Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kasih: 'I Want to Know What Love is' (7)

John Adisubrata's picture

Oleh: John Adisubrata

KASIH YANG MEMUASKAN 

‘Kata Yesus kepadanya: “Akulah JALAN dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)

Count Leo Tolstoy nyaris tersesat seperti yang telah diuraikan oleh Helmut Thielicke, karena kesalahan-kesalahan penerapan upayanya yang selalu berkisar sekitar kepentingan dirinya sendiri, dan bukan berpusat pada Tuhan seperti anjuran Ps Rick Warren di awal bukunya, ‘The Purpose Driven Life’

Menjelang usianya yang lanjut, Tolstoy memutuskan untuk mengundurkan diri dari tekanan hidup yang ‘hectic’ di tengah-tengah kebisingan kota metropolitan, dan membawa keluarganya pindah dari sana untuk bermukim di desa. Di luar kesadarannya sendiri, ia hidup dikelilingi oleh para petani yang beriman pada Kristus, yang kemudian berhasil membimbing dia untuk mengetahui makna hidupnya. Akhirnya Tolstoy berhasil menemukan KASIH abadi, yang semenjak saat itu selalu menjadi pusat kehidupannya.

Membaur bersama para petani kristiani yang hidup sederhana, tetapi penuh sukacita, ia menyadari kesia-siaan harta kekayaannya, kemasyhuran namanya, bahkan segala sesuatu yang sudah berhasil diraih olehnya. Semua detil mengenai kesaksian pertobatan hidupnya yang amat kompleks tersebut dapat ditemukan di dalam buku klasik tulisannya: ‘A Confession and What I Believe’.

Raja Salomo menulis: “Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?” (Pengkhotbah 2:25) Di situ ia ingin mengajarkan, bahwa kehidupan yang tidak berpusat pada Tuhan adalah kehidupan yang tidak berarti, tidak memuaskan, dan tidak bermakna.

Di dalam semua Injil Perjanjian Baru, Tuhan Yesus menyatakan di depan umum asal-usul kedatangan-Nya di dunia. Dan kepada murid-murid-Nya Ia memberitahukan, bahwa tidak lama lagi Ia akan kembali ke tempat itu. Suatu pernyataan kontroversiil yang pada masa itu tidak mudah untuk dapat dicernakan begitu saja oleh daya pikiran mereka yang amat terbatas. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dan tuduhan-tuduhan orang-orang Yahudi yang memendam rasa benci terhadap diri-Nya, Yesus berkata kepada mereka, bahwa Ia sudah ada jauh sebelum Abraham ada.

‘Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yohanes 8:58) Di dalam bahasa Inggris (NKJV), ayat tersebut memberikan suatu pengertian yang jauh lebih dalam lagi: ‘Jesus said to them, “Most assuredly, I say to you, before Abraham was, I AM.”

Selain pernyataan mengenai asal mula Tuhan Yesus yang diterangkan dengan jelas sekali di awal Injil Yohanes: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (Yohanes 1:1), rasul Yohanes juga menambahkan: “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (Yohanes 1:18) 

Pada malam perjamuan terakhir, sebelum Tuhan Yesus menubuatkan tindakan rasul Petrus yang akan menyangkal diri-Nya 3 kali, Ia menyatakan kepadanya: Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” (Yohanes 13:36)

Yesus juga berusaha menghibur murid-murid-Nya pada malam yang sama: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yohanes 14:1-2) Suatu pernyataan disertai janji luar biasa, yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri dengan penuh ketegasan kepada mereka!

Bahkan ketaatan hidup-Nya juga direkam di dalam Injil tersebut: ‘Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34)

Pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus tersebut membuktikan, bahwa selama Ia melayani di dunia, Ia adalah satu-satunya orang yang mengetahui makna dan tujuan hidup-Nya. Karena Ia mengetahui asal-usul-Nya, apa yang harus dilakukan oleh-Nya di dunia, dan akhirnya, ke mana Ia akan pergi. Berbeda sekali dengan mereka yang selalu mempertanyakan: “Kita berasal dari mana? Siapakah sebenarnya kita? Apakah yang kita lakukan di dunia? Apakah guna hidup ini? Ke manakah kita akan pergi?” 

Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.” (Yohanes 16:28)

Yang paling menakjubkan, kejadian-kejadian luar biasa sekitar kelahiran, pelayanan, kematian, penguburan dan kebangkitan-Nya, telah diberitakan oleh para nabi Allah beribu-ribu tahun sebelumnya. Begitu pula kedatangan-Nya kembali ke dunia di akhir zaman. Tidak ada seorang pun yang (pernah) hidup di atas planet ini, baik orang-orang biasa, maupun pelopor-pelopor (agama) terpenting di dalam sejarah dunia, yang dinubuatkan dengan begitu detilnya oleh banyak orang dari berbagai masa, dan yang kemudian digenapi secara akurat sekali seperti semua peristiwa yang terjadi di dalam hidup Tuhan Yesus Kristus.

Berlainan dengan ajaran para pelopor agama-agama lain, yang menawarkan pelbagai-macam anjuran, wejangan, serta bimbingan-bimbingan penuh kebijaksanaan kepada pengikut-pengikut mereka untuk menemukan solusi bagi teka-teki hidup tak terpecahkan, Tuhan Yesus adalah satu-satunya pelopor agama yang berani mengikrarkan dengan tegas sekali kepada para pengikut-Nya, dan kepada umum, bahwa Ia adalah JAWABAN bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Selain Ia adalah KASIH itu sendiri, Tuhan Yesus juga tidak pernah membantah orang-orang di sekeliling-Nya yang menjuluki Dia sebagai: Nabi, Raja, Mesias, Anak Allah, Tuhan atau Allah. Bahkan Ia mengibaratkan diri-Nya sendiri sebagai JALAN KEHIDUPAN, satu-satunya jalan yang menghubungkan umat manusia kepada Allah Bapa di sorga, atau sebagai PINTU yang bisa membawa mereka kepada keselamatan hidup.

Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yohanes 10:9)

Mengakui Yesus di dalam hidup kita sebagai Tuhan, Mesias, Anak Allah, bahkan Allah, adalah kunci terpenting bagi kita untuk bisa bersekutu secara intim dengan Allah Bapa di sorga. Melalui pengakuan kita yang tulus dari hati nurani yang terdalam, dengan segera Ia menyatakan makna dan tujuan hidup kita bagi kemuliaan nama dan kerajaan-Nya. Perhatikanlah apa yang terjadi setelah rasul Petrus dengan tulus mengakui Yesus sebagai Juruselamatnya.

‘Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Matius 16:16-19)

Tuhan Yesus Kristus adalah KASIH yang dapat memberi kepuasan kepada mereka yang mencari makna dan tujuan hidup di dunia. Karena hanya melalui Dia yang bersemayan di dalam ruang kehidupan yang kedua setiap orang, asal-usul mereka, apa yang harus dilakukan di dunia, dan ke mana mereka akan pergi bukan merupakan suatu teka-teki hidup tak terpecahkan lagi. Tuhan Yesus sendiri yang akan membuka mata hati mereka, serta memuaskannya!

Nabi Yeremia menyampaikan pesan TUHAN kepada kaum Yehuda: “Sebab Aku akan membuat segar orang yang lelah, dan setiap orang yang merana akan Kubuat puas.” (Yeremia 31:25)

“Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Matius 11:27)

(Bersambung)

KASIH:‘I WANT TO KNOW WHAT LOVE IS’ (8) 

KASIH YANG MEMBENARKAN (1)