Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Hari Ini Aku Pasti Manis Sekali...
Hari ini aku pasti kelihatan manis sekali… Karena sejak pagi tadi hampir setiap orang yang berpapasan menyempatkan untuk sejenak menatap wajah oval-bulat-cekung ini. Ada yang sebelumnya hanya melihat sekilas lekas-lekas mendaratkan pandangannya kembali padaku. Ada yang menatap cukup lama bahkan ada yang kemudian memberanikan diri menyapa dengan ramah. Aku ingat, hari ini aku pakai baju baru, eeeh…tepatnya baju lama yang baru saja dipermak ibunda tercinta sehingga kurasa penampilanku pasti sungguh menawan di pagi cerah tadi.
Tapi… sebenarnya ada satu alasan lagi kenapa aku ketiban hujan tatapan dan sapaan ramah. Boleh dikata inilah satu-satunya alasan yang paling tepat selain soal baju baru dan senyumanku yang menawan itu, hehehe….
Cerita Petualangan ON
Jumat pagi. Pukul tujuh. Sebanyak 22 orang berkumpul manis di satu kantor bersiap ikut company outing di Lido Sukabumi. Paint-Ball War dan Rafting sebagai jadwal acara utama untuk hari itu dan keesokan harinya. Semua sudah siap dengan perlengkapan masing-masing, termasuk aku dengan kilik-kilikku yang tak pernah lupa kubawa kemana-mana.
Jumat Sore. Paint-Ball selesai dengan kekalahan di pihakku. Aku terima semuanya dengan hati lapang termasuk memar-memar di pinggang, tangan dan dadaku. Yang terakhir disebut itu cukup luar binasa sedapnya terasa saat tembakan tak sah seorang rekan menyambar. Posisiku memang dalam keadaan tak siaga lantaran peluit tanda permainan harus berhenti baru saja ditiup wasit. Sehingga meski tembakan tak sah itu tercetak jelas di overall-ku, aku masih sah berada di lapangan permainan.
Usai Paint-Ball para karyawato bergerak ke lapangan bola, meneruskan dendam di Paint-Ball tadi yang tak terpuaskan. Begitulah memang naluri para anak-anak Adam yang sangat menyukai persaingan. Sementara kami para karyawati yang berdarah lebih dingin dan menyukai kebersamaan, memutuskan untuk melanjutkan arisan keakraban kami di kolam renang hotel yang terlihat menantang dengan perosotan setinggi satu meternya. Sekadar informasi perosotan itu berada di kolam renang untuk bocah.
Menjelang pukul lima sore. Lima orang wanita cantik masih asyik bercengkrama di kolam renang untuk orang dewasa dengan rencana bermain perosotan kemudian. Setelah beberapa saat menemani teman-teman yang tidak bisa berenang, aku mulai bergerak untuk berenang sendiri beberapa lap, sekaligus melatih four styles-ku. Pilihan pertama, Butterfly Style, saat tenaga yang ada masih cukup banyak. Dengan penuh semangat aku mulai dari ujung Selatan kolam menuju Utaranya.
Splash..splash..splash..! Begitulah suara yang mengiringiku menikmati setiap ayunan lengan besooar nan perkakas ini melambung seperti sayap kupu-kupu. Meskipun agak sedikit terganggu lantaran tidak pakai goggle, dengan gaya kupu-kupu ini kupikir akan bisa melihat jarak pandang ke depan setiap kali. Dalam beberapa detik ke depan, kudapati bahwa perhitunganku ini salah besar. Diantara bunyi splash-splash yang akrab menemani sepanjang perjalananku, mendadak terdengar bunyi, “Bukkk!” yang cukup keras, agak sedikit teredam karena rupanya benturan yang terjadi ada di bawah air.
Segera kurasakan wajahku memanas, pandangan mata sebelah kiriku mengabur dan nyeri seolah wajahku terkena irisan pisau dengan bentuk memanjang dari mata kiri ke pipi kanan. Segera kuangkat kepalaku dari dalam air sambil menahan pening yang langsung muncul dan kuusap wajahku yang terasa nyeri. Dengan rasa takut kulihat darah mewarnai telapak tangan yang tadi kuusapkan di wajahku… Segera kuhampiri para nona-nona cantik lainnya dan kuminta tolong seorang rekanku untuk mencari staff hotel agar dibawakan kotak P3K. Saat itu aku belum tahu persis apa yang terjadi, hanya terus bergema di hati agar Tuhan tolong aku menghadapi apapun yang harus kuhadapi.
