnya sebagai kitab sekular tetapi sebagian menganggapnya sejajar dengan Taurat. Filsuf Yahudi abad pertengahan, Moses Maimonides bahkan berkata: "Bilamana Kitab para Nabi dan Tulisan-tulisan musnah ketika Mesias datang, Kitab Ester dan Taurat akan tetap ada selamanya."
Sebenarnya ada dua kelompok pendapat tentang kitab ini. Satu kelompok menganggap ceritanya benar-benar terjadi dalam sejarah, kelompok lain menganggapnya hanya sebagai sebuah cerita khayalan atau fiksi. Tetapi kemudian muncul sebuah kelompok kompromi. Menganggap cerita Ester merupakan sebuah fiksi dengan latar belakang sejarah yang benar-benar ada serta bisa dijelaskan secara akurat. Secara sejarah, walaupun masih menjadi bahan perdebatan, Ahasyweros adalah Xerxes I, Raja Persia yang memerintah tahun 485-465 SM.
Reaksi negatif terutama karena tidak ada penyebutan nama Allah dan sifatnya yang sekular, diwarnai semangat balas dendam, serta nasionalisme yang sempit orang Yahudi. Para penentang kitab Ester suka mengutip pernyataan Marthin Luther yang menulis, "Saya sangat kurang senang dengan kitab II Makabe dan Kitab Ester sehingga berharap lebih baik tidak ada sama sekali, karena keduanya menonjolkan kepentingan kelompok Yahudi, serta mengandung banyak praktik tidak pantas berasal dari orang kafir." (Pernyataan Martin Luther sebagaimana dikutip Edwin M. Yamacuhi dalam buku "The Archaeological Background of Ester")
Di bawah kutipan pernyataan Martin Luther tersebut, seorang sarjana Yahudi bernama Samuel Sandmel menulis dengan lebih lunak: "Seandainya ada penyusunan kanon lain dalam abad keduapuluh ini, saya adalah termasuk di antara mereka yang mengajukan veto agar Kitab Ester tidak dimasukkan."
Masalah lain, Ester tidak pernah dikutip dalam Perjanjian Baru maupun dalam Perjanjian Lama itu sendiri, serta satu-satunya kitab yang tidak ditemukan di Gulungan Laut Mati. Setelah berabad-abad, muncul banyak keraguan tentang kanonisasinya, terutama berkaitan dengan kadar pengilhamannya atau alasan dimasukkannya ke dalam kanon.
Walaupun kitab ini disangsikan secara luas, tidak ada yang meragukan detil luar biasa cerita ini tentang latar belakang kehidupan orang Persia masa itu. Bahkan saat ini keakuratan sejarahnya makin kuat terkuak setelah adanya penemuan-penemuan arkeologis di sekitar Puri Susan.
Ada yang menentang, ada yang mendukung. David M. Howard Jr, dalam bukunya "Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama" menyebutkan ada tiga alasan utama reaksi positif terhadap kitab ini. Pertama, pada tingkat sekular, Kitab Ester bercerita tentang kemenangan bangsa Yahudi serta berbicara tentang kelangsungan hidup umat pilihan. Kedua, pada tingkat keagamaan, menunjukkan cara pemeliharaan Allah dengan kuasa kokoh mengendalikan sejarah melalui serangkaian kejadian yang kebetulan. Ketiga, merupakan satu-satunya kitab yang menjelaskan tentang perayaan Purim.
Secara teologia, kitab ini berbicara tentang pemeliharaan Allah, campur tangan-Nya melalui pemakluman puasa. Sedangkan keyakinan istri Haman dan kawan-kawannya tentang ketidaksanggupan orang Agag ini melawan orang Yahudi, merupakan sebuah cermin pengenalan akan sejarah bangsa Yahudi dan kebesarannya. Secara tidak langsung, merupakan sebuah pengakuan atas kebesaran Allah Israel.
Dalam hubungannya dengan tidak adanya nama Allah, banyak penjelasan yang mencoba memberi jalan keluar. Ada yang berkata karena kitab ini merupakan sebuah propoganda nasionalisme dan bersifat sekuler. Seorang lain berkata, Purim merupakan sebuah hari raya, dimana tidak ada larangan minum-minum dan bersenang-senang, sehingga penyebutan nama Allah sangat tidak cocok. Lalu ada sebuah pendapat yang sedikit bisa diterima. Tidak adanya nama Allah karena Allah tidak senang dengan tindakan yang menyangsikan dari para tokoh cerita. Ester menyembunyikan identitasnya, sehingga melanggar larangan berbohong dan berdusta dalam Imamat 19:11, ia menikahi seorang pria bangsa kafir, serta keangkuhan Mordekai yang keterlaluan. Alasan-alasan inilah yang menurut F.B. Heuy yang juga dikutip oleh David M. Howard Jr merupakan alasan kenapa penulis kitab Ester tidak menyebutkan nama Allah.
