Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kehidupan Imam Eli
Pendahuluan:
Dalam suatu keluarga, perlu seorang Bapa yang bertanggung jawab secara materi dan moral terhadap anggota keluarga khususnya. Dalam Perjanjian Lama dikisahkan tentang seorang Bapa, pemimpin bangsa Israel yang mempunyai keluarga yang tidak baik. Hal ini dapat menjadikan cermin bagaimana seharusnya kehidupan keluarga Kerajaan Allah harus dibina.
Dalam 1 Samuel2:11-26,diceritakan bagaimana kejahatan anak-anak Imam Eli, mereka tidak mengindahkan Tuhan (1Samuel2 :12) dan memandang rendah korban untuk Tuhan (1Samuel 2:17), mengambil daging dan lemak dari persembahan korban sembelihan dan korban bakaran umat Israel sebelum dipersembahkan buat Tuhan.
Bagaimana tindakan Imam Eli sebagai seorang Bapa/ayah?
Dia bertindak lamban, tidak tegas, dan tidak marah (1Samuel 2:13)
Apa akibatnya?
Tuhan menggugurkan janjiNya bahwa keluarga Eli dan kaumnya akan hidup selamanya dihadapan Tuhan, dan tidak ada seorang kakek dalam keluarga itu.(1 Samuel 2:30,31). Kedua anaknya, Hofni dan Pinehas, akan mati pada hari yang sama(1 Samuel 2:34), yaitu dalam medan peperangan melawan orang Filistin (1 Samuel 4:11)
Ketika Eli tahu, kedua anaknya tewas dan tabut Allah telah direbut orang Filistin, dia jatuh dari kursi, lehernya patah dan mati (1 Samuel 4:18).
Menantu perempuan, istri dari Pinehas yang sedang hamil tua, ketika mendengar suami dan mertuanya mati, dia bersalin. Dan anaknya diberi nama Ikabod, yang berarti : telah lenyap kemuliaan Allah dari Israel, karena tabut Allah telah dirampas dan karena mertuanya dan suaminya.(1 Samuel 4:19-22).
Ada tujuh hal yang dapat disimpulkan dalam kehidupan Imam Eli, dimana ia memerintah selama 40 tahun sebagai hakim atas orang Israel.
1. Kehilangan kepekaan suara Tuhan. Ini juga dialami oleh Yunus.(Yunus1:1-5)
2. Kehilangan kemuliaan Allah
3. Kehilangan kemaluan, tidak mengucap syukur atas berkat anugrah yang telah diterima seperti 9 orang kusta yang telah disembuhkan.(Lukas 17:11-19)
4. Kehilangan kuasa doa. Eli hanya duduk menunggu ketika tabut Allah dirampas oleh orang Filistin (1 Samuel 4:13). Dalam Yakobus 1:6, Harus mempunyai iman dan jangan bimbang.
5. Kehilangan kasih semula. Wahyu 2:4
6. Kehilangan kesempatan emas, seperti anak yang mempunyai 5 roti dan 2 ikan, ia menabur dalam pekerjaan Tuhan. (Yohanes 6:9-13).
7. Kehilangan kekudusan. 1Petrus1:16, Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.Bila tidak menjaga kekudusan, seperti peribahasa: anjing kembali lagi ke muntahnya dan babi mandi lagi di kubangannya. (2 Petrus2:20-22).
Kesimpulan:
Sebagai Bapa dalam keluarga harus mempunyai ketegasan yang tinggi dan kelembutan yang tinggi seperti diteladani oleh Kristus Yesus. Warisan tak ternilai bagi anak dan keluarga adalah iman kepada Kristus Yesus. min
- kardi's blog
- 7305 reads