Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Gereja???????????????? (tanda tanya)
Sudah beberapa tahun ini saya sangat malas untuk pergi ke Gereja. Pasalnya hati ini terasa tidak “sreg” untuk beribadah.
Gereja sebagai institusi buatan manusia sebagai tanggapannya terhadap ke Esaan Tuhan Yesus telah menjadi sebuah institusi yang menghakimi seseorang dengan dalih firman Tuhan.
Tatanan Gereja yang sarat dengan intrik pribadi membuat suasana gereja menjadi hanya sebuah institusi tanpa kasih.
Gereja hanya berkutat pada tata ibadah dan doktrin-diktrin yang menurut saya tidak lagi perlu diperdebatkan.
Sebagai institusi yang perpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus dan bersifat manusiawi, kehidupan bersama bergereja hendaknya juga didasari pada pelayanan holistic bukan hanya pelayanan yang bersifat tata ibadah dan konseling saja.
Tulisan ini tidak mengeneralisasi sebuah semua gereja, hanya (mungkin) pada gererja-gereja tertentu yang karena tirani kepemimpinannya hanya menguntungkan suatu pihak saja.
Dalih bahwa gereja dikelola oleh manusia yang juga harus memahami kelemahan dan dosa manusia tidak boleh dibenarkan begitu saja. Sebagai “perwakilan” Tuhan gereja wajib menjaga kepercayaan yang diberikanNya dengan baik dan hati hati.
Gereja harus kembali ke dalam garis panggilan Allah untuk melayani (secara holistic) kepada semua manusia tanpa memandang umur, agama, ras, golongan dan suku. Apapun perbedaan manusia, gereja harus siap untuk melayani.
GBU
- rahseto's blog
- 6624 reads
Dear Mas
Dear Mas Itock,
Akhirnya kembali lagi ke Klewer setelah off lumayan lama. Sibuk dengan persiapan pernikahanmu ya? Senang bisa baca tulisanmu lagi. Anyway, welcome back, Bro ^_^
Sepertinya urusan pernikahanmu itu masih menyisakan kepahitan-kepahitan yang mungkin hanya dirimu saja yang tahu sakitnya sampai-sampai turun deh artikel ini…
Malas ke gereja; sudah jadi fenomena yang lumayan umum juga ya ^_^. Saya pun sempat malas datang ke gereja karena kecewa pada satu dan lain hal di gereja saya. Tapi kemudian saya kembali pada kesaran bahwa kita ke gereja bukan untuk orang lain; tapi karena kebutuhan kita akan DIA. TUHAN memang tidak butuh disembah, kitalah yang membutuhkan DIA lebih dari apapun juga. Karena sejatinya apalah tujuan hidup kita selain memuliakan DIA.
Mas Itock, kalau DIA mencintai kita dengan segala adanya kita, dapatkah kita tetap berkata I will still love YOU no matter what. Ini tentang kita dan DIA, bukan tentang kita dan mereka.
^_^
GBU
anita
hanya "mungkin"...
mungkin indo sedang mengikuti trend yang sedang terjadi di amerika; dalam hal ini adalah trend untuk menjadi "unchurched christian".
dua link berikut akan menerangkan lebih dalam tentang "fenomena" ini:
selanjutnya ada contoh yang baik (tentunya banyak juga contoh tidak baiknya) tentang "unchurched christian" ini dan bisa dibaca di sini.
Ini bukan trend ini persiapan
Ini bukan trend ini persiapan untuk kebangunan rohani terakhir di hari-hari terakhir dari akhir jaman. Gereja kembali ke praktek gereja mula-mula. Hai-hai saja sudah memprediksikan akan hal ini.
http://www.sabdaspace.org/mengkritisi_menara_doa_jakarta_awas_bom_waktu_sara_mengancam_kita#comment-19011
Stuart Gramenz bahkan sudah mengajarkan hal ini dalam 2 seri bukunya Killing Sacred Cows dan Cutting Through The Bull.
Mega gereja akan hancur dan gereja rumah akan menjadi praktek umum.Hal ini juga sudah dipraktekkan oleh gereja-gereja rumah di Cina yang mengikuti ajaran Watchman Nee.