Pukul 5.30 sore. Melihat kondisi luka di wajahku, staff hotel menawarkan untuk mengantarku ke klinik terdekat langganan hotel (langganan?!). Tanpa mandi, kuganti pakaian dan berangkat dengan staff hotel sambil menahan ngeri di hati melihat wajah sendiri yang lebamnya begitu nyata. Tambahan lagi komentar rekanitiku, “Mbak, kayaknya yang di hidung itu lukanya cukup dalem deh… Mungkin perlu dijahit…,” duh, seumur-umur baru kali inilah aku menghadapi kemungkinan harus dijahit!
Klinik Lido. Menunggu giliran sekitar 10 menit. Ngobrol dengan ibu-ibu yang menunggui resep anaknya selesai. Nonton kisah pembebasan Raisya di Metro TV. Bertemu dokter Saiful. Cek tekanan darah. Dilihat luka di hidung. Jaringannya ada yang hilang katanya, tapi bisa sembuh sempurna dalam waktu relatif tidak lama. Dilihat luka di kelopak mata. Harus dijahit. Hiiks…. Langsung dag-dig-dug. Tak dinyana, yang dikira tak apa ternyata lebih parah. Pasrah. Khawatir dengan kemampuan dokter, tapi pasrah. Khawatir dengan fasilitas sederhana klinik, tapi pasrah. Takut memikirkan seperti apa rasanya dijahit, tapi pasrah. “Dok, benangnya tipe XXX tidak ada, “ lapor suster merangkap apoteker klinik. Duh Tuhan, tambah tidak karuan hatiku. Tapi entah kenapa aku tenang saja, sambil menahan senut-senut kubertanya apa yang sebaiknya dilakukan selanjutnya.
Pukul 6.30. Perjalanan menuju RS Azzra, Bogor. Diiringi hujan bercurah sedang, aku melaju dalam mobil hotel, kali ini ditemani pimpinanku dan kepala divisi lapangan setelah tadi mampir kembali ke hotel menjemput mereka. Berputar-putar hampir setengah jam di sepanjang jalan Pajajaran Bogor lantaran supir hotel tidak tahu persis dimana letak RS Azzra. Mungkin juga ditambah karena grogi karena ditegur pimpinanku akibat berputar-putarnya kami.
UGD RS Azzra. Suasana tenang, tidak menakutkan seperti bayanganku semula. Seorang perawat menghampiri, menyuruhku masuk sementara yang lain mendaftarkan aku di bagian administrasi. Kembali tekanan darahku dicek. Ditanyakan apa sebabnya memar dan luka-luka yang tampak. Disini aku harus menahan rasa geli karena membayangkan bahwa orang-orang yang melihat mungkin mengira aku habis dipukuli suami. Kekerasan dalam rumah tangga. Itu yang terbayang dari tatapan mereka lewat sudut matanya. Termasuk suster yang menangani lukaku. Tapi kedatangan para rekan kantor yang selesai mengurus pendaftaranku seolah menghapuskan keraguan di benak orang-orang. Pimpinanku menyingkir setelah berkata, “Aku tinggal ya, tunggu di luar. Aku takut lihat orang dijahit.” Tak kukatakan padanya bahwa aku pun sangat takut saat itu!
Dokter datang. Melihat kondisi luka di kelopak mata. Mematahkan diagnosa dokter yang pertama. “Sobeknya bagus, tidak terlalu dalam. Jadi jangan dijahit, supaya tertutupnya lebih bagus. Dilem saja.” Perasaanku saat itu? Lega. Setelah nyut-nyut sedikit saat lem dipasang, jadilah aku seperti bajak laut karena mata kiri separuhnya tertutup perban. Selesai semua, kubereskan soal obat dan lain-lain, kutunggu rekan-rekanku yang tengah bersantap di rumah makan sebelah rumah sakit, karena mengira prosesku akan lebih lama.
Pukul 9 malam. Tiba di hotel. Langsung dinner di ruang makan. Ketemu rekan-rekan lain, makan sambil ditemani dengan cerita-cerita unik. Pukul 10 mandi dan keramas dengan sukses berbekal sepotong shower cap. Saat sudah bersih, segar dan diobati kembali, aku termenung memikirkan hari itu.
