Submitted by Purnawan Kristanto on

"Kemlinthi", istilah dalam bahasa Jawa ini belum bisa saya dapatkan padanannya yang pas dalam bahasa Indonesia. Kata sifat ini biasa dilekatkan pada perilaku orang yang membuat jengkel orang banyak.

Dalam Wikipedia bahasa Jawa, kata kemlinthi didefiniskan sebagai berikut: "Kemlinthi, punika ngadahi arti ingih sikap utawi polah ingkang ndadosaken tiyang mboten remen. polah tikah ingkang kemlinthi punika wonten basa Inggris sami kalian arrogant, sombong basa Indonesia." (Kemlithi adalah perilaku yang membuat jengkel orang lain).

Untuk melukiskan sifat ini, saya menggambarkannya dalam sebuah cerita rekaan sebagai berikut:

Tersebutlah kisah seorang pemuda bernama Dhadhap yang pulang ke kampung halamannya. Dia baru saja belajar ilmu bela diri di sebuah perguruan silat. Sesampai di kampung, Dhadhap mulai memamerkan kelihaiannya dalam berkelahi. Dia petantang-petenteng dan merendahkan setiap orang. Jika ada orang yang menegurnya, maka ditantangnya untuk berkelahi.
Suasana kampung yang tadinya harmonis, tapi tetap dinamis itu, mendadak berubah menjadi gerah. Penduduk kampung merasa sebal dengan perilaku Dadap, tetapi tidak tega jika harus mengusirnya, karena bagaimana pun juga dia berhak untuk tinggal di kampung itu. Maka mereka pun meminta tolong seorang pendekar yang berilmu tinggi untuk menegurnya.
Sang pendekar bersedia memenuhi permintaan warga kampung. Mula-mula dia mengajak Dhadhap untuk bicara baik-baik, tapi Dhadhap justru memanfaatkan kesempatan itu untuk memamerkan ilmu yang sudah dia kuasai. Ditantangnya sang pendekar. Sang pendekar merasa tidak perlu meladeni tantangan itu. Dia pun pulang ke rumah.
Sepulangnya pendekar, si Dhadhap menyebar berita ke seluruh kampung bahwa sang pendekar takut melawan dirinya. Buktinya, sang pendekar tidak berani menanggapi tantangannya.
Berita tak sedap itu sampai juga ke telinga sang pendekar. Dia pun mendatangi si Dhadhap untuk menegurnya, tapi malah ditanggapi lagi dengan tantangan berkelahi. Sebenarnya sang pendekar enggan meladeni tantangan. Baginya, ilmu si Dhadhap belum ada apa-apa dibandingkan dengan dirinya. Meski begitu, dia meladeni tantangan itu sekadar untuk menyadarkannya. Hanya dalam tiga jurus, si Dhadhap dapat dilumpuhkan. Sang pendekar sengaja tidak menyakiti Djadhap karena dia sebenarnya masih merasa kasihan.
Si pendekar pun pulang dan berharap si Dhadhap insaf. Tapi apa yang dilakukan Dhadhap? Dia berkoar ke seluruh kampung, bahwa dia telah bertarung dengan pendekar. Dia mengklaim bahwa sang pendekar tidak sanggup meneruskan pertarungan dengannya. Dhadhap menuduh bahwa sang pendekar telah "tinggal glanggang colong playu" (kabur dari arena pertarungan).
Mendengar bualan si Dhadhap, darah sang pendekar tersirap. Dia ambil pedang yang sudah disimpannya selama puluhan tahun. Dia mengasah pedang itu dengan gigi yang gemeretuk. Urat-urat di tangannya tampak menonjol ketika memegang kuat-kuat pedangnya saat beradu dengan batu asah.
Lalu datanglah seorang begawan sepuh, sang bijak. Dia menyentuh tangan pendekar dengan lembut. "Sabar dulu, Angger!" kata sang begawan.
"Ini tidak bisa dibiarkan, Eyang!!" kata sang pendekar murka,"perilakunya sudah keterlaluan. Ini sudah melecehkan harga diriku"
"Lihatlah dulu apa yang kubawa," kata begawan sambil membuka bungkusan kainnya. Di dalamnya ada seekor katak kintel.
Sang begawan mengambil ranting kering dang mengangsurkannya pada pendekar. "Usirlah katak ini dengan memukulnya" perintah begawan. Pendekar menurut. Dia memukul badan katak itu. Tapi alih-alih melompat kabur, katak itu malah membesarkan badannya. Sang pendekar memukul sekali lagi. Badan katak itu tambah membesar. Pendekar mulai jengkel. Dipukulnya lagi, dan semakin besarlah badan katak itu.
"Sekarang biarkan saja katak itu. Tidak usah kamu apa-apakan," kata begawan bijak. Pendekar menurut. Tak berapa lama, badan katak itu mengempis dan melompat pergi.
Melihat hal itu, sang pendekar dapat menangkap yang apa dimaksud oleh begawan.
****
Motif dari sifat "kemlinthi" adalah untuk menarik perhatian orang banyak. Sayangnya, dia melakukannya secara negatif yaitu dengan membuat orang lain jengkel. Dia melakukan ini karena menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencapai sebuah prestasi yang membuatnya mendapat perhatian orang banyak. Karena merasa tidak mampu berprestasi secara positif, maka dia membuat prestasi negatif yaitu membuat jengkel orang banyak. Semakin banyak orang menjadi jengkel akibat ulahnya, semakin bersemangat dia untuk melakukannya lagi. Inilah yang dikehendakinya.
Orang seperti ini seakan tidak ada matinya, kata orang Betawi. Meski sudah dijitaki ramai-ramai orang sekampung, tapi dia masih saja bisa bangkit dan menunjukkan bahwa hal itu tidak akan membuatnya jera. Sama seperti katak kintel, tindakan keras pada orang yang kemlinthi justru akan membuatnya semakin besar. Memang inilah tujuan utamanya ketika berbuat begitu.
Resep ampuh untuk melawan orang yang kemlinthi ini adalah menganggap sepi perilakunya ini. Semua orang harus kompak untuk tidak memberi perhatian serius kepada perilakunya. Maka sama seperti katak kintel ini, lama-lama dia akan mengempis dan menghilang dengan diam-diam.

 

Submitted by hai hai on Fri, 2009-02-20 00:52
Permalink

Matur nuwun mas wawan. Sebuah upper cut tepat menghunjam rahang saya. Melet ah 

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by agamaitucandu on Fri, 2009-02-20 01:20
Permalink

Resep ampuh untuk melawan orang yang kemlinthi ini adalah menganggap sepi perilakunya ini. 

*dicatet*

*makin ga mampu ngomong di situs ini. cuma mampu membaca dan nyatet*

Submitted by Anak El-Shadday on Fri, 2009-02-20 08:06
Permalink

kemlinthi adalah kata-kata yang biasa dipake di jawa tengah, di jawa timur istilah yang dipakai adalah kemenyek. tapi dari "ruh" keduanya agak sedikit beda.

ngomong2 pak pur, blog ini ada hawa-hawa nyerang seseorang gitu ya?? hehehe... 

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

Submitted by Anak El-Shadday on Sat, 2009-02-21 09:37

In reply to by joli

Permalink

bu..bu.. ini kok berhawa kekerasan ya?? ati2.. yang kementos... ntar dijotos lho... hahahha

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

Submitted by agamaitucandu on Fri, 2009-02-20 09:09
Permalink

 ngomong2 pak pur, blog ini ada hawa-hawa nyerang seseorang gitu ya?? hehehe...

*Sebagai kodok saya sekarang bisa melompat-lompat dengan riang gembira tanpa takut digebuk lagi. Kodok kan ga bisa ngomong. Cuma bisa lompat-lompat dan bergumam dalam hati. Makasih Pak Pur. Sudah mengingatkan hakekat saya sebagai kodok.*

Submitted by king heart on Fri, 2009-02-20 14:12
Permalink

Kalau begawan Wawan sudah berujar, hati panas pun bisa disejukkan

Menyinggung siapa ? Siapapun bisa jadi kodok di saat lain bisa jadi si pendekar, tapi yang jadi begawan cuma Pak Wawan

GBU

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Submitted by king heart on Fri, 2009-02-20 14:37
Permalink

Itu lagi dicek kukunya panjang tidak kemudian baru deh mau manicure

Boleh dicatet itu .

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Submitted by hai hai on Fri, 2009-02-20 16:36
Permalink

Di dalam bahasa sunda bisanya digunakan istilah PICABOKEUN, artinya orang yang selalu membangkitkan keinginan untuk menggamparnya. Namun, umumnya orang sunda menyebut orang demikian, BEDEGONG. Banyak orang sunda yang memahami kata bedegong sebagi kurang ajar, namun menurut guru bahasa saya, kata untuk kurang ajar adalah BELEGUK.

Menurut saya, istilah KEMLINTHI  memiliki makna yang sangat khas, yang hanya bisa di pahami secara jawa.

Cara mengucapkannya memberi rasa yang berbeda. Orang sunda akan memaki orang demikian, "Bedegong sia!" Sementara orang Jawa akan memakinya, "Ojo kemlinthi!"  

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by joli on Fri, 2009-02-20 16:56

In reply to by hai hai

Permalink

Hai-hai.. Sementara orang Jawa akan memakinya, "Ojo kemlinthi!"  

Hai itu kurang lengkap.. kalimat lengkap-nya..... "Ojo kemlithi !!! " 

adalah singkatan dari topanggilan untuk anak laki-laki..  jadi tidak ada cewek keplinthi...

PICABOKEUN ??    samakah dengan bahasa jawa.. tabok-en??

Submitted by Anak El-Shadday on Sat, 2009-02-21 16:36

In reply to by joli

Permalink

kemlinthi itu memiliki "ruh" yang hampir seperti lonceng yang dipakaikan pada hewan ternak (ato malah kucing??). "klinthing.. klinthing.."

jadi mirip2 tong kosong nyaring bunyinya lah.. yang aku tangkap gitu sih..

jadi ga dibatasi gender.. hehehe

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

Submitted by sandman on Fri, 2009-02-20 16:42
Permalink

di dalam bahasa sunda bisanya digunakan istilah PICABOKEUN, artinya orang yang selalu membangkitkan keinginan untuk menggamparnya

lain picabokeun, pikareseupeun peureup..

 

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by hai hai on Fri, 2009-02-20 17:28
Permalink

Sandman, itu namanya Picipoleun! artinya orang yang selalu membangkitkan keingian untuk dicipol alias ditonjok. 

Orang Jawa pandai membuat plesetan sementara orang Sunda pinter membuat istilah dan singkatan. Yang sudah diketahui banyak orang, misalnya combro, oncom di jero, oncom di dalam. Misro, amis di jero, manisnya di dalam. Batagor, bakso tahu goreng. Namun banyak yang belum tahu bahwa OJEK seharusnya ditulis OJEG karena itu adalah singkatan dari Ongkos Ngajegang, ongkos mengangkang. Abuy, anak buaya owo buntutnya, istilah untuk play boy kampung.  

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by sandman on Fri, 2009-02-20 17:33
Permalink

Bandrek bajigur, budak pendek gede bujur...

btw gara2 blog ini saya jadi terkenang masa2 saya di jawa.. sungguh sebuah memori yang begitu berkesan...

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by sandman on Fri, 2009-02-20 21:11

In reply to by Purnawan Kristanto

Permalink

Bukan pur saya orang bandung tapi pernah lama di jawa.. dan kumpul sama orang kalimantan...

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by hai hai on Fri, 2009-02-20 18:14
Permalink

Tanggal 8 yang lalu kami merayakan ulang tahun mama. Setelah makan siang kami berkunjung ke Santa Monica. Di sana kami merayakan ulang tahun mama dengan potong kueh buatan IIS dilanjutkan dengan karaoke.

Bapa pendeta kami yang datang terlambat mengusulkan agar kami menyanyikan lagu-lagu jawa dan sunda. Wow .... Seru banget oiiii ... Ketika menyanyikan lagu-lagu itu kenangan muncul silih berganti dari Yogya ke Jawa Barat nan indah.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Submitted by sandman on Fri, 2009-02-20 18:27
Permalink

Jadi ingat makan di "sego kucing/angkringan", sayup di kejauhan  terdengar suara radio memutar wayang kulit.  Secangkir wedang jahe, sebungkus nasi kucing, duduk di tiker, ngobrol ngalur ngidul dengan orang2 yang tak dikenal. Masih segar dalam ingetan kalau si mas2 yang jual, nanya, "piye sand, arep mangan opo?". Ketika ngumpul gitu, ditengah riuh rendahnya obrolan tercelutuk makian2  yang bikin kangen, "matamu", "cocote" piye su kabare?. Ah jawa tengah memori abadi dalam ingatan.

 

Karena kita sungguh berharga bagi-Nya dan Dia mengasihi kita.

Submitted by henso on Fri, 2009-02-20 20:25
Permalink

Akhirnya sampeyan mampu menyatakan isi hati dengan sangat halus, tajam dan terpercaya.

Penderitaan anda selama ini melihat orang kemlinthi diharapkan segera berakhir.

Memang jadi pendekar gak boleh seperti kodok, baru lihat orang yang petentang petenteng langsung kembung.

Berharap pendekar itu sadar untuk tidak seperti kodok yang kemlinthi lagi.

 

Bravoo....

Aku pengen blajar menyampaikan serangan seperti anda.

Ibarat tahi ci, kelihatannya lembut, tapi sekali kena langsung amsiong, walau nampaknya luarnya masih gaya.

Dalam...dalam....

Andalah begawannya..... 

Submitted by Purnawan Kristanto on Sat, 2009-02-21 12:57

In reply to by henso

Permalink

 Aku pengen blajar menyampaikan serangan seperti anda.

Saya tidak sedang menyerang siapa-siapa. Jadi, maaf,  saya tidak bisa mengajari Anda. Saya hanya bisa mengajari cara berteman dengan semua orang.

 

Wawan

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

Submitted by agamaitucandu on Sat, 2009-02-21 13:54

In reply to by henso

Permalink

Kalo mau memahami gambaran umum mengapa orang hobi mem-bully donlot di sini, dan di sini kalau mau memahami contoh terparah orang tanpa empati (kemampuan merasakan rasa sakit orang lain) donlot novel ini.

___________

Peringatan: Untuk memahami lho yaa, bukan untuk mengusili.  Jangan kecewa kalau-kalau yg dibaca itu ternyata tentang diri sendiri.