Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Going Backwards

PlainBread's picture

Dulu sewaktu masih di SMA, saya pernah mengikuti kelompok bimbingan belajar (bimbel) yang cukup unik. Selain sang pengajar kelihatannya cukup keras dalam mendidik para peserta, beliau juga memiliki satu trik jitu dalam mendorong para murid untuk bisa tembus dalam UMPTN ataupun test masuk perguruan tinggi mana pun, yaitu: Alih-alih disuruh berlatih menjawab soal-soal latihan, kami disuruh untuk membuat pertanyaan-pertanyaan. Ya, benar! Membuat pertanyaan atau soal-soal.

Suatu pemikiran yang gila, setidaknya itulah yang saya pikirkan pertama kali. Tapi setelah saya mengerjakannya, baru saya mengerti kenapa kami disuruh membuat pola yang terbalik seperti itu. Logikanya, tidak mungkin seseorang bisa membuat pertanyaan, jika tidak mengetahui jawabannya. Tidak mungkin pertanyaan bisa dibuat, jika si pembuat tidak mengerti isi pertanyaannya. Sehingga di saat teman-teman yang lain asik berlatih menjawab ratusan atau ribuan pertanyaan, saya malah asik membuat pertanyaan dan soal-soal. Alhasil, begitu saya lihat sebuah pertanyaan di dalam suatu tes UMPTN atau tes perguruan tinggi yang lain, saya lebih cepat mengerjakannya karena saya sudah puluhan bahkan ratusan kali membuat (bukan menjawab) pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Jika anda seorang guru, tentu anda saat ini akan menganguk tanda setuju bahwa membuat soal lebih efektif dalam belajar daripada menjawab soal.

"Going backwards", itu yang saya pikirkan pertama kali ketika saya dan teman saya mendiskusikan masalah para lobbysts petani jagung yang ada di Amerika. Mereka mendapatkan subsidi tinggi dari pemerintah, lalu memperoleh panen yang begitu melimpah sampai sisanya menumpuk begitu saja tidak bisa dijual didalam pasar. Alhasil, mereka tentu tidak mau panen jagung mereka terbuang begitu saja. Akhirnya mereka menyewa para pelobi ulung untuk melobi pemerintah, supaya hasil panen mereka bisa didayagunakan untuk membuat gula, dan bahkan ethanol. Namun para pelobi tersebut menggunakan pola "backwards", yaitu meneriakkan bahwa selain murah, mereka beralasan bahwa ini adalah untuk kepentingan rakyat. Satu hal yang mereka [sengaja] tidak teriakkan adalah mereka disewa untuk mengoptimalkan hasil panen para petani jagung yang sudah menumpuk berhari-hari bahkan berminggu-minggu, daripada nantinya terbuang percuma.

Trik yang jitu, walaupun trik tersebut bukan barang baru di dalam dunia politik. Trik ini tentu saja secara legal dan moral sah saja digunakan jika memang dipakai untuk keuntungan maksimal dan pihak lain tidak menderita kerugian. Tapi bagaimana dengan para petani tebu? Tentulah mereka akan berteriak, karena hasil tebu mereka yang dominan dipakai dalam bisnis gula akan tersikut atau tersaing keras oleh panen jagung yang dibela oleh para pelobi jagung.

"Going backwards" tentunya tidak selamanya negatif. Toh berkat pola yang sama, saya bisa mengerti pola pikir seorang guru SMA ketika membuat soal-soal. Kenapa? Karena saya berlatih membuat soal juga, layaknya seorang guru. Dan saya tidak akan bisa membuat soal kalau saya tidak mengerti materi soal tersebut. Ketika saya membuat soal misalnya, saya tahu rumus apa yang harus dipakai hanya dari melihat kata-kata tertentu di dalam sebuah soal. Kata-kata tersebut merupakan "hints" yang biasa dipakai oleh para guru untuk memudahkan mereka mengingat cara dan langkah-langkah menjawab soal yang mereka sudah buat.