Cerita Petualangan OFF
Yah, hari itu aku pasti manis sekali, sehingga banyak orang menyapa, mengajak berbicara dengan ramah. Mereka pasti melihat betapa beruntungnya aku, yang terluka hanya di kelopak mata dan hidung. Seperti yang aku katakan pada mereka semua, “Untung tidak kena di mata!”. Saat kukatakan itu pada dokter Sriyono di RS Azzra, gerakan tangannya menulis resep buatku sempat terhenti dan kemudian menatapku dan tersenyum lebar, “Iya, untung sekali yah tidak kena di mata.”
Hari itu aku pasti manis sekali… Banyak orang yang tersenyum saat kukisahkan pengalamanku. Ikut pula bersyukur bersama-sama denganku. Hampir semua staff hotel memanggilku dengan nama, mengenali dan menyapa. Staff di rumah sakit yang awalnya menatap dengan ‘curiga’, ikut mengobrol akhirnya denganku sebelum aku tinggalkan UGD. Ada banyak orang yang melihat ‘kekuranganku’ justru jadi bisa bersikap begitu bersahabat. Seolah ada ikatan tak terlihat yang menyatukan aku dan mereka. The Unfortunates. The fortunate Unfortunates…
Aku tidur dengan senyum terukir di wajah, betul Bapa, aku pasti manis sekali karena aku anakMu. Yang Kau pelihara dan berkati dengan begitu limpah. Aku lihat obat penahan nyeri yang tidak kuminum di meja. Aku sadar luar biasanya Kau lengkapi kebutuhanku. Bayangkan orang lain yang tidak mampu dan harus menahan sakit dengan kondisi yang lebih parah daripada aku. Aku bisa tidur nyaman dalam hotel bagus bersama rekan-rekan yang begitu peduli. Aku tidak kekurangan gizi (mungkin kelebihan!) sama sekali untuk mempercepat penyembuhan. Manis sekali pemeliharaanMu, Bapa, yang bukan saja cukup tapi amat berlimpah. Itulah sebabnya, aku pasti manis sekali terlihat, bukan hanya di hari-hari yang penuh derai tawa, tetapi juga yang penuh airmata karena meski banyak hal yang menyesakkan dada, tapi akan tiba juga satu hari dimana Alkitab mencatatnya,
“And I heard a loud voice from the throne, saying, ‘Behold, the tabernacle of God is among men, and He will dwell among them, and they shall be His people, and God Himself will be among them, and He will wipe away every tear from their eyes; and there will no longer be any mourning, or crying, or pain; the first things have passed away.’”
Revelation 21:3-4 NASB
Hari itu pasti tiba. Jadi aku akan mulai tersenyum manis dari sekarang, karena aku tahu Dia yang berjanji tidak pernah ingkar pada janjiNya. Aku pasti terlihat manis sekali, bukan saja nanti, tapi juga mulai kini...!
- xaris's blog
- 4947 reads
boleh lihat
Nggak Jadi Rafting Dong?
Wah Xaris, tadinya mau nanya, air cisadane berapa tinggi? gimana Raftingnya? Ternyata kamu malah nubruk tembok. Nggak jadi nanya dech, ikutan sedih kamu kebentur tembok. Mudah-mudahan lukanya sembuh tanpa parut dech! Kalau kamu suka makan kacang-kacangan, sebaiknya stop dulu, termasuk kecap manis, seafood dan telur.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Boleh rafting dengan manis =)
Friendster... apaan tuh
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
Iya Raissa, akibat PD tingkat tinggi
Kalau hai hai ngaca...
Kak xaris, orang kedua yang bilang brilian.. tuh abis hai hai..
Kalau hai hai online sambil ngaca.. CAKEP BANGET YA GUA atau LIFE IS BEAUTIFUL! GUE DICIPTAIN SECAKEP INI atau kacanya di belah (Just Kidding, mukamu dewek aja aku belom tau) Begitulah.
Beli hape navigator.. punyaku hape biasa saja..
Sabdaspace bikin betah.. ember..
Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-
Tampang Gua Kacau
Tampang Gua kacau balau, makin tua makin kacau! Jadi nggak perlu ngaca! Tapi nggak papa, biar jelak asal jelek! Ha ha ha ha ...
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak