Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
--Di Balik Sketsa Kilat--
Bertahun-tahun yang lalu ada seniman Jepang terkenal bernama Hokusai, yang lukisan-lukisannya sangat disukai oleh keluarga raja. Suatu hari seorang bangsawan meminta seniman itu untuk melukis burung piaraannya yang paling berharga. Ia meninggalkan burung itu pada Hokusai, dan seniman itu meminta sang bangsawan untuk kembali dalam seminggu.
Sang bangsawan begitu merindukan burungnya yang cantik, dan gelisah ingin segera mengambilnya lagi pada akhir minggu, tidak hanya untuk mendapatkan kembali hewan piaraan kesayangannya, tetapi juga lukisannya. Namun, ketika bangsawan itu kembali, si seniman dengan merendah meminta penundaan waktu dua minggu lagi.
Penundaan dua minggu itu meleset sampai dua bulan- akhirnya sampai enam bulan.
Satu tahun kemudian, sang bangsawan dengan murka mendatangi sanggar lukis Hokusai. Ia tak mau menunggu lebih lama lagi dan menuntut kembali burungnya sekaligus lukisannya. Hokusai, dengan tata cara Jepang, membungkuk kepada sang bangsawan, kembali ke meja kerjanya, serta memungut sebatang kuas dan selembar kertas merang lebar. Dalam beberapa saat ia dengan mudah melukis sosok yang begitu serupa dengan burung cantik itu.
Pemilik burung itu begitu terpesona oleh lukisannya.
Kemudian ia menjadi marah. "Mengapa engkau mesti membuatku menunggu selama setahun kalau engkau sebenarnya bisa menyelesaikan lukisan ini dalam waktu yang begitu singkat?"
"Tuan tidak mengerti," jawab Hokusai. Lalu, ia mengantar sang bangsawan memasuki sebuah ruang di mana dinding-dindingnya tertutup oleh lukisan-lukisan burung yang sama. Namun demikian, tak satupun dari antara lukisan itu yang bisa menandingi keanggunan dan keindahan karyanya yang terakhir. . .
Hal ini juga berlaku dalam kanvas kehidupan kita... Jika kita ingin memiliki karakter yang sungguh-sungguh berharga dan kekal, hal itu tidak datang begitu saja.
Tak akan pernah sedemikian mudah.
Joni Eareckson Tada dalam Kisah Kasih Allah
- clara_anita's blog
- 5296 reads