Submitted by
Josua Manurung
on
-DIAM-
Aku berteriak sekuat tenaga
Aku berseru dengan suara nyaring
Bapa tolonglah...
Selamatkan aku.......
Dari duka nestapa tak terperi
Dari goda dan coba
tak berhenti...
Diam- Mu
hanyutkan iman percayaku
Tolonglah aku ya Tuhan....
sampai berapa lama aku harus menunggu...
airmataku sudah kering....
bercampur dengan debu jalanan....
Kapan ya Tuhan...
KAPAN kau panggil aku....
Lalu aku terdiam...
Diam dalam keheningan-MU
Diam dalam isak tangisku...
Diam untuk menunggu Waktu- Mu
Diamlah dan tenanglah hatiku....
Kepada Elohim yang empunya bumi dan surga
Hanya kepada DIA...
Yang Perkasa, Kekal dan Abadi....
diamlah
dan
tenanglah
hatiku....
Di dalam diam
Puisi Bang Manurung ini mengingatkan saya, kejadian tahun 1994 yang lalu ketika Gunung Berapi muntah.. hujan abu lebat serta ancaman wedus Gembel yang menakutkan, membuat semua orang di desa mengungsi lari menyelamatkan diri. Saya tertinggal karena saya tidak bisa lari, dalam keputusasan, dan kesedihan karena ditinggal seorang diri.
Saya hanya bisa duduk di kandang sapi, lalu berbaring diatas tumpukan jerami dan berkata "Tuhan Tolonglah saya". Saya memejamkan mata, meski air mata mengalir tapi ...aneh ada damai dan ketenangan dalam hati saya.
Saya Selamat, padahal pepohonan dekat kandang sapi hangus terkena wedus gembel. Saya terharu kalau mengingat dulu saya bukan seorang Kristen tapi Dia melindungi saya, jika dihubungkan dengan Firman Tuhan, sepertinya cocok dengan "dalam Diam dan Tenang disitulah terletak Kekuatanmu", Pemeliharaan Allah memang sungguh luar biasa.
ALLAH kita...
ALLAH kita... bukan allah mereka... ALLAH kita KUASA atas bumi, langit dan Surga... Segala Puji dan kemuliaan bagi-NYA TUHAN Memberkati.