Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Entahlah

clara_anita's picture

Biasanya di atas meja belajarku selalu ada kertas kecil berisikan hal-hal yang harus kulakukan hari ini. Seberapa porak porandapun keadaannya, catatan kecil itu pasti tergeletak manis di atas meja kayu yang kalau bisa sudah mengeluh karena kelebihan beban itu. Tapi hari ini catatan kecil itu tidak muncul.

 

Kemarin sebenarnya aku pulang kuliah tidak terlalu malam. Sebenarnya aku masih punya kesempatan untuk membuat catatan itu. Kata orang persiapan yang baik berarti 50 persen dari tugas telah rampung. Namun entah, aku kehilangan gairah malam itu, dan rencana harian pun tidak kubuat.

 

Hanya satu yang kuingat. Rabu besok adalah jatahku presentasi, dan belum selembarpun buku teks tebal berbahasa Inggris akademik itu kusentuh. Mau tidak mau harus keselesaikan buku itu malam ini, karena tak mungkin lagi aku membaca buku itu besok. Pasalnya, Rabu besok aku mengajar 9 jam penuh. Itu berarti pukul 7 sampa 1.30, dan itu berarti juga aku hanya punya waktu 30 menit untuk berjalan dari sekolah ke kampus untuk presentasi.

 

Hari merangkak malam dan kata-kata di buku itu melintas saja di otakku tanpa sempat kumaknai apalagi kucerna. Entah mengapa, membaca tak pernah sesulit ini buatku. Kalimat yang seharusnya kuubah dalam power point pun serasa tak  dapat terangkai sempurna. Hingga pagi menjelang, presentasi dan paper itu selesai juga meski aku merasa jauh dari puas.

Tak sempat aku membuat rencana hari ini. Hanya ada tiga agenda: get up, survive, and go to bed. Dan singkatnya hidupku mengalir tak terencana hari ini.

Tapi hari ini aku bahagia: anak-anakku yang penuh semangat, dan semangat itu menulariku.

90 menit aku berdiri memperesentasikan bab yang sebenarnya tak kupahami di muka kelas, mencoba bertahan. Meski doa pembukaan yang kuucapkan terdengar bergetar, aku mencoba bertahan. Satu-satunya agendaku hari ini: bertahan.

aku tak pernah menyangka, ternyata saat aku memakai mode bertahan aku dapat merasakan kedamaian seperti saat ini.

Lepas dari segala rencana dan ambisi, dan menyerahkan hidupku di Tangan Yang Kuat.

Tidak ada yang menuntut pun memburu.

Aku hanya mengalir saja, menikmati hidup apa adanya.

 

... dan ternyata hidup ini indah . . .

 

GBU