Prediksi hai-hai akan terbukti nanti pada waktuNya. Prediksi atau nubuat ya? He he he. Mungkin lebih baik saya bilang prediksi ya. Ho ho ho.
more about "unchurched"
iseng2 dapet link berikut dan gue explore terus sampe seluruh series nya, monggo dinikmati kalo tertarik:
intro
1st chapter
2nd chapter
3rd chapter
4th chapter
5th chapter
6th chapter
7th chapter
8th chapter
Tidak bergereja tapi menjadi gereja
Thanks buat linknya. Kita bukan hanya harus menjadi tidak bergereja (unchurched) tapi kita harus menjadi gereja.
http://www.ptmin.org/
@SF
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1: Gereja bukan institusi
Sebenarnya inti masalahnya sederhana saja. Gereja bukan institusi atau organisasi kalau menurut Firman Tuhan. Semua pernyataan sumber dari 1 sampai 3 yang anda kemukakan beranjak dari asumsi bahwa gereja adalah institusi atau organisasi. Padahal bukan demikian menurut Firman. Menurut Firman gereja adalah tubuh Kristus. Dalam praktek gereja di Kisah Para Rasul maka terlihat bahwa gereja adalah komunitas dan sama sekali bukan organisasi/institusi. Pernyataan sumber 4 itu salah karena diri sendiri bukanlah gereja. Gereja haruslah terdiri dari sekelompok orang tapi mereka itu mengorganisasi sendiri komunitasnya dengan menjadikan Yesus sebagai Tuhan dan Sumber Kehidupan.
Kalau anda bingung jangan khawatir semuanya sebenarnya sudah dijelaskan oleh saudara kita Frank Viola secara gamblang dalam tulisan-tulisannya. Silahkan baca tulisan-tulisan di situsnya kalau anda sempat. Nanti saya akan menulis posting blog tersendiri mengenai hal ini. Tapi mungkin masih beberapa bulan lagi soalnya Firman bagi saya harus dialami sendiri realitasnya baru bisa diajarkan.
@SF,
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
saya sampai pada teori terakhir...
bukankah ada tertulis..
bukan kamu yang memilih Aku, tapi Akulah yang memilih kamu...
ya itu untuk pelayanan, datang ke Gereja, memberitakan Firman TUHAN, dll.
lalu suatu waktu kegiatan pemuda kami sepi, padahal sebentar lagi mau konser... lalu mereka bertanya pd saya... mana anak2 BJ.... saya jawab:
sudah sms? sudah telepon? sudah datang ke rumah mereka?
sudah katanya.... sudah itu sudah cukup...
percuma kita sms, kita telp, kita tunggu di depan gerbang rumahnya... kalau TUHAN ALLAH tidak memanggil mereka untuk datang ke Gereja.... mereka tidak akan hadir di Gereja...
Biarkan TUHAN melayakkan orang2 pilihanNya... biarkan tUHAN memilih yang berkenan di hadapan Nya...biarkan TUHAN yang memproses mereka... cepat atau lambat... mereka akan bersama kita lagi... entah di Rumah NYa yang ini atau RumahNya yang disana. Amin.
bukankah ada tertulis...
tuai an banyak tapi pekerja-pekerja sedikit... jadi mintakan lah kepada Tuan yang empunya tuai an supaya mendatangkan lebih banyak pekerja-pekerja Nya...
adakah kita mendengarkan panggilan Nya lewat sesama kita...
setidaknya kita boleh berpikir begini:
seminggu aku sudah disertai TUHAN ALLAH, kemana-mana selamet tidak tertabrak motor, digilas mobil atau dilindas kereta api... keluargaku seminggu ini sehat-sehat saja... belum ada yang meninggal... kami sekeluarga berkecukupan... TUHAN ALLAH menyertai... mari ke Gereja... aku rindu dengan Firman TUHAN , TUHAN ALLAH mau bicara apa ke aku untuk seminggu ke depan... ini baktiku kepadaMu... ini persembahan jiwaku bagi MU...
ahh...... masalah di Gereja banyak masalah...
memangnya TUHAN tidak tahu tentang itu....
memangnya TUHAN akan diam saja....
hehehe...
TUHAN KUASA!
BIG GBU!
BIG GBU!
Gereja atau retreat
Kita sering lebih menyukai retreat dengan pergi dan tinggal di tempat yang baru yang jauh dari kebisingan kota dan kerepotan pekerjaan kita seperti di gunung atau di pantai. Dalam retreat kita juga disegarkan lewat berbagai informasi spiritual yang disampaikan oleh orang-orang (pastor, pendeta atau orang awam) yang baru kita kenal. Dalam retreat kita juga mendapatkan kenalan yang baru.
Gereja seharusnya sama seperti rumah sendiri. Situasinya dan orangnya sudah kita kenal bertahun-tahun. Suami/isteri, anak atau orangtua telah kita kenal dengan baik dan bahkan sepertinya tidak ada lagi yang dapat membagikan pengetahuan atau pengalaman yang baru. Namun, seperti halnya rumah, gereja harus memberikan suasana home bukan house. Kehangatan harus terdapat di dalam gereja yang membuat kita selalu rindu untuk ke gereja. Dan ini bukan hanya tugas pak Pendeta saja tetapi tugas seluruh umat gereja termasuk diri kita sendiri.
