Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Cinta, sebuah pengorbanan atau sebuah proyek ? (2)
Sepulang sekolah, anak itu langsung menuju ke halaman belakang dan mulai bermain kembali dengan teman kecilnya itu. Sepertinya dia sudah melupakan kejadian pagi tadi. Dia mulai memberikan anak anjing itu semangkuk susu putih, dan sedikit dari cemilan sisa jajanannya. Tak lama, anak itu ingin mencoba mengajarinya beberapa hal, seperti berdiri dengan dua kaki, berputar-putar, bahkan berguling jika dia memerintahnya. Dia mendapatkan ide ini dari teman-teman sekolah yang bercerita dengannya mengenai anjing-anjing kesayangan mereka, sewaktu jam istirahat pelajaran. Anak itu sepertinya cemburu dan berniat agar teman kecilnya itu bisa melakukan hal yang serupa, bahkan dia akan menunjukkannya nanti di pesta ulang tahunnya.
Pelajaranpun dimulai, anak itu mencoba melatihnya namun anak anjing tersebut tidak bisa melakukan apapun keinginannya. Diapun mulai kesal bahkan dia dengan tidak sadar telah memukulnya. Anak anjing itu memekik, menangis dan mencoba kabur darinya, tapi anak itu masih bisa menangkap kaki anak anjing tersebut dan menyeretnya kembali. Yah, anak itu bersikeras agar teman kecilnya itu bisa melakukan segala keinginannya, apalagi waktunya semakin dekat. Hingga ibunya datang sepulang dari mengajar di sebuah sekolah dasar, Anak itu mulai menghentikan perlakuannya, dan anak anjing tersebut mencoba bangkit kemudian langsung berlari menjauhi anak itu yang kemarin begitu ramah dan ceria kepadanya.
Hari berikutnya kejadian itu terus berlanjut di saat kedua orang tuanya sedang bekerja, hanya seorang pembantu yang menemaninya, namun pembantu itupun tidak ingin tahu-menahu karena ia juga mempunyai banyak tugas yang harus dikerjakan. Anak itu terus saja memaksakan keinginannya, bahkan sebagai hukuman, anak anjing itu tidak diberikannya makan dan minuman, hingga salah satu kemauannya terpenuhi. Kejadian tersebut hanya bisa berakhir di saat ibunya pulang. Selama beberapa hari, kejadian itu terus berlangsung, dan anak anjing tersebut mulai kelihatan lemas dan tidak bergairah. Apalagi selama itu anak tersebut tidak memberikannya makan dan minuman, dia malah berbohong dan berpura-pura ketika ibunya menanyakan tentang teman mainnya tersebut.
Hari itupun tiba, pagi ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari istimewa dimana dia akan mendapatkan banyak hadiah. Anak itu begitu gembira dan sepertinya dia sudah tidak mempedulikan lagi keinginan sebelumnya. Tidak lama selesai dia berpakaian, ibunya memanggil dia, dan anak itu keluar dari kamarnya segera menghampiri ibunya. Dengan harapan dia akan mendapatkan hadiah dan kejutan dari kedua orangtuanya. Namun sesampainya di bawah, ibu anak itu menyuruhnya untuk melihat ke halaman di balik sebuah rak barang-barang bekas. Alangkah hancur hatinya di saat dia melihat teman kecilnya yang sudah tidak bergerak, terkulai di atas lantai yang dingin. Dan iapun mulai menangis mengingat apa yang selama ini sudah dilakukan terhadap teman kecilnya itu.
Yah benar..., anak anjing itu sudah mati, dalam posisi sedang berguling dengan belakang punggungnya, serta kedua kaki depannya yang menelungkup ke atas seolah-olah dia sedang berdiri.
Dan pada pagi di hari ulang tahunnya itu, anak tersebut malah harus mengubur teman kecil tidak berdaya yang seharusnya menjadi kesayangannya itu, sembari menggali dan meneteskan air mata ke tanah di halaman belakang rumahnya tempat dimana sahabatnya itu akan dia kubur untuk selamanya. Dan pada akhirnya, diapun harus melupakan keinginannya untuk dapat menunjukkan teman kecilnya itu kepada teman-temannya.
Sebuah renungan dimana sebagian orang menganggap cinta itu dapat merubah segala sesuatunya seperti keinginannya, tanpa menyadari untuk bisa menerima keadaan apa adanya. Tuhan selalu menerima seperti apa adanya kita selama kita jujur dan mengakui segala kelemahan yang ada. Karena Dia menciptakan manusia bukan sebagai "proyek percontohan-Nya", Dia datang bukan untuk melihat kita dari kekuatan dan kesempurnaan yang kita miliki, tetapi untuk memandang segala kekurangan dalam diri kita, hanya melalui pengorbanan-Nya di atas kayu saliblah Dia yang menyempurnakan kita. Dan janganlah juga kita membatasi Tuhan dengan waktu yang kita inginkan, karena "deadline" kita tidaklah sama dengan "deadline" Tuhan. AMIN...
JBU all.........
- crucifianode's blog
- 4813 reads