Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kopi Pahit Nikmat

rk's picture

Kopi Pahit Nikmat

Horeee... ! Hari ini hari gajian. Kafe tempatku bekerja memang masih jadul. Gaji selalu dibayar dalam bentuk cash. Gaya jadul yang merepotkan, tapi nikmat seperti kopi tubruk. Bulan lalu,   karirku sebagai barista - peramu kopi - di kedai ini dimulai. Lima juta rupiah sebulan, cukup buat nasi, internet dan kopi.

Tahun lalu, tempat kerjaku yang lama bangkrut. Pesangon lumayan kupakai untuk hidup dan menjalani ziarah ke Klewer, Solo.

Aku bertemu pemilik kafe di kota ini dua bulan yang lalu. Secangkir espresso menemani pembicaraan  ringan kami. Tawaran kerja di kafe miliknya datang tak terduga, dan langsung kusambar.

Setelah satu bulan kerja keras, tibalah aku di hari gajian. Aku akan menerima gaji pertamaku.

Tak terduga, hari ini aku berjumpa kembali dengan Jack, sobatku. Sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengan Jack, sejak kubakar jembatan masa laluku.

Jack baru saja masuk siang ini sebagai  karyawan bantu-bantu, office boy sebutan populernya. Ah, pemilik kafe ini memang aneh. Apa perlunya menambah  seorang office boy ? Aku rasa outlet ini terlalu kecil untuk tiga karyawan !

Lagi pula, semua hal sudah dapat kuatur bersama Jo, si cantik. Barista junior yang baru bergabung dua minggu yang lalu.  Jo hingga detik ini  belum bisa membuat busa lembut sempurna di atas cappucino. Jadi kusebut dia: Jo 'bebal'.

He..he..he.. tentu saja kata 'bebal' ini hanya dalam hati.  Jo terlalu cantik untuk disebut bebal, jadi mulutku memanggilnya Jo manis.

Oke.. kembali ke Jack, sobat lamaku.  Ngobrol dengan Jack membuat bayangan masa lalu kembali. Saat  kami habiskan malam minggu diatas jok motor. Duduk menunggu lawan adu nyali di landas pacu Kemayoran. Pembalap 'gendeng' adalah gelar kebanggaan Jack. Malam dingin, adrenalin membuat kami hangat, melupakan keluarga dan masyarakat yang menganggap kami sebagai kartu mati.

Beda dengan diriku yang sudah lebih subur, tubuh Jack Gendeng masih kering kerontang. Aku maklum. Jack bercerita, ia baru mulai bangkit dari kutuk asap knalpot dan asap hitam lainnya.

What's a wonderful day... !

Pengunjung terakhir sudah pergi. Waktunya tutup. Waktunya menerima gaji.

Bos, si pemilik kafe sudah duduk menunggu sambil mengamati sejak satu jam yang lalu. Momen bahagia menanti.  Kami bertiga dipanggil, duduk satu meja dengan bos.

"Ini gajimu satu bulan, hitung !", kata bos kepadaku.
He..he.. senang sekali merasakan satu gepok uang limapuluhribuan baru. Tidak sia-sia kerja keras sebulan ini. Lima juta rupiah!

Giliran si manis 'bebal' yang tak becus kerja.
"Jo,  ini gajimu selama dua minggu, hitung !".

Jo manis menghitung. Kuusap mataku berkali-kali. Apa aku tidak salah lihat ? Si Bebal memperoleh lima juta ! Lima juta rupiah untuk dua minggu !

Apa si manis ada 'main' ? Aku menahan gelembung magma.

"Jack, ini gajimu hari ini, hitung !".
Aku melotot, kuawasi si gendeng yang baru masuk siang ini, menghitung uang.

Ini gila... Gila... GILA !!!
GILAAA.. LIMA JUTA RUPIAH,  BELUM KERJA !

Kopi pahit itu nikmat, tapi ini sungguh pahit ! Aku tak tahan lagi !
Jari kelingkingku menuding, "TIDAK ADIL !".

JawabNya, "Lho..? Iri hatikah kamu ? Karena Aku murah hati ?".

 

whoislikegod's picture

Pasti Iri

Manusiawi RK. Saya pun kalo di posisi itu pasti iri walaupun kalau ditanya sama sang boss, "emang napa iri? karena aku murah hati?" yaah ujungnya cuma diem...

Mengingatkan kita pada boss kebun anggur yang di ceritakan oleh Yesus. Kadang kita lebih pasang sikap iri ketimbang lihat kemurahhatian sang boss.

·siapa seperti Allah?·

__________________

·siapa seperti Allah?·