Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ironi di Atas Mimbar
Beribadah di gereja berjemaat lebih dari lima ribu sangat praktis. Tidak akan ada yang mencari-cari ketika kita tidak datang empat kali berturut-turut. Tetapi bukan itu alasanku datang ke gereja yang sangat besar ini tadi malam. Aku benar-benar ingin bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam sebuah ibadah, tetapi tidak tahu caranya. Siapa tahu gereja ini bisa menolongku. Aku membutuhkan lebih dari sekedar duduk manis di gereja saat ini.
Aku memarkir sepeda, bersyukur karena kota ini menghargai yang namanya orang bersepeda. Selalu ada tempat parkir kosong untuk sepeda. Di tempat parkir gereja inipun, sepeda juga mendapat perlakuan yang sama dengan sepeda motor; di bawah atap, bukan asal sandar di sudut seperti yang sering kualami ketika di Jogja.
Meninggalkan tempat parkir dengan kebanggaan seorang memarkir BMW, aku memandang gereja menjulang tinggi di seberang jalan. Putih, megah dan indah. "Terlambat seperempat jam!" kataku dalam hati ketika melihat jam digital di depan pintu utama menunjukkan pukul 19:16.
Bergegas aku menuju tangga berjalan, memasuki hiruk-pikuk ruang ibadah.
Ada ribuan jemaat. Tidak akan ada yang peduli dengan keterlambatanku. Memilih duduk di ruang atas, tempat favorit kalau lagi mampir ke sini. Salah satu hal yang kusenangi dari gereja ini, bila terlambat, orang sepertinya tidak terlalu terganggu ketika aku melewati mereka. Tidak akan ada lirikan aneh bila ada yang datang terlambat. Padahal setelah duduk manis, aku akan memandangi orang-orang yang datang setelahku dengan mata menghakimi. Bakat alami!
Ruangan di lantai atas sangat kosong. Aku duduk di bagian tengah sebuah deretan bangku kosong. Seolah-olah ada aturan tidak tertulis, semua orang yang tidak saling mengenal harus memencar rata.
Ingat tulisan si Inge, aku duduk manis. Berdoa, "Tuhan ampuni keterlambatan ini, dan tolonglah supaya aku tidak melamun selama ibadah." Kubuang semua khayalan; khayalan merasa sebagai orang penting; khayalan melakukan sesuatu yang besar untuk Tuhan di tempat ini. Dentuman musik tidak membuatku mengantuk, tetapi sedikit membuatku harus ingat untuk tidak terbawa musik lalu menabuh drum sekeras-kerasnya dalam khayalan.
Berharap melihat orang menyembah Tuhan dengan penuh semangat akan menolongku selalu ingat bahwa aku datang kesini menemui Tuhan. Sekali-kali memang perlu "refreshing" dari gereja dengan lagu-lagu hymne yang penuh kedalaman. Sekali-kali perlu mendengar khotbah tentang janji-janji manis mengikuti Tuhan. Khotbah terakhir di gereja yang biasa kudatangi tentang keprihatinan si pendeta karena orang Kristen tidak punya kepedulian, termasuk tidak peduli karena Pemilu ternyata diadakan hari Minggu.
Disini, di gereja megah ini, aku berharap menemukan sesuatu yang lebih aplikatif.
Lagu-lagunya cukup membuatku merasa sedang menghadap Tuhan. Kadang-kadang di layar besar muncul tayangan close up jemaat yang menyanyi penuh semangat. Juru kamera telah belajar dari siaran Thomas dan Uber Cups. Tahu muka mana yang baik untuk ditampilkan close up sebagai selingan dan mana yang hanya harus sekilas.
Akhirnya sampailah giliran khotbah. Seorang ibu yang masih muda. Tidak biasanya, bukan gembala sidang yang biasa. Ada pengumuman kegiatan serta sedikit iklan. Tetapi kali ini ada yang lain, sejenis laporan keuangan pembangunan gereja.
Minggu lalu aku juga datang kesini, waktu itu ibadah jam satu siang. Masih ingat pengkhotbah waktu itu dalam pengumumannya berbicara tentang laporan keuangan juga. Berkata, agak lupa jumlah pasti uang pembangunan gereja yang masih harus dilunasi. Tetapi kira-kira enam atau tujuh milyar yang masih harus dibayar. Ia berkata, "Percaya biaya pembangunan gereja pasti lunas tahun ini?" Jemaat berteriak, "Amin!"
Aku juga percaya, kira-kira setahun lalu mendengar laporan keuangan yang masih belum dibayar sekitar 22 milyar. Sekarang hanya tinggal enam atau tujuh milyar. Tahun ini pasti lunas! Aku yakin itu.
Pikiranku kembali ke wanita muda yang di depan mimbar. Juga mengucapkan kalimat yang sama setelah membacakan laporan. "Amin lunas tahun ini?"
"Amin!"
"Tepuk tangan untuk Yesus."
Lalu sebelum khotbah, ada kesaksian. Minggu lalu juga seorang bersaksi, seorang bapak muda berjidat benjol. Kesaksiannyapun berhubungan dengan benjolnya itu. Ia baru mengalami benjol pagi harinya. Bertemu Tuhan Yesus ketika berdoa. Karena berdoa dengan kepala menyentuh lantai, entah mengapa kepalanya jadi benjol. Sama sekali tidak sakit katanya. Layar LCD memang cukup besar untuk bisa melihat besarnya benjolan di dahi itu.
Kesaksiannya sangat menyentuhku. Ia bertemu Tuhan dan apa yang dikatakan Tuhan hanyalah supaya ia membuang segala kekotoran yang ada dalam dirinya. Salah satu tujuanku ke gereja ini karena merasa hidupku benar-benar kotor. Sangat kotor!
Pendeta yang berkhotbah setelah itupun berkata tentang tidak adanya 'kebetulan'. Kesaksian tadi bukan kebetulan, pesan itu bukan kebetulan. Tema khotbah kali ini ternyata tentang kesucian dan kekudusan hidup. Di mana berkat terhalangi karena hidup yang penuh kekotoran.
Aku juga setuju. Bukan kebetulan juga bagiku, karena aku membutuhkan khotbah tentang bagaimana membuang segala kekotoran dalam hidupku.
Aku tersadar kembali dari lamunan. Sekarang bukan minggu lalu, sekarang aku harus mendengar kesaksian minggu ini. Kali ini sedang bersaksi seorang bapak berumur di atas empatpuluhan. Pasti seorang pengusaha. Dari jarak limapuluh meterpun, aku bisa membedakan orang yang hanya memakai pakaian terbaiknya di hari minggu dengan orang yang setiap hari memakai jas dan dasi.
Ia berbicara tentang lawatan Roh Kudus dan Roh Kudus yang ada dalam dirinya.
Lamunan tadi membuatku ketinggalan bagian pertama kesaksian, ia sedang bersaksi tentang seorang yang menipunya sampai ratusan juta. Bagaimana ia kesulitan berdoa, termasuk kesulitan mendoakan orang ini, bahkan menyebut namanya dalam doa-pun hampir tidak mampu. Tetapi Roh Kudus membuatnya sanggup berdoa serta mengampuni orang tersebut.
"Roh Kudus memang luar biasa. Apa yang terjadi setelah saya bisa mendoakan orang tersebut?" tanyanya penuh semangat.
Jemaat diam. Bapak itu berkata bahwa tidak lama kemudian orang tersebut meninggal dunia.
"Amin. Roh Kudus memang luar biasa." kataku dalam hati.
Bapak ini termasuk orang yang harus dihentikan ketika bersaksi, karena selalu dia bilang "Satu lagi!" lalu bersaksi tentang topik lain yang tetap berhubungan dengan Roh Kudus. Jemaat selalu tertawa setiap kali ia berkata "Satu lagi!", tetapi akhirnya ia terpaksa menambahkan kata "Ini yang terakhir" setelah ibu yang memberinya kesempatan bersaksi mendekat.
Akhirnya khotbah dimulai, ternyata yang khotbah seorang dari Singapura, ibu tadi penerjemahnya ternyata.
Khotbah tentang Keluaran 3, ketika Allah memanggil Musa untuk naik ke bukit yang terbakar semaknya. Judul khotbahnya "Naiklah kesini - Come up here!"
Berbicara tentang Allah memanggil Musa ke bukit yang menyala itu. Berbicara tentang Allah yang memanggil manusia menuju bukit kemakmuran serta Setan yang selalu berusaha mencegah manusia naik ke puncaknya.
Lalu berbicara tentang janji bahwa bangsa Israel dipanggil bukan untuk menjadi bangsa yang berhutang, melainkan menjadi bangsa yang menghutangkan.
Kira-kira khotbahnya seperti ini, "Allah memanggil kita bukan untuk berutang, tetapi untuk mengutangkan. Allah memanggil kita bukan untuk menjadi orang miskin, tetapi menjadi orang kaya dan makmur. Allah memanggil kita untuk menjadi orang yang meminjamkan, bukan peminjam."
"Bahwa kebanyakan orang Kristen saat ini hidup dalam belitan hutang, hidup dalam belitan utang di bank, serta di segala macam tempat yang mengutangkan sesuatu. Saat ini kebanyakan orang Kristen berada di bawah bukit, bukan di puncak bukit."
Benar! Kataku dalam hati. Aku jadi ingat masih punya utang seratus ribu dengan seseorang.
"Ketika Allah berkata, 'Pikullah salib-Mu, dan ikutlah Aku' berarti Ia mengajak kita ikut Dia untuk hidup di puncak kesuksesan dengan membawa salib kita. Kita memikul salib menuju puncak bukit kesuksesan. Tetapi bukan dengan berutang."
Lalu ia menambahkan, "Ada orang bertanya, 'Bukankan mengejar kekayaan itu bisa membuat jadi serakah!' Jawabannya Tidak! Mengapa? Karena salib itu. Salib yang dipikul itu akan menolong kita untuk tidak jatuh ke dalam dosa keserakahan."
"Jangan berutang sepeserpun, tidak peduli dari orang lain atau dari bank!, Jangan! Kalau masih berutang artinya engkau masih hidup di bawah bukit sana, bukan di puncak bukit."
Setelah khotbah selesai. Aku ikut mengangkat tangan ketika pengkhotbahnya meminta siapa yang mau hidup di puncak bukit, keluar dari belitan utang. Aku masih punya utang seratus ribu serta beberapa utang kecil yang belum lunas. Orang Kristen tidak boleh berutang. Gereja boleh.
- anakpatirsa's blog
- 7631 reads
gereja itu
aduh... ini gereja ane nih...
but the one who endure to the end, he shall be saved.....
Kayaknya Ini Hampir Mantan Gerejaku
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
Setuju (Lagi)
heran ..sungguh mengherankan..
Gereja telah kehilangan imannya...
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Keseimbangan
Dear Anakpatirsa, Tulisan Anda ini tulisan yg asyik menurut saya.
Anakpatirsa menulis: Berharap melihat orang menyembah Tuhan dengan penuh semangat akan menolongku selalu ingat bahwa aku datang kesini menemui Tuhan. Sekali-kali memang perlu "refreshing" dari gereja dengan lagu-lagu hymne yang penuh kedalaman. Sekali-kali perlu mendengar khotbah tentang janji-janji manis mengikuti Tuhan. Khotbah terakhir di gereja yang biasa kudatangi tentang keprihatinan si pendeta karena orang Kristen tidak punya kepedulian, termasuk tidak peduli karena Pemilu ternyata diadakan hari Minggu.
Komentar saya, alangkah baiknya jika gereja mengajarkan hal-hal mengenai berkat, perlindungan dan janji-janji seimbang dengan pengajaran mengenai ujian, penderitaan dan kesesakan.Tuhan Yesus memberkati.
Sola Gratia
Sola Gratia
Mewah, Apa Itu Mewah?
Gereja besar dan mewah! Gereja besar, siapa yang keberatan? Nampaknya tidak ada yang keberatan sama sekali dengan hal itu. Gereja mewah? Nah, itu masalahnya! Banyak orang Kristen langsung merasa kurang nyaman atau tidak nyaman sama sekali ketika mendengar istilah gereja mewah.
Apa yang dimaksudkan dengan gereja MEWAH? Gereja dengan pilar-pilar kokoh? Gereja dengan Sound system yang mahal? Gereja dengan Sistem tata udara yang nyaman? Gereja yang menghabiskan banyak uang untuk mengimport pengkotbah-pengkotbah asing yang dianggap lebih HEBAT karena berbahasa Inggris walaupun kotbahnya AMBURADUL?
