Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ketekunan Ayub (3), Ayub 1:1-22
Ayub tidak pernah mengerti mengapa orang benar harus menderita, sebab ia sendiripun berpegang pada konsep “tabur-tuai.” Kitab Ayub hanya menjelaskan bahwa Iblislah yang mendakwa dan berusaha menjatuhkan kepercayaan Ayub kepada Allah (1:6-12; 2:1-6). Namun, mengapa Allah mengizinkannya?
Sebagian orang mungkin berpikir bahwa Allah mengizinkannya terjadi pada Ayub karena Ia hendak mempermalukan Iblis melalui diri Ayub. Namun hal ini tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, sebab jika hal ini adalah benar, maka Allah sedang mempertaruhkan kebenaran-Nya pada pilihan Ayub. Kebesaran-Nya bergantung pada Ayub. Jika Ayub gagal, maka Allah dipermalukan. Jawaban ini jelas tidak Alkitabiah.
Allah begitu membanggakan Ayub dihadapan iblis (2:3), namun kemudian Ia membiarkan Iblis mencobainya. Mengapa Allah melakukannya? Mungkin kita dapat memberikan jawabnya bahwa hal itu terjadi jarena Allah sedang menguji iman Ayub. Jawaban ini tentu saja benar, namun apakah setiap penderitaan berarti ujian terhadap iman? Paulus berkata: “Kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia” (Flp. 1:29). Meskipun penderitaan dapat menjadi ujian (Yak. 1:2-3), namun tidak setiap penderitaan adalah ujian, tetapi kasih karunia.
Ayub menderita bukan karena dosanya, tetapi karena Iblis menuduhnya. Ayub menderita juga bukan karena ujian terhadap imannya, karena Allah sendiri telah memberikan kesaksian bahwa dia adalah orang yang saleh, jujur, dan takut akan Allah (2:3). Bahkan di akhir kisah Ayub terbukti bahwa dia memang saleh, jujur dan takut akan Allah. Lalu mengapa Allah mengizinkan Ayub menderita? Jawabannya adalah bisa ujian iman,tetapi juga bukan ujian iman (kasih karunia). Ayub sendiri tidak mencari tahu hal ini. Sebaliknya, dia hanya tetap dalam ketekunannya. Bagaimana dengan kita?
Dear, my friend
Ang Chen Chen
Mengenai pencobaan Ayub memang seringkali dipandang bahwa Allah sedang bertaruh dengan iblis, namun hal ini tentu akan menimbulkan asumsi yang menakutkan sebab kredibilitas Allah bergantung pada s
- Liem Sien Liong's blog
- 11871 reads
@LSL
___________________________
giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt
www.antisehat.com
Allah Menguji Ayub
Saudara Liem, bukankah Allah yang menguji Ayub dan setelah melewati ujian itu Ayub megnenal Allah secara pribadi?
Saya sempat melakukan diskusi dengan Ang Che Chen tentang peranan Iblis ketika manusia menghadapi kemalangan dan kisah Ayub. Untuk membacanya silahkan klik di sini.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
@liem, Allah tidak menguji Ayub.. tapi lagi taruhan sama iblis
Ayub menggambarkan sebagian Manusia
@Ang Che Chen
Jawaban yang jujur
Menurut saya, kisah Ayub menggambarkan manusia yang secara sadar mau hidup secara adil-benar namun terkadang mempertanyakan kebaikan Tuhan.
Pasal 3: Ayub mengutuki hari-hari kelahirannya, ia seperti "menyesal telah dilahirkan". Tersirat bgm Ayub secara sadar melakukan hal terbaik untuk Allah tetapi hasilnya?
Pasal 4,5: teman2 Ayub mempertanyakan kebaikan Ayub, sebagai "pura-pura" jadi orang saleh, mrk juga yakin kalau Ayub betul2 orang baik "tidak mungkin" terjadi musibah itu.
Ayat 7 dan 8 dari pasal 4:
7 Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan?
8 Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.
Di pasal2 berikutnya Ayub dengan tekun membela diri di hadapan sahabat2nya, namun mereka tidak mempercayainya juga.
Pasal 23: Ayub, yg karena yakin bahwa jalan hidupnya benar, rindu untuk datang ke hadapan TUHAN untuk mengadukan masalahnya, untuk membela diri bhw ia tidak bersalah.
Pasal 24: Ayub tidak sabar, dia menuduh Allah diam saja melihat keadaannya.
Ini menggambarkan orang yang berusaha hidup benar tetapi sedang dicobai, terkadang menuduh Tuhan sebagai "tidak mau peduli", padahal dia telah berusaha hidup seturut Firman.
Pasal 27:
2 "Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku,
3 selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,
4 maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya.
Ayat 2 adalah keluhan Ayub kpd Allah yg dia anggap tidak adil, tetapi ayat 3 dan 4 menyatakan komitmen Ayub bahwa "sekalipun Allah tidak adil padaku, tetapi aku tetap tidak akan berubah sehingga menjadi orang berdosa".
Pasal 29: Ayub teringat saat Allah "masih baik padanya" , dan dengan pasal ini Ayub seperti menuduh Allah telah membuang dia tanpa alasan, padahal ia telah berusaha hidup benar.
Pasal 38-41: TUHAN menjawab bahwa tuduhan Ayub kalau TUHAN tidak adil tidaklah benar
Pasal 42: Ayub dengan rendah hati menyatakan penyesalannya atas tuduhannya thd TUHAN, atas kecurigaannya bhw TUHAN seperti tidak peduli akan permasalahan Ayub, dan atas kata-kata sembrono Ayub, dan Ayub mencabut perkataannya itu (ayat 6)
Di pasal yang sama TUHAN menegaskan kpd para sahabat Ayub bahwa tuduhan mereka atas "ketidak jujuran" Ayub soal kesalehannya adalah salah besar, dan Allah membela Ayub.
Kesimpulan saya:
1. Sebelum dicobai, Ayub telah membuktikan dirinya sebagai orang saleh ketika Allah memberkati dia.
2. Setelah dicobai, Ayub terbukti kesalehannya tidak luntur, walaupun ia hrus melewati lembah air mata.
3. Kita belajar dari Ayub: mengasihi TUHAN baik pada saat kita diberkati maupun pada waktu kita "tertimpa sial" sehingga baik "kemakmuran" maupun "kemelaratan" , sehat maupun sakit, segala kondisi apapun, tidak akan memisahkan kita dari MENGASIHI TUHAN.
Mujizat.
Yesaya 59:1-3 Yesaya 53:1-6 Matius 6:14-15
Tani Desa
tanya mengenai ujian ayub
orang katanya hrs sungguh2 utk berusaha ke surga tp aku lain lagi aku ingin masuk neraka tapi sungguh aku tak bisa krn kesungguhan Kristus Yesus, itulah imanku by B7.