Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
GUNA MENGAKU DOSA
GUNA MENGAKU DOSA
Bagian II
2. Menyerahkan diri seluruhnya pada yang maha rahim
a. Apakah dosa itu?
Dosa itu adalah tidak menuhankan Tuhan dalam diri kita (memberontak atas otorita Allah), dan menindas kebenaran.
Dosa-dosa dilahirkan dari dalam hati kita, yang tidak mau dibimbing oleh Allah. Hati kita mencari dan mencoba jalan pilihan sendiri. Kita menjauhi Allah dan berpaling pada ilah-ilah buatan kita sendiri. (Matius 15:19)
Inilah pokok dosa yaitu berbuat jahat dengan menyertakan inti kepribadian kita. Sebab, keputusan yang kita ambil ketika melakukan sesuatu yang menentang otoritas Allah adalah mengenai hal yang sangat penting, sehingga tidak mungkin jika kita mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu yang tidak menuhankan Tuhan dalam hidup, tanpa sekaligus menyadari bahwa diri kita terlibat secara menyeluruh. –Kita menjatuhkan pilihan (ya atau tidak) yang menentukan baik atau buruknya diri kita secara keseluruhan-.
Dengan demikian, mustahil untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan cintakasih terhadap sesama manusia pada saat yang sama menjaga hubungan dengan Allah. Karena dalam melakukan sesuatu, seluruh diri kita terlibat (tubuh, jiwa dan roh).
Membohongi orang lain, berkelahi, mengganggu atau menipu adalah tidak baik. Menjadi batu sandungan sehingga orang lain berbuat dosa juga tidak baik. Tetapi apakah perbuatan-perbuatan seperti itu selalu merupakan perwujutan dari sikap hati? Atau ada faktor yang berasal dari luar?
b. Harapan kita: Kerahiman Ilahi
Kadang-kadang kita sendiri tidak menyadari apakah alasan-alasan itu baik atau buruk. Apakah alasan sebenarnya yang mendorong kitab erbuat dosa?
Perbuatan-perbuatan lahiriah memang menyatakan sikap bathin, akan tetapi tidak secara pasti dan murni. Perbuatan-perbuatan dapat merupakan perwujutan isi dan keputusan hati, bercampur dengan faktor-faktor diluar kendali kita, seperti watak, pengaruh masa lalu, standart penilaian masyarakat, dan faktor yang dapat diduga diluar kesadaran kita yang sukar di pastikan.
Ketidakpastian ini menyangkut kebaikan moril yang harus kita pertanggungjawabkan, meskipun kita tidak lagi mengingat, menganalisa semuanya yang pernah kita lakukan salah dimasa lalu.
Atas latar-belakang tersebut, kita menerima dengan rendah hati kita tidak selalu dapat mengetahui dengan pasti dan jelas sampai berapa jauh perbuatan-perbuatan kita baik atau jahat.
Dengan menyerahkan diri secara total kepada penilaian Allah. Hanya sang pencipta mengenal seluruh hati kita sampai pada keinginan yang paling tersembunyi; “”Homo videt faciem, Deus autem cor. – Orang menilai menurut muka, tetapi Allah menurut hati.”
Kita mengakui kesalahan dan dosa kita untuk memperoleh pengampunan dari Allah. Mengakui bahwa kita telah menuruti kehendak sendiri dan bukan kehendak Allah, itulah prasyarat mutlak untuk bertobat.
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
- erick's blog
- 3609 reads
?????????
GBU
heee....udah bagus
GBU
KAPAN ...Yaaaach...
hy..imanuel siap dibentuk ..oke..
" Suka-suka Mu Jesus yang punya kehidupanku "
@ teman
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)