Sebuah gedung dengan kapasitas 5000 orang, bila tidak dibangun dengan bahan-bahan terbaik, akan berbahaya, di samping itu umur pemakaiannya akan pendek. Bila sistem tata udaranya tidak baik akan menjadi tempat yang menyesakkan dan tidak sehat. Tanpa sistem tata suara yang baik, maka semua suara yang ditujukan kepada orang banyak tidak akan terdengar dengan baik. Tanpa tata video yang baik maka orang-orang yang berdiri di mimbar tidak akan nampak jelas wajahnya.
Gedung gereja mewah, bila dipikir-pikir sebenarnya tidak mewah sama sekali. Hanya mahal! Namun bila gedung gereja demikian tidak dipelihara dengan baik, itu baru namanya MASALAH. Bila ruangan-ruangan tidak digunakan dengan baik dan sistem penerangan dan tata udara dan tata suara digunakan dengan benar, akan menimbulkan pemborosan energi atau biaya listrik yang tinggi. Misal, untuk acara yang dihadiri oleh 500 orang, digunakan ruangan dengan kapasitas 5.000 orang. Itu pemborosan namanya. Itu yang namanya gereja mewah!
Everything depend on everything else! Segala sesuatu bergantung pada segala sesuatu lainnya. gereja yang besar dan mahal memang menimbulkan kekaguman dan kebanggaan dan kenyamanan. Namun akibatnya adalah jemaat tidak saling mengenal. Jemaat akan saling mengelompok sesuai kelompoknya masing-masing lalu terjadilah saling tuduh walaupun diucapkan dengan kata bisik-bisik dan sopan, bahwa kelompok lain tidak peduli.
Ada yang suka pergi ke gereja besar karena tidak mau dikenal dan mengenal. Ada yang suka ke gereja kecil karena menyukai saling mengenal. Jadi silahkan pilih gereja yang paling cocok dengan selera anda, karena pindah gereja tidak perlu bayar biaya administrasi dan ikut kebaktian nggak perlu bayar iuran apalagi kartu anggota.
Membangun gereja dengan hutang? Menurut saya biasa saja. Selama hutangnya dicicil dan perhitungannya matang sehingga tidak terjadi kasus gereja disita lalu dilelang. Bank, perusahaan leasing hidup dari bunga yang dibayarkan nasabahnya. Bila berhutang itu dosa, maka semua orang Kristen yang kerja di bank dan perusahaan leasing harus dinyatakan sesat.
7 milyard itu nolnya ada 9. Bila diuangkan tunai dengan pecahan 100.000 jumlahnya 70.000 lembar. Apabila anda pernah ke bank lalu melihat orang mengambil uang, maka satu bundel uang 100.000 itu jumlahnya 100 lembar, nilainya 10 juta. nah, diperlukan 700 bundel untuk mencapai jumlah 7 milyard.
Saya belum pernah memiliki uang 7 milyard, namun menurut saya jumlah 7 milyard itu relatif. Ada yang menganggapnya banyak, ada yang menganggapnya biasa saja. Bagi anakpatirsa, hutang 100 ribu itu banyak. Beberapa saat yang lalu saya, istri dan anak, kami bertiga pergi ke Taman Safari (kebun binatang), jaraknya dari rumah saya sekitar 70km. Hari itu, kami bertiga menghabiskan uang 1 juta kurang belasan ribu. Itu rekreasi pertama ke Taman Safari bagi anak kami, umurnya 6,5 tahun. apakah keluarga saya hidup mewah? Itu sangat tergantung siapa yang melihatnya. Setiap hari, rata-rata uang belanja keluarga saya 50.000, cukup untuk makan 6 orang, empat sehat.
MEWAH, apa itu mewah?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Gereja bukan gedungnya
Jadi ingat waktu sekolah minggu ada lagu yang kalimatnya "Gereja bukan gedungnya, tapi orangnya". Rasanya sudah lama saya nggak dengar lagi lagu tersebut.
Gereja kami saat ini jumlah jemaatnya sekitar 6.000 orang (di luar anak sekolah minggu). Pertambahan jumlah jemaat terasa sekitar 2 tahun terakhir ini, sebab sekitar 2 tahun yang lalu, jumlah jemaat baru sekitar 4.000 orang.
Karena kapastitas ruangannya tidak terlalu besar, maka jumlah kursi yang muat hanya sekitar 1.700 buah. Oleh karenanya, diatur setiap hari minggu ibadah diadakan 5 kali.
Pada kenyataannya memang masih banyak jemaat yang belum saling mengenal, bahkan belum saling tahu nama masing-masing. Oleh karenanya, agar bisa saling lebih mengenal dan bisa saling memperhatikan diantara jemaat dan juga agar jemaat bisa lebih "termonitor" dan terlayani oleh gereja, maka gereja mengadakan kelompol sel. Setiap pimpinan kelompok sel merupakan pengerja gereja yang ditugaskan untuk membantu Gembala Sidang dalam memperhatikan dan melayani jemaat.
Tuhan Yesus memberkati.
Sola Gratia
Sola Gratia
@hai2 : tolong adik gw cari tempat CP
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Collegium Pastorale
Collegium Pastorale, apaan tuh artinya? Sejenis PKN = Praktek Kerja Nyata gitu?
gimana kalau gereja kecil? GKI atau GKP = Gereja Kristen Pasundan, di kota kecil?
Coba nanti aku tanya teman-teman dech. Mungkin banyak teman di sini juga bisa membantu?
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Iya PKN atau KKN 3 bulanan
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
Kalau Lewat sinode musti minta tolong Mas Daniel
Wah, kalau musti lewat sinode musti minta tolong mas daniel tuhh. Dia punya chanelnya. Nama gua sich gelap di sinone!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Ibadah yang nyaman
@Daniel : Si hai2 bilang lo kenal orang sinode...
Jesus Freaks,
"Live X4J, die as a martyr"
Jesus Freaks,
"Live X4J, Die As A Martyr"
-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS-
terlalu berlebihan...
Walah, hai hai terlalu berlebihan tuh...
Aku bukan siapa2 kok, apalagi baru saja turun jabatan, udah bukan penatua lagi, jadi gak punya "channel" ke mana2 :)
Lagian, emang mau jadi pegawe negri? Musti kudu pake channel segala? Kalo mau CP ke GKI langsung aja kontak kantor Sinode Wilayah setempat. Aku kebetulan di SinWil Jateng, ketua Sinodenya Bp. Mungki Aditya Sasmita. Kalo Jabar aku kurang tahu siapa, tapi coba aja kontak Bp. Robby Chandra, dia di Komisi Penggalangan Pendeta.
Nah, coba suruh adik lu jalan sendiri
JF, yang dikatakan oleh mas Daniel benar, suruh adik lu jalan sendiri coba. Nah, Untuk referensi, coba minta ditempatkan di GKI Siliwangi - Cicurug - Sukabumi. Atau boleh juga minta ke GKI Cibadak, setahu gua di gereja itu nggak ada pendetanya saat ini.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
gereja mewah
hutang boleh,, tapi jangan jadi terikat hutang
gereja mewah?
aku dulu pernah juga mikir hal yang sama tuh, ngapain gereja boros2 buat fasilitas dll yang serba waah..
btw lama-lama jadi mengerti, we try to give the best for God, so salah satunya dengan bangunan gereja yang terbaik, fasilitas yang terbaik, pujian yang terbaik, pengkotbah yang terbaik...
soal jemaat, open your eyes.. gereja bukan kumpulan orang yang tak berdosa, tak bersalah, sempurna. Justru disini kita belajar mencari wajah Tuhan n disempurnakan hari demi hari..
So lets do best, belajar untuk setia belajar untuk bertahan sampai akhir..
GBU
gerejaku uh..
dari ceritanya kayanya aku tau itu gerejaku deh..
emg siy sangat mewah dibanding dengan gereja lain.
kontradiktif juga ya dari apa yang diajarkan kristus kepada kita tentang kebersahajaan.
tapi bukan masalah itu yang membuatku miris.
"bukankah lebih baik dana dari pembuatan gereja bintang 5 itu digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat??"
Yesus pun akan lebih senang disembah dalam kesederhanaan yang khusuk..
mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa..
excellent...
Ada perbedaan antara excellent dengan profesional.
Kita harus menjadi excellent---yang artinya kita melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki, bukan berkompetisi di mana kita berusaha menjadi yang terbaik; tetapi semata-mata melakukan apa yang terbaiknya kita pada segala sesuatu. Ini memang harus ada dalam gereja (orang Kristenlah).
Tapi profesional---term untuk orang luar; untuk kompetisi; nilai dunialah....
Saya dari gereja kecil...dan saya lebih baik menjadi excellent daripada profesional!
(The proof of the pudding is in the eating)