Ketika bertamasya, hal yang paling menarik bagi saya bukan hanya melihat pemandangan baru (biasanya ini menjadi daya tarik ketika kita akan pergi), tetapi ketika akan kembali pulang ke rumah, kembali kepada bantal dan guling kita, kembali kepada orang yang kita cintai, kembali kepada masakan yang biasa kita makan sehari-hari. Kerinduan ini seharusnya terjadi pada saat kita akan kembali ke gereja lagi sesudah pergi retreat. Kerinduan seperti ini juga harus dirasakan ketika tiba waktunya bagi kita semua untuk kembali ke rumah Bapak di surga setelah sekian lama kita berwisata lewat kehidupan di dunia.
andryhartandryhartKetika kita tahu ada yang tidak beres di dalam gereja!
Dulu..... saya juga merasakan "kehambaran" gereja. Kebaktian tak ubahnya seperti upacara bendera . Khotbah yang seharusnya menyuarakan kebenaran Tuhan yang menegur, membimbing, dan mendidik jemaat tak ubahnya seperti pidato / sambutan. Saat yang paling "melegakan" adalah ketika pengkhotbah sudah bilang "yang terakhir....".
Kemudian saya cari suasana yang baru! Saya "hoby" pergi kebaktian yang "meriah" dan "menghibur". Ada musik, ada "pelawak" bahkan ada snacknya segala. Lama kelamaan saya bosan juga dengan suasana seperti itu!
Lalu saya bertanya: ke gereja mau cari apa sih? kalau cuma cari hiburan kan ada banyak VCD / DVD yang murah (bajakan).
Itulah, sudah ratusan kali ke gereja ndak tahu apa tujuan dan manfaat ke gereja. Itu terjadi karena saya tidak punya kesan apa-apa ketika berada di lingkungan gereja!
Sampai suatu saat saya diplih menjadi majelis. Ketika ikut persidangan majelis saya baru tahu mengapa jemaat tidak betah lama-lama di dalam kebaktian maupun di dalam berbagai kegiatan gereja. Para pemimpin gereja ini ternyata memakai cara-cara dan prinsip dunia untuk menjalankan "roda pemerintahan" gereja. Doa dan Alkitab hanya sebagai "stempel" keputusan mereka. Ketika ada permasalahan mereka tidak mencari "apa kehendak Tuhan dalam hal ini?" tetapi "inilah yang terbaik menurutku!?. Majelis yang mendapat kepercayaan untuk berkhotbahpun tidak melakukan pendalaman Alkitab yang semestinya! Mereka cukup puas membaca dari renungan orang lain yang tentunya dibuat dengan kondisi yang berbeda dengan jemaatnya.
Akhirnya, saya terpanggil untuk mengubah "kehambaran" ini walaupun harus menghadapi tembok yang kokoh. Tuhan Yesus harus benar-benar menjadi Kepala gereja. Semua majelis dan jemaat harus tunduk pada Kristus. Kegiatan gereja yang sudah membudaya dan tidak sesuai dengan Alkitab harus dihentikan! Untuk itu ada harga yang harus dibayar! Saya dibenci dan disalahpahami oleh mereka yang status quo.
Kesimpulan:
kalau kita melihat ada yang tidak beres dalam gereja, tugas kitalah untuk membereskannya, tentu saja dengan kekuatan dan hikmat dari Tuhan! Percayalah, kalau niat kita tulus dan benar, Tuhan pasti menyertai dan memampukan kita untuk mewujudkan gereja-Nya seperti yang dikehendaki-Nya! Percayalah ..... Percayalah!
terima kasih
terima kasih untuk semua komentar yang mengiringi tulisan saya di sabdaspace ini.
memang orang tua saya pernah bicara bahwa untuk menyelesaikan suatu keadaan di dalam gereja adalah dengan masuk kedalamnya dan menyelesaikannya (thx to kristen berea), bukannya lari. kemudian saya berpikir untuk melakukan revolusi (seremmmmmmmmmmmmmm) tapi kemudian kejengahan muncul kembali.
penguatan-penguatan memang sangat diperlukan dan saya mendapakannya dari banyak teman disini.
