Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hidup ini Seperti Novel
Pria muda yang baru saja berusia 17 tahun itu hampir berhasil bunuh diri. Yang menggagalkan upaya itu adalah ayahnya. Ketika pria muda itu gagal bunuh diri, ayahnya mengajaknya jalan-jalan, dan mengatakan sesuatu untuk menentramkan batinnya yang kalut:
"Hidup ini seperti novel. Penuh ketegangan. Kau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sampai kau membuka halamannya. Setiap hari adalah halaman yang berbeda, dan setiap hari bisa penuh kejutan. Kau tak akan pernah tahu apa yang akan ada selanjutnya sebelum kau buka halaman itu."
Kata-kata itu menusuk hati pemuda itu sangat dalam. Ia sadar dan terperangah. Di kemudian hari ia dicatat sebagai salah satu penulis novel yang karya-karyanya paling banyak dibaca orang. Pria itu bernama Sidney Sheldon.
Pernahkah kita seperti Sheldon? Kita muak dengan hidup, karena hidup ini terlalu tegang. Kita jenuh dengan apa yang kita jalani, karena kejutan yang kita alami dalam hidup ini kerap tak nyaman bagi batin kita. Kita enggan untuk menembus sebuah tantangan, karena telah terlalu sering gagal dan dikecewakan. Kita jadi bagai didera siksaan yang berat -- lalu memutuskan hendak mengakhiri semuanya.
Tunggu dulu, perjalanan mesti dilanjutkan. Dan alasan yang terutama bagi kita untuk memutuskan terus berjalan adalah adanya suatu akhir yang manis, yang pantas untuk kita harapkan. Sebuah novel memang dapat berakhir sedih, namun kehidupan yang dijalani dengan hati yang tabah -- niscaya -- akan berakhir indah. Lanjutkan!
Sidik Nugroho, 13 Oktober 2009
Kutulis dengan pujian dan terima kasih kepada M. Iqbal Dawami, untuk secuil kisah Sidney Sheldon yang ia tulis dalam bukunya yang maknyus berjudul Cita-cita.
- sidiknugroho's blog
- Login to post comments
- 5765 reads