"Going backwards" juga terpaksa harus dipakai ketika para koruptor di ngeri kita tidak bisa lagi dibuktikan dengan cara normal atau cara yang biasa dipakai oleh pengadilan negara. Istilah sang kancil "Amin Rais" waktu itu adalah 'pembuktian terbalik'. Secara sederhana beliau mau mengatakan bahwa jika memang tidak bisa dibuktikan bahwa seseorang korupsi, yah tinggal minta saja orang tersebut untuk membuktikan bahwa dia TIDAK korupsi, alias menjelaskan secara terperinci dari mana dia mendapatkan semua uang yang dia peroleh. Jadi tugas pengadilan atau jaksa untuk membuktikan bahwa seseorang korupsi, dibalikkan menjadi tugas dan tanggung jawab si tersangka untuk memperlihatkan bahwa dia memang tidak korupsi.

"Going backwards" juga terjadi dalam dunia kekristenan. Kita bisa melihat adanya trend bahwa seseorang bisa membuat doktrin baru dengan ayat yang lengkap secara mudah. Misalnya sewaktu mulai ramai dibicarakan bahwa umur bumi sudah lebih dari puluhan juta tahun. Secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa ternyata eksistensi manusia kurang lebih juga sudah melewati jutaan tahun.

Entah apa motivasinya, namun ada orang-orang yang datang dan mulai mencari pembenaran di dalam alkitab, dan 'menemukan' bahwa sepertinya Kejadian pasal 2 berbeda isi dan rentang waktu dengan Kejadian pasal 1. "Eureka!" demikian mungkin teriak mereka. Dengan begitu mereka bisa mengambil kesimpulan, bahwa alkitab selalu berjalan beriringan dengan ilmu pengetahuan. Tidak percaya? Lihatlah Kejadian 2 dan Kejadian 1. Ternyata sudah ada manusia-manusia lain di luar taman Eden. Buktinya kalau memang itu adalah manusia yang sama yang diceritakan di dalam pasal 1, kenapa mesti diceritakan lagi di dalam pasal 2? Lalu sikon dan kronologisnya sepertinya agak berbeda. Entah sudah berapa lama mereka hidup di luar taman Eden, tidak ada yang tahu, tidak ada yang peduli. Toh bukan itu yang jadi masalah, mungkin demikian pikir mereka. Yang penting 'kan alkitab sudah menunjukkan bahwa sudah ada manusia-manusia yang hidup di luar taman Eden sebelum diciptakannya Adam, sang suami Hawa. Bahkan mereka bisa dengan bangga mengatakan bahwa inilah yang menjadi bukti pernikahan Kain dengan manusia non-taman Eden. Terjawab sudah misteri istri Kain. Terjawab sudah tentang misteri kejadian pasal 2. Dan terjawab sudah bahwa eksistensi manusia di dalam alkitab memang benar seperti kata ilmu pengetahuan, jauh lebih lama dari 6 ribu tahun.

Apakah benar terjawab? Jawaban saya hanya tersenyum dan berkata "Going backwards".

Apakah anda mau menjadi orang pintar, terutama di dalam dunia kekristenan? Kalau iya, ikutilah petuah guru bimbel saya: Daripada menjawab pertanyaan atau soal-soal, lebih baik membuat soal berikut jawabannya. Dan itu bisa anda terapkan juga di dalam dunia kekristenan. Daripada anda pusing belajar teologia dari nol, lebih baik anda membuat konsep baru yang "wow, keren!", selanjutnya anda tinggal mencari ayat-ayatnya untuk menegaskan bahwa konsep alias doktrin anda adalah alkitabiah. Anda tidak usah takut., baik itu tidak usah takut konsepnya bakal berlawanan dengan arus mainstream, atau takut kalau konsep anda menjadi tidak alkitabiah hanya karena tidak ketemu ayatnya.

