Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Keledai Muda

Sri Libe Suryapusoro's picture

 

 Ketika kita mendengar suatu peristiwa, kita akan teringat seseorang. Teman-teman saya akan mengingat saya jika mereka mendengar Kebumen, kota kelahiran saya. Ketika terjadi gempa, maka mereka menghubungi saya untuk menanyakan kabar keluarga saya.  Jika kita mendengar kata Haleluyah, haleluyah... mungkin kita teringat Gilbert Lumoindong. Atau jika Anda saya kasih tebakan, siapakah yang membelah laut menjadi dua? Maka Anda bisa menjawab, “Musa.”

            Pasti ada sesuatu yang membuat seseorang teringat akan dirinya dan Yesus melakukannya. Kalau saya bertanya,”Siapakah yang naik keledai muda?” Setahu saya tokoh Alkitab yang melakukannya hanyalah Yesus. Sesuatu yang tidak dilakukan orang lain tetapi Yesus melakukannya. Berbeda dengan menyembuhkan, nabi-nabi sebelum Yesus juga menyembuhkan. Mengusir setan? Bahkan -ini masih setahu saya- lebih sering murid-muridNya mengusir setan daripada Dia sendiri.Berjalan diatas air? Petrus juga melakukannya. Disalib? Murid-muridNya juga ada yang mati disalib. Hanya saja saya tidak melihat ada yang naik keledai muda.

            Sangat penting bagi kita untuk menemukan adakah sesuatu yang berbeda yang bisa kita lakukan dan orang lain tidak. Tidak perlu meniru orang lain, Yesus juga tidak meniru, tetapi cari yang menjadi bagian kita. lalu peristiwa atau hal seperti apakah yang perlu kita lakukan supaya menjadi peringatan akan kita? Kita lihat Yesus, mengapa Dia memilih keledai muda? Mengapa Dia tidak seperti Raja Daud, masuk dengan menari-nari? Atau masuk dengan kuda perkasa? Tidak banyak buku yang menjelaskan tentang bagian ini tetapi ini penting untuk kita ketahui. Ketika kita sedang mencari ciri khas, hal-hal kecil seperti pemilihan keledai muda perlu kita ketahui.

            Yesus tidak berusaha menjadi orang lain. Memang banyak referensi, harus naik apakah Dia ketika masuk ke Yerusalem. Tetapi Dia memilih caranya sendiri. Dalam kehidupan ini, kita pun akan diperhadapkan dengan masalah yang ada di gereja atau di tempat lain. Bisakah kita mencari cara kita sendiri? Bukan berarti cara orang lain tidak baik, pasti itu baik bahkan menghasilkan kesuksesan banyak orang. Tetapi yang baik buat orang lain belum tentu baik buat diri kita. dalam hidupNya sering saya jumpai Yesus melakukan segala sesuatu yang berbeda, yang tidak pernah terpikirkan oleh saya.

            Pilihan Yesus adalah keledai muda, sesuatu yang tidak bisa dibanggakan. Bahkan saya meragukan, apakah keledai itu akan mampu membawa Yesus cukup jauh? Itu memperlihatkan, bahwa yang menjadi dasar pemilihan bukanlah kebanggaan atau mencari kesombongan pribadi. Terkadang kita diberi pilihan untuk mengadakan KKR di gedung yang megah. Atau kita sedang berpikir membangun gedung gereja yang besar. Kita perlu koreksi diri kita sendiri. Apakah yang menjadi pilihan kita itu karena Tuhan menginginkan atau jangan-jangan karena kesombongan pribadi. Apakah kegiatan yang ada hanya untuk menambahkan medali untuk diri kita? Cara Yesus unik, tidak ada yang bisa dibanggakan dengan keledai muda yang belum terbukti kekuatannya membawa beban.

            Yesus justru memberi kesempatan buat keledai muda mendapatkan kebanggaannya. Ini yang lucu, bayangkan perasaan keledai muda tersebut. Bukankah dia akan sangat bangga? Mungkin selama ini dia dihina karena belum mampu membawa orang tetapi sekarang? Dia akan melangkah dengan penuh kebanggaan. Inilah cara yang perlu kita tiru. Memberi orang lain-siapapun yang berhubungan dengan kita- mengalami kebanggaan. Bukan kita, bahkan mungkin kita agak malu sedikit (seperti Yesus) karena tidak tampil dengan gagah perkasa. Tapi orang yang ada di sekitar kita dengan bangga akan mengatakan ,”Saya telah melakukan sesuatu yang penting.” Pastilah peristiwa ini akan mengubah hidupnya, selamanya.

            Tiga hal tersebut yang perlu kita pertimbangkan untuk melakukan sesuatu sebagai peringatan akan kita. Terus terang saya pun belum bisa melakukannya. Tetap rendah hati dengan semua yang saya peroleh dan sudah saya lakukan. Mungkin saat ini masih bisa karena memang belum ada sesuatu yang sangat membanggakan sehingga bisa menjadi alasan buat saya untuk sombong. Bukankah semua karena anugerahNya?

 

__________________

Small thing,deep impact

Josua Manurung's picture

kalau saya...

sejak dulu...

saya menganggap sayalah keledai itu...

sangat bodoh...

tidak dihargai...

apalah artinya saya

dibanding dengan kuda

yang gagah perkasa...

tapi ketika Tuhan mengambil alih kemudi...

sesuatu terjadi...

DIA membuat saya bangga...

DIA membuat saya berarti...

atas kehidupan saya...

 

terima kasih atas tulisannya...

 

BIG GOD BLESS YOU!

__________________

BIG GBU!