Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Liburan Akhir Tahun

Andreas Priyatna's picture

 

Liburan akhir tahun
 
Liburan akhir tahun 2009 kemarin menyisakan beberapa kenangan yang cukup manis. Saya sendiri sebenarnya tidak punya agenda apa-apa dengan liburan akhir tahun, karena memang tidak ada anggarannya. Sepertinya kata-kata “tidak ada anggarannya” ini lebih elegant daripada mengatakan tidak punya uang. Tetapi karena saya punya cukup banyak keponakan, maka mau tidak mau saya pun harus ikut mengisi acara liburan akhir tahun bersama mereka. Setelah lepas dari perayaan Hari Natal, mulailah disusun agenda liburan akhir tahun mereka. Mereka menyusun acara untuk makan malam bersama, bertukar kado, acara membakar sate, steak dan jagung di malam tahun baru, menginap di sebuah lembah yang cukup dingin dan mengikuti permainan di sebuah bukit yang indah. Cukup banyak acara yang disusunnya dan semuanya membuat kita sangat bersuka cita. Wah…, paling enak sih waktu menginap di lembah…, uuh…, udaranya dingiiin banget, trus di sana mainnya juga enak…, rumputnya luaaas banget. Ada pula yang mengatakan enakan sih…, naik flying fox yang tinggi, seperti terbang rasanya dan maen bola besar di arena permainan. Begitulah celoteh keponakan-keponakanku.
 
Permainan bola
 
Menurut saya, sebenarnya seluruh acara-acara tersebut sangat menyenangkan, dari waktu ke waktu kesemuanya itu memberikan kenangan yang sangat manis, namun ada satu hal yang sangat berarti, yang memberikan sebuah gambaran kehidupan, yaitu permainan bola besar, di mana anak-anak atau pun orang dewasa masuk ke dalam bola besar yang di dalamnya juga di isi dengan bola-bola yang lebih kecil, kemudian bola besar tersebut digelindingkan dari atas bukit dan terus akan menggelinding sampai di bawah bukit.
“Oom ayo ikut…, Oom!”, seru keponakan saya. “Akh…, nggak akh…, Oom takut…, nanti tulang Oom pada patah”, kata saya. “Nggak Oom…, nggak apa-apa…, ‘kan ada banyak bola kecil yang menahan badan kita, Oom”. “Payah…, Oom penakut”, katanya.
Swear…, saya memang takut…, saya ketar-ketir membayangkan bagaimana badan saya akan terpelanting dengan kepala di bawah dan kaki di atas, kemudian balik lagi, begitu seterusnya sampai bola itu berhenti menggelinding di bawah bukit. Saya membayangkan ketika bola itu berhenti, saya keluar dari bola itu, maka badan saya akan sakit sekali, remuk redam oleh karena bantingan-bantingan ketika berada di dalam bola.
 
Seperti kehidupan
 
Permainan bola tadi sebenarnya sama dengan kehidupan ini yang setiap waktu terus bergulir, di mana kita semua berada di dalamnya. Kita semuanya tentu merasa takut dengan kehidupan ini dan semuanya merasa ketar-ketir membayangkan sesuatu yang akan terjadi di dalam kehidupan kita. Kita akan jatuh bangun di dalam kehidupan ini, kadang kepala berada di bawah, kaki di atas, kepala akan menjadi kaki begitu pula sebaliknya, badan kita akan terbanting ke kiri dan ke kanan, tubuh kita akan menerima benturan dari semua penjuru. Selama kehidupan itu masih ada, selama bola itu masih menggelinding, maka kita terus akan menerima semuanya. Tidak akan pandang bulu apakah kita sudah merasa kesakitan, apakah kita sudah merasa kewalahan, apakah kita sudah remuk redam, bola tidak akan berhenti di tengah jalan. Kehidupan tidak akan berhenti hanya karena kita sudah babak belur ataupun karena kita sudah menyerah. Waktunya belumlah usai, kehidupan masih berjalan dan kita akan terus menerima semua benturan dan bantingan.
 
Ada yang menahan
 
Pada waktu bola menggelinding tubuh kita ditahan oleh bola-bola yang berada di dalam bola besar, sehingga tubuh kita dapat terlindungi dari segala macam bantingan dan benturan. Pada waktu kehidupan itu bergulir dengan segala macam masalah hidup yang datang, kita pun terlindungi oleh sesuatu yang menahan tubuh kita dari benturan dan bantingan, ada sesuatu kekuatan yang bukan berasal dari tubuh kita yang menopang tubuh kita, sehingga kita dapat melewati kesemuanya itu sampai kehidupan itu berhenti pada suatu titik. Dan kesemuanya itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh kita, sungguh mengherankan. Allah itu begitu baik dan selalu menyertai hidup kita. Ada invincible hand, ada tangan Allah yang menahan tubuh kita, sehingga kita tidak akan jatuh tergeletak, seperti tertulis di Mazmur 37:24.
 
Janganlah takut
 
Pada waktu akan mencoba bola gelinding, ada perasaan takut yang begitu hebat, jangan-jangan tangan dan kaki kita akan patah nanti. Begitu pula dengan kehidupan ini, kita akan merasa takut melihat begitu banyak masalah yang harus kita lewati, apakah kita kuat untuk menghadapinya, apakah kita sanggup untuk melewatinya. Bayangan kehidupan ke depan akan semakin sulit, kesulitan ekonomi, kesulitan pangan karena perubahan iklim secara ekstrim, kesulitan yang berasal dari dampak globalisasi, ancaman bencana alam karena pergeseran lempeng bumi, ancaman asteroid yang akan menabrak bumi dan lain-lainnya. Kesemuanya itu akan membuat hidup kita tidak tenang, selalu cemas dan ketakutan.
 
Mengapa harus cemas dan takut?
 
Allah telah berfirman: “Jangan takut, sebab Aku menyertaimu, jangan cemas, sebab Aku Allahmu. Engkau akan Kuteguhkan dan Kutolong, Kutuntun dengan tangan-Ku yang jaya. (Yesaya 41:10)
 
Janganlah takut, hadapi dan jalanilah hidup ini seperti air yang mengalir, berbuat baiklah kepada semua orang, bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa serta ajarkan kepada semua orang apa yang telah Tuhan perintahkan, Tuhan akan menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Amin
 
Selamat Tahun Baru 2010.
 
 
Andreas