Lalu ada sebuah kesimpulan logis, seorang ahli berkata, "Mengapa nama Allah tidak muncul dalam kitab ini?" Karena tindakan manusia juga dipentingkan. Berkali-kali tindakan Ester dan Mordekhai telah merubah nasib orang-orang Yahudi. Mereka tidak pasif menunggu tanda-tanda dari Allah, atau berharap Allah melakukan mujizat langsung.
Tidak adanya nama Allah serta kurangnya pandangan religius, membuat ada yang mengambil inisiatif memberi catatan tambahan kitab ini. Sebuah tambahan berupa detil di tempat tertentu, menambah pandangan religius, menyebutkan nama Allah, menyoroti pilihan-Nya atas Abraham dan Israel, serta memberi penekanan pada doa. Apa yang menjadi kekurangan Kitab Ester ada di kitab tambahan ini.
Ketidakkonsistenannya dalam detil cerita serta perbedaan sudut pandang maupun gaya penulisannya membuat sulit percaya bahwa tambahan ini merupakan karya penulis kitab Ester. Akhirnya Tambahan ini hanya mendapat posisi sebagai kitab "Apokrifa" dengan nama "Tambahan Kitab Ester".
Contoh ketidakkonsistenannya, dalam "Tambahan Kitab Ester" dikatakan Ester menolak makan dengan orang kafir, bahkan termasuk menolak makan dengan suaminya -- sang raja, tetapi kitab Ester berkata lain.
***
Suka atau tidak, keseluruhan kitab Ester secara langsung atau tidak langsung berbicara tentang perayaan Purim. Satu-satunya perayaan yang tidak ada di Kitab Musa. Mordekhai memerintahkannya guna memperingati peristiwa yang merubah nasib mereka. Di abad kedua perayaan ini disebut "hari Mordekhai"
Stephen F. Noll, yang juga dikutip oleh David M. Howard dalam buku "Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama" berkata:
Bagi bangsa Yahudi ... itu merupakan saat untuk menerangi suatu tema yang pada dasarnya sungguh-sungguh serius - penyelamatan bangsa Yahudi dari penindasan. Perayaan ini diadakan satu bulan sebelum Paskah dan menunjuk pada peristiwa-peristiwa besar keluaran. Bagian utama perayaan Purim ialah pembacaan Megillah atau gulungan kitab Ester, disertai ungkapan untuk mengejek nama Haman dan anak laki-lakinya, juga pembacaan ayat-ayat tentang pembebasan (8:15-16; 10:3) oleh jemaah. Pembacaan ayat-ayat serupa dari perikop lain mengenai bangsa Amalek menyoroti ancaman yang selalu menghadang bangsa Yahudi pada setiap generasi. Perayaan juga disertai suasana menyerupai kirab - pertunjukkan wayang dan drama komik, pembakaran patung Haman, dan pemilihan seorang raja Purim.
***
Ada sebuah plot tersembunyi di cerita ini, Ester adalah keturunan Kisy dari suka Benyamin dan masih keluarga Saul; Haman adalah orang Agag yang merupakan keturunan Raja Agag dari Amalek, yang hampir dimusnahkan oleh Raja Saul. Ada juga yang memberi penekanan "balas dendam" dalam kisah ini.
Terlepas dari semua itu, kitab ini berbicara tentang pemeliharaan umat pilihan. Sebuah bangsa yang sejak dahulu kala selalu ingin dimusnahkan tetapi tidak pernah berhasil. Bahkan Firaunpun, sudah berusaha memusnahkan bangsa ini dengan membunuh semua bayi laki-laki.
Seorang pernah berkata, "Salah satu bukti keberadaan Allah Israel adalah keberadaan bangsa Yahudi yang sampai sekarang masih exist, walaupun selama berabad-abad selalu ada yang ingin memusnahkannya."
***
Sumber:
LaSor, William Sanford, Dkk., Old Testament Survey: The Message, Form, and Background of the Old Testament.
Howard, David M., Jr., Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama.
Richardson, H. Neil., The Minor Prophets and the Apocrypha, dalam bab The Additions to the Book of Esther.
- anakpatirsa's blog
- 8012 reads
Kitab Ester & Penganiayaan Bangsa Yahudi
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Tulisan bagus tapi...
Debu tanah
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
Menghindari nama Ester
Bagaimana Dengan Judul Ini?
Anak Patirsa, bagaimana dengan judul ini? Kitab Suci Tanpa Nama Allah
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Judul yang tepat...
Debu tanah
Debu tanah kembali menjadi debu tanah...
Yang merendahkan diri ditolong Tuhan