terima kasih

Terkenang masa lalu.....13 tahun yang lalu....

Seorang wanita yang cantik....memperkenalkan dirinya....bernama ibu Herven...

Puji Tuhan!

Akhirnya Tim Admin SABDA Space dapat menurunkan tulisan ini setelah mengalami sedikit masalah teknis dalam SABDA Space, kemarin. Melalui coretan kami di kotak ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para blogger yang telah berkenan hadir mengikuti acara jumpa darat dalam rangka ulang tahun SABDA Space yang kedua.

Kami sungguh merasa sangat bersukacita melihat keakraban dan keterikatan di antara kita semua selama jumpa darat tersebut. Sangat terasa pula bagaimana tangan Tuhan turut bekerja, sehingga kita semua dapat larut dalam ucapan syukur yang mendalam atas kesempatan untuk bertemu yang telah Dia berikan.

“Inge, bulan depan aku mau libur di Indonesia. Aku ke Jakarta dulu untuk satu urusan. Setelah itu, aku langsung naik kereta ke Jogja. Kereta kelas murah, karena aku mau dengar lagi orang-orang pakai bahasa Indonesia kelas ekonomi. Buat bingung, tapi variatif dan inovatif. Plis, temani aku ke Jogja. Aku mau nostalgia di sana. Aku mau tidur di tempat kosku dulu. Sore hari duduk di belakang rumah tunggu ayam dan anak-anaknya berbaris pulang masuk kandang. Breakfast gudeg di Plengkung. Makan jagung di alun-alun keraton. Kamu mau aku bawa satu arloji dari sini? Arloji Swiss terkenal indahnya. Atau kamu mau yang lain?,” sepotong kalimat imel dari Angela terbayang kembali ketika aku menanggalkan arlojiku sepulang dari kerja.

Kepada seluruh pembaca sabda space, kami memohon maaf atas hal ini. Sesuai dari keputusan pihak ADMIN sabda dan diskusi antar anggota, maka kami memutuskan untuk mengakhiri penulisan "KERUDUNG YANG TERKOYAK".

Terima kasih atas komentar dan pengingatan policy kepada kami.

ICCP merupakan suatu kelompok penginjilan di dalam dunia maya. 

"Makan dulu ya?" katamu.
Aku tersenyum, aku memang lapar sepulang kantor ini, tapi aku juga belum mandi dan sepertinya itu akan mengurangi kenikmatan makanku. Tapi bujukan bertubi itu aku iyakan juga. Ditambah aroma gudeg sehabis dipanasi juga membuatku semakin lapar saja. Aku beranjak ke dapur untuk mengambil piring. Aku pun mengambil nasi dan gudeg itu pun sudah di depan mata. Aku pun makan, hmmm.. enak, ku bilang. Kamu tersenyum saja melihat tingkahku manja.

"Kami memang sering beriring," ujar mereka. "Tapi kami bukan kesatuan. Kami pribadi yang berbeda, bukan pribadi yang satu."

Kira-kira begitulah yang dikeluhkan oleh pasangan kata ini kepada saya. Sudah berkali-kali mereka direkatkan, seolah-olah mereka itu satu kata, bukan dua kata yang digabung menjadi gabungan kata.