Gereja punya banyak masalah dan Tuhan pasti akan bekerja atasnya (thx Joshua) tapi kok saya berpikir Tuhan lambat ya? (ato saya yang mungkin ga sabaran)
Tuhan kuatkan aku!!!!!!
thanks friends
Saatnya Kembali ke Gereja
Mmm .. dah berapa bulan ya aku gak ke gereja? Sampai lupa. Event ulang tahun ini aku berkomitmen akan back to church (halah .. ) setelah sekian lama hidup di luar gereja karena malas dan ada kecewa juga sih. Duh komitmen yang diulang lagi Ayo kita kembali ke Gereja dan mulai membenahinya bersama-sama
*yuk comment jangan hanya ngeblog*
*yuk ngeblog jangan hanya comment*
*yuk komen jangan cuma ngeblog*
*yuk ngeblog jangan cuma komen*
gerejaku ohhhh gerejaku
gimana ya teman-teman ada apa dengan gereja (keliatannya bisa jadi judul film neh)
saya setuju kalo gereja bukan institusi, tapi tetaplah kita ga bisa lepas dari institusi itu, tapi mumet juga ya sebagai orang percaya kita harus memperbaikinya, itu berarti harus ada komitmen.
komitmennya gimana ya? bingung aku
Kita bisa lepas dari institusi
Kita bisa lepas dari institusi. Mau contoh? Silahkan baca dan pelajari teladan Martin Luther. Pada jaman Martin Luther gereja Katolik adalah institusi yang sangat berpengaruh dan berkuasa. Tapi Martin Luther berani menentang institusi yang jalannya tidak sesuai Firman. Martin Luther memperbaiki gereja bukan dengan tetap bercokol dalam gereja Katolik. Martin Luther memperbaiki gereja dengan menyatakan apa yang salah dan tidak mau terlibat dalam dosa gereja Katolik. Memperbaiki tidak selalu harus dari dalam. Apa akibatnya coba kalau Martin Luther tidak berani memperbaiki gereja dari luar?
Wahyu 18:4
(4) Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.
@SF
Salam kenal, SF.
Memperbaiki tidak selalu harus dari dalam. Apakah pemikiran ini juga yang menyebabkan banyaknya terjadi perpecahan gereja?
Betul sekali
Betul sekali. Tapi saya nggak setuju tuh dengan istilah perpecahan gereja. Bagi saya gereja itu tubuh Kristus. Kalau tubuh pecah kan mati. Sedangkan tubuh Kristus itu kekal sama seperti Kristus itu kekal. Di mata saya yang terjadi bukanlah perpecahan tapi hanya perbedaan pendapat saja. Dalam satu keluarga kan wajar saja ada kelompok saudara yang akur dan yang nggak akur. Ini nggak apa-apa asalkan semua saudara tetap saling mengasihi. Kalau sudah saling tidak mengasihi dan saling membenci dan membunuh nah itu baru nggak beres. Tentu saja kelompok yang nggak akur nggak akan diberkati karena berkat datang atas mereka yang akur dan rukun.
Mazmur 133:1-3
(1) Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
(2) Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.
(3) Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
Jadi teringat ipar saya dan
Jadi teringat ipar saya dan keluarganya (termasuk kakak saya). Mereka pun sudah lama tidak ke gereja. Ketika ditanya kenapa, dengan panjang lebar mereka bercerita.
Setelah mendalami alkitab... terutama perjanjian baru... mereka banyak menemukan adanya keganjilan2 dalam kotbah para gembala mereka... dan mereka merasa seakan-akan sudah disesatkan oleh ajaran para gembala mereka... Sehingga akhirnya mereka berkata: lebih baik tidak makan satu meja dengan mereka... karena mereka memakan makanan yang menyesatkan, menipu, dan tidak memberikan damai sejahtera...
Saya hanya bisa mendengarkan saat itu... saya juga mengerti isi hati mereka... kekecewaan dan juga semangat mereka untuk mengenal Tuhan...
Saya masih bisa bersyukur juga, mereka tidak meninggalkan Tuhan dan tetap mencari kebenaran isi Firman Tuhan... Tapi tetap saja ada yang mengganjal dalam hati saya... rasanya ada tidak beres...
There is no fear in love, but perfect love casteth out fear
Ecc 2:24 There is nothing better for a man than that he should eat and drink, and make his soul enjoy good in his labor. This also I saw, that it is from the hand of God.
seperti biasa....bebas2 aja
seperti biasa....bebas2 aja aja mo ke Gereja or engga....toh nantinya akan balik jg koq....mungkin nanti kl Tuhan dah "kangen" ama si om..dia bs panggil koq spy balik memuji/menyembah dia...emang lg jenuh aja x ya.....
mendingan kl jenuh di Gereja asal cari aja "vitamin" di Gereja Lain....
asal jangan bikin Gereja di rumah sendiri....denger kotbah sendiri/keluarga, doa syafaat sendiri, & yg lebih lucu lg persembahan yg jd kolektan anggota keluarga sendiri, dikumpulkan buat keluarga itu sendiri, apalagi perpuluhan...heeee...eeee
EVERY DAY IS MIRACLE DAY
EVERY DAY IS MIRACLE DAY