Takut tidak ketemu ayatnya? Jangan kuatir, ada lebih dari 31 ribu ayat di dalam alkitab. Anda tinggal mencari ayat yang berhubungan atau ada relevansinya dengan konsep yang anda ingin buat sebagai doktrin. Kekuatan relevansinya pun bisa anda atur, misalnya: sangat kuat, agak kuat, tidak begitu kuat, sama sekali tidak kuat alias biasa saja, tidak kuat sama sekali alias lemah. Kalau pun anda hanya mendapat ayat-ayat alkitab yang lemah relevansinya dengan konsep bikinan anda, sekali lagi saya katakan, jangan kuatir. Saya sudah melihat di luar sana (di internet maupun di dunia off-line) bahwa ada saja orang-orang yang percaya ayat-ayat pendukung suatu konsep atau doktrin, tidak peduli betapa lemahnya relevansi ayat-ayat tersebut bahkan tidak peduli betapa tidak nyambungnya ayat-ayat tersebut dengan doktrin yang dibuat. Satu hal yang harus anda tanamkan dalam diri anda adalah tetap semangat, sama seperti kata guru bimbel saya.

Selamat mencoba!

Purnomo's picture

Thx telah mendukung roh Las Vegas

Plainbread:

Saya sudah melihat di luar sana (di internet maupun di dunia off-line) bahwa ada saja orang-orang yang percaya ayat-ayat pendukung suatu konsep atau doktrin, tidak peduli betapa lemahnya relevansi ayat-ayat tersebut bahkan tidak peduli betapa tidak nyambungnya ayat-ayat tersebut dengan doktrin yang dibuat. Satu hal yang harus anda tanamkan dalam diri anda adalah tetap semangat, sama seperti kata guru bimbel saya.

Purnomo:

Akhirnya ada juga yang ikut saya memiliki roh Las Vegas: biar tidak nyambung faktanya tetap saja ngotot statementnya betul. Ngawur kok ditiru.

Salam.

hai hai's picture

@Purnomo, Las Vegas

Mas Purnomo, sesungguhnya nama Las Vegas sendiri berasal dari kata Jawa dan Sunda. Ini kisahnya.

Karena tidak menemukan lawan lagi maka Paijo dan Kabayan pun lalu sepakat untuk berkelana ke manca negara guna menemukan lawan yang seimbang. Merek terdampar di Amerika karena mendengar kisah tentang dua orang jagoan di sana. Yang pertama namanya Jenggo, yang kedua namanya Lucky Luck. Konon, keduanya mampu menembak jauh lebih cepat dari bayangannya sendiri.

Untuk membiaya hidup Paijo dan Kabayan bekerja sebagai buruh bangunan di sebuah padang pasir yang kering kerontang. Suatu hari Bugsy, bos gangster yang sedang mendirikan kasino pertamanya di Las Vegas uring-uringan karena ketika datang dia melihat semua karyawannya sedang leyeh-leyeh nggak kerja.

Dia siap melampiaskan kemarahannya dengan menghajar dua orang buruh yang badannya paling kecil di antara buruh-buruh lainnya. Kedua buruh itu adalah Paijo dan Kabayan. Kepada keduanya, BUGSY berteriak membelaj langit,

"WHAT WRONG with you?"

Sebagai dua orang dengan ilmu mumpuni, walaupun tidak mengerti bahasa Inggris, namun Paijo dan Kabayan tahu bahwa bosnya sedang marah dan bertanya apa yang sedang terjadi. Tidak sulit untuk mengetahui hal itu sebab keduanya punya ilmu MEROGOH SUKMA. Dengan ilmu itulah mereka berkomunikasi dengan orang asing waluapun nggak ngerti bahasanya. Keduanya MEROGOH SUKMA. Mereka berkomunikasi dengan BAHASA ROH. Bahasa manusia boleh berbeda-beda namun bahasa ROH hanya ada SATU. Bukankah itu yang terjadi di dalam gereja? Dari Toronto sampai Madura, bahasa ROH selalu sama, "Ole ole ole ole, ole ole!"

Dengan santai Paujo menjawab,

"LAS PEGAT!"

Bugsy memandang Paijo dengan heran. Dia lalu mengalihkan pandangan kepada Kabayan. Berbeda dengan Paijo yagn serius, kabayan orangnya humoris, maka ketika bos BAUGSY menatapnya dan bertanya dalam roh, dia menjawab:

"LAS PEGATSssss!"

Bugsy mengulangi apa yang dikatakan oleh Kabayan,

"LAS VEGAS!"

Begitu saja dia BERNUBUAT tentang nama untuk kasinonya:

"Las Vegas!"

Bugsy urung melampiaskan kemarahannya karena dia tahu para buruh bangunan itu berhenti kerja bukan karena kesalahan mereka namun karena SELANG LAS untuk ngelas besinya PUTUS.

Itu sebabnya di Indonesia, ngelas pake GAS selalu disebut LAS KARBIT, nggak disebut las pake gas. Itu adalah bentuk unjuk rasa karena Amerika tidak mau mengakui bahwa LAS VEGAS adalah terjemahan literal dari LAS PEGATSsss yang diucapkan Kabayan.

Saudara Plainbread, tadi saya, istri dan anak berkunjung ke rumah mamaku. Ada duren jatuhan dari kebun sendiri 30 butir, namun nggak ada satu pun yang memenuhi seleraku dari sekitar 20 yang dibuka. Musim duren di jawa barat kali ini payah. Saat ini hujan terus menerus, itu sebabnya duren jadi nggak enak. Terlalu banyak air dan banyak duren yang jatuh karena angin sebelum waktunya. Rambutan juga sama nggak enaknya.

Saat ngobrol, IIS (ini istriku) komentar, menurutnya saya terlalu SOMBONG karena membongkar BUALAN para pengkotbah mantan dukun. Menurutnya itu hal sia-sia karena saya akan dimusuhi bukan saja oleh orang Kristen, tapi juga para pengkotbah mantan dukun dan para dukun. Saat itu mama cerita tentang kebodohan orang-orang yang pergi mencari dukun dan pengkotbah alam roh. Banyak yang dinyatakan sembuh namun kemudian mati.

Saya bilang Iis, entah sudah berapa puluh bahkan ratus kali saya mengucapkan hal itu, "Ingwei Shangdi, bugan buzheng, karena Roh Kudus, tidak berani tidak menyerang!"

"Kamu akan dibenci dan mulai dibenci!" Itu ucapan Iis. Saya tahu kekuatirannya, namun nggak mampu menolongnya untuk keluar dari rasa kuatir itu.

Banyak orang berkata kepada saya, "Kamu bukan teolog! baru belajar sedikit, mustahil memahami apa yang TIDAK dipahami para teolog dengan gelar, dari generasi ke generasi." Banyak pula yang berkata, "Alkitab tidak ditulis dalam bahasa Indonesia dan kamu sama sekali tidak paham bahasa Ibrani dan Yunani, oleh karena itu jangan yak-yak-o hanya bermodalkan Alkitab elektronik yang menunjukkan Strong."

Kepada orang-orang demikian, saya hanya bisa minta maaf, "Bukan maunya saya untuk memahami semua itu. Juga bukan salah saya bila saya hanya bisa bahasa Ibrani dan Yunani yang cukup untuk menggunakan kamus."

Kebenaran yang tidak konsisten bukan kebenaran sejati!

mungkin terlau sombong ketika saya berkata,

Bila yang saya ajarkan benar, maka semua ayat yang digunakan untuk menentangnya, akan berbalik mendukungnya!

Namun itulah yang saya yakini. Itu sebabnya saya tidak takut ditentang. Itu sebabnya saya mengajak siapa saja untuk menguji apa yang saya pahami dan saya ungkapkan dalam bentuk